18. Debaran Siapa?

122 24 14
                                    

Jangan lupa komen dan tekan ⭐ di bawah ya:) arigatou
Happy Reading^^

***

Debaran siapa? Kala jantung serasa memompa amat cepat, berdentum-dentum. Bahkan detaknya menggema. Aku? Atau kamu? Debaran siapakah ini?

***

Setelah istirahat pertama usai, para guru mengadakan rapat hingga jam pelajaran dikosongkan. Mereka hanya menitipkan tugas saja pada setiap kelas.

"Nah, gini kan bagus. Rapat aja terooss setiap hari," celetuk Dal diiringi kekehan.

"Yeuu, mau lo dikasih tugas ngerangkum tiap hari?" tanya Ezka yang baru masuk setelah dipanggil ke ruang guru. Cowok itu tengah berdiri di depan kelas, seperti ingin menyampaikan sesuatu.

"Kalau gue sih mau aja." Dal mengangkat bahunya ringan.

"Mau, mau, tapi ujungnya juga nggak pernah lo kerjain," cibir Shiren. "Mending belajar terus guru masuk lah, daripada ngerangkum tiap hari," lanjutnya disetujui yang lain.

"Hooh, daripada ngerangkum, bisa patah tangan gue." Sasmi memandang tangannya dengan tatapan nanar, seolah yang ia katakan benar-benar terjadi. Sedangkan yang lainnya mengangguk sekali lagi, setuju dengan Shiren dan Sasmi.

Dal merasa terpojok sekarang. "Ah elah, lo pada masa nggak ada yang dukung gue?"

"Ada kok, gue." Arru tiba-tiba merangkul pundak Dal, nyengir lebar. "Mending ngerangkum ya daripada guru masuk. Kalau ngerangkum bisa sambil tiduran di lantai. Lah, kalau ada guru, sebelum tiduran udah diseret aja keluar kelas."

"Lo emang partner sejati gue, Ar." Dal menepuk-nepuk bahu Arru. Persis seperti seorang ayah yang bangga terhadap anaknya.

"Partner in crime," tambah Arru yang kemudian tertawa bersama Dal. Sementara itu, yang lainnya hanya memutar bola mata. Malas menyaksikan dua orang yang makin aneh ini. Berbeda dengan Airen yang sedari tadi terus menyimak sambil senyum-senyum geli.

Dan Arru melihat hal itu. Tanpa sadar, dia ikut tersenyum. Saat Airen mendongak menatap Arru, cowok itu lekas-lekas mengalihkan pandangannya. Berdehem lantas mengusap tengkuknya yang tidak gatal.

"Lo kenapa dah? Kayak salting gitu?" Dal yang memperhatikan gerak-gerik Arru jadi curiga. Dal hendak menoleh, melihat arah pandang Arru sebelumnya.

Tetapi, Arru lebih dulu menangkup pipi Dal sampai niat cowok itu batal. "Dal, astaga! Ini ada nyamuk gede banget di pipi lo," heboh Arru, menyembunyikan saltingnya.

"Mana?" Dal melepaskan tangan Arru di pipinya dan mulai meraba sendiri.

"Di sini!"

PLAKK

"Wadaw, sakit woy," keluh Dal karena Arru menggampar jidatnya. "Lo bilang di pipi, kok malah jidat sih yang ditepok! Ah dasar emang ngeselin lo!"

"Ada tugas ngerangkum ya, Ez?" Salah satu murid perempuan bertanya pada Ezka, mengabaikan keributan yang dibuat Arru dan Dal.

"Hm," jawab Ezka yang hampir lupa menyampaikan amanat dari gurunya. Salahkan Arru dan Dal yang membuat drama dadakan hingga atensinya berpaling. "Jadi sekarang, tugas buat pelajaran Sejarah itu ngerangkum bab 4." Kalimat Ezka sukses mengundang decakan di sana-sini.

"Ar, Dal, lo berdua kan yang paling semangat ngerangkum. Nah, rangkumin punya gue tuh. Ntar gue bayar dua ribu, bagi dua deh," cetus Hita dengan nada bercanda.

"Kampret!" teriak Arru dan Dal bersamaan, disusul tawa bahak teman-temannya.

"Gila ya si Hita. Bantuin Mak Sukma nyuci piring di kantin aja dapet upah dua puluh ribu. Lah ini ...." Dal menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan si cewek galak, Hita.

All You Need Is A Friends [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang