28. Kecewa

111 22 3
                                    

Kasih ⭐ dong😢 dan komennya hehe. Makasih.
Happy Reading^^

***

Kamu tahu bagaimana rasanya kecewa? Percayalah, itu lebih dari sekedar sesak, retak. Tapi juga patah, lelah, marah. Hancur, lebur. Luka, duka. Sakit. Takut. Lara.

***

Airen terus berlari tanpa tau mengarah ke mana. Pipinya sudah sejak tadi dibanjiri air mata. Otaknya sudah tidak bisa memproses banyak hal, hingga tanpa sadar dia sampai di belakang gedung perpustakaan. Dia melihat sebuah pohon yang digantungi banyak origami. Tempat rahasia Arru. Airen terisak, kenapa pula malah ke sini?

Lutut Airen melemas, dan akhirnya gadis itu terduduk di atas tanah. Bulir air itu seolah enggan berhenti, terus melompat turun. Airen tidak tahu lagi harus melakukan apa selain menangis. Meski paham benar bahwa menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Tetap saja dia butuh pelampiasan atas sesak, gundah dan takut yang merasuknya dengan tega.

Siapa yang telah membocorkan rahasia itu? Siapa yang telah membuka kotak tersembunyi milik Airen tanpa izin darinya? Siapa yang menyuruh supaya hal itu dipajang di papan pengumuman? Siapa?

Apa mungkin Jia? Karena hanya cewek itu yang mengetahui rahasianya. Hanya dia yang tahu Airen fobia keramaian. Tangan Airen terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Kemarahan telah mengambil alih hatinya, dia kecewa pada Jia!

Airen beringsut duduk di dekat pohon besar itu, menyandar pada batangnya yang kokoh. Dia menekuk lutut, menenggelamkan kepala di sana, lantas terisak lagi. Apa kehidupan remajanya harus semenyedihkan ini? Dengan beban ketakutan karena trauma masa lalu itu? Sungguh miris sekali, di saat orang lain tertawa dan berbagi cerita tentang banyak hal, dia justru tidak bisa mendekat atau berinteraksi dengan orang ramai. Hanya kesendirian teman yang paling setia. Memeluk dalam hening itu selalu membuatnya tenang.

Dalam keadaan seperti ini, Airen jadi teringat Lai, kakaknya. Omong-omong, mereka sudah tidak berkomunikasi lagi semenjak Lai pergi ke London. Entah apa yang terjadi di sana. Airen mengharapkan Lai pulang dan menjadi tempatnya bercerita.

Semilir angin menerpa lengan Airen yang tertutupi sweater. Juga menggerakan anak rambut gadis itu. Dia mendongak dan terkejut ketika sebuah kertas origami jatuh ke atas kepalanya. Pasti itu origami yang digantung oleh Arru dan jatuh diterbangkan angin. Airen memungutnya setelah mengusap air mata dengan punggung tangan.

Arru pernah bilang kalau puluhan kertas origami yang digantung itu adalah harapan-harapannya. Airen penasaran apa sajakah harapan Arru? Melihat kertas itu dia jadi bertanya bolehkan dirinya mengetahui harapan Arru?

Didorong oleh rasa penasaran yang amat besar, perlahan Airen membuka kertas itu. Kertas yang semula terlipat berbentuk burung kini sudah lurus lagi dengan bekas lipatan dimana-mana. Mata Airen memejam sedetik sebelum akhirnya membaca deretan huruf yang tertulis di sana. Sepenggal kalimat yang entah kenapa membuat mata Airen memanas, ingin menangis kembali.

"Air?"

Panggilan dari suara lelaki itu membuat Airen refleks memasukkan kertas tadi ke saku sweaternya. Dia mendongak dan melihat Arru yang berdiri cukup jauh darinya. Lelaki itu langsung berlari menghampiri Airen yang tampak kacau. Mata sembap, hidung memerah, bibir pucat dan jejak air mata di pipi.

"Arru," lirih Airen yang ingin berdiri namun ditahan cowok itu. Sebagai gantinya Arru ikut duduk di hadapan Airen.

"Udah merasa baikan?" tanya Arru.

"Nggak ada orang yang merasa baik setelah apa yang terjadi, Ar."

Arru terdiam.

"Nggak ada yang merasa baik." Airen mengulangi. "Ini menyakitkan."

All You Need Is A Friends [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang