5

2K 231 5
                                    

"Mianhae, Minju-sshi. Aku tidak tahu kalau rumahmu sedang ramai," kata Jaemin sambil melirik Yujin dan Jinu yang baru saja masuk ke dalam mobil.

Minju terdiam. Tidak menjawab meski dia mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh boss-nya. Dia masih fokus memperhatikan anaknya yang sebentar lagi akan berangkat ke sekolah bersama Yujin.

"Sampai jumpa nanti sore, sayang..." Minju agak berseru dan melambaikan tangannya pada Jinu yang kini berada di dalam mobil Yujin.

Namun Minju sedikit kecewa saat Jinu malah menatapnya dengan pandangan marah. Agaknya Minju tahu dengan arti pandangan Jinu itu. Wanita itu sudah cukup paham kalau putra kecilnya itu sangat tidak suka dengan kehadiran Jaemin di rumahnya.

Agak lama Minju terdiam sampai mobil Yujin benar-benar menghilang dari penglihatannya. Sampai akhirnya dia ingat kalau di hadapannya masih ada boss-nya yang sedari tadi menunggu Minju untuk menanggapi kata-katanya.

"Tidak apa-apa. Sebentar, aku ambil dulu berkasnya," ucap Minju sambil mempersilahkan Jaemin untuk duduk alih-alih dia masuk ke dalam rumah untuk mengambil beberapa berkas yang tadi pagi sudah dia siapkan.

.



.

"Minju-ya, apa mantan suamimu itu... semalam menginap di sini?" tanya Jaemin dengan sedikit hati-hati saat melihat Minju kembali ke ruang tamu.

Minju agak tidak senang kali ini. Dia memang telah setuju dengan permintaan Jaemin untuk tidak saling memanggil dengan panggilan resmi saat di luar kantor –apalagi ketika mereka sedang berdua. Namun Minju tidak suka saat boss-nya yang tampan itu terlalu ikut campur dalam urusan pribadinya.

"Dan berapa kali aku harus mengatakan kalau aku tidak suka memanggilmu 'shii'? Aku menginginkanmu lebih dari itu, Minju-ah," Jaemin beranjak dari duduknya. Dia mendekat ke arah Minju dan memeluk wanita cantik itu.

Minju menghela nafas pelan. Dia memutar bola matanya –tanda bahwa dia sudah bosan dengan sikap boss-nya yang begitu keras kepala padanya.

"Seharusnya kau tidak boleh mengatakan itu! Sekarang kau sudah menikah!" Minju melepaskan diri dari pelukan boss-nya. Dia menatap Jaemin dengan pandangan bersalah.

"Kita sudah sering membahasnya. Berhentilah bersikap seperti ini padaku. Aku begitu merasa bersalah pada 'istri'mu," lanjut Minju sambil meraih tas kerjanya.
"Tapi-"
"Sudahlah... sebaiknya kita berangkat sekarang,"

.


.

.





.

Jinu masih terlihat kesal di sekolah. Membayangkan Mommy-nya kini tengah bersama namja tinggi tadi membuat Jinu gelisah. Dia menyendiri di sudut ruang kelas sambil memutar-mutar rubik tanpa berniat menyusunnya secara benar. Wajahnya terlihat murung dengan bibir yang dikerucutkan.

"jinu yaaaaaa~" sapa salah satu teman jinu dangan nada senang.

Jinu hanya meliriknya sekilas. Dia sudah terlalu hafal pada suara yang baru saja memanggilnya. Choi Yeri. Anak dari pasangan Choi Yena dan Jo Yuri. Setiap pulang sekolah, Jinu akan ikut pulang ke rumah Yeri saat Yeri menjemputnya. Wajar saja kalau jinu terlihat lebih dekat dengan Yeri dibanding dengan teman-temannya yang lain. Lagi pula hanya Yeri yang dengan senang hati akan memaafkan Jinu setiap kali Jinu berbuat usil.

"Ada apa?" tanya Jinu malas.

"Sedang sedih ya?" tanya Yeri. Mata indah milik Yeri yang begitu mirip dengan mata Jo Yuri kini menatap Jinu dengan polosnya.

Jinu tidak menjawab alih-alih sedang berpikir mengenai keanehan hubungan orang tuanya. Dia memang punya banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan pada orang tuanya, namun dia terkadang lupa atau tidak tega menanyakannya. Pernah suatu ketika dia bertanya pada Mommy-nya dan saat itu wajah Minju terlihat sedih mendengar pertanyaan Jinu. Hal itu membuat Jinu tidak jadi merengek untuk mendapat jawaban dari pertanyaannya. Begitu Jinu melihat wajah sedih Mommy-nya, dia sudah cukup paham untuk tidak menanyakan hal-hal tentang Daddy-nya lagi.

CHANCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang