7

1.8K 238 27
                                    

"Jinu sudah tidur," kata Yujin saat keluar dari kamar Jinu.

Tadi, begitu mereka meninggalkan rumah Jo Yuri, Jinu terlihat mengantuk sehingga saat sampai rumah, Yujin langsung menemaninya tidur.

"Terima kasih," ucap Minju yang kini berdiri di depan pintu kamar Jinu.

Yujin hanya tersenyum simpul sambil menatap Minju yang kini kembali terlihat sedih.

"Hei... kenapa masih menangis? Jinu 'kan baik-baik saja. Seharusnya kau bisa tenang sekarang,"

Perlahan Yujin menangkup kedua pipi Minju dengan telapak tangannya yang besar. Dia mendongakkan wajah Minju agar menatapnya. Diusapnya air mata yang mengalir di pipi Minju dengan kedua ibu jarinya.

"Aku memang konyol. Tidak tahu kenapa air mataku tidak bisa berhenti," kata Minju lirih sambil sedikit tersenyum miris.

Entah kenapa hari ini begitu banyak hal yang membuat Minju bingung. Diawali pagi hari yang dia lewatkan bersama anak dan mantan suaminya di rumah, lalu bertemu Jaemin, lalu bertemu Wonyoung, dan kemudian mendengar Jinu sakit. Berbagai perasaan bercampur menjadi satu di satu hari yang sama. Terlebih lagi saat Minju harus melihat wanita itu mencium Yujin tepat di hadapannya. Entah kenapa hatinya masih sakit sampai sekarang. Ada rasa 'tidak rela' saat dia membayangkan wanita tadi akan menjadi istri Yujin. Dan mungkin itulah yang membuatnya menangis sekarang, –bukan karena Jinu.

"Aku tidak suka melihatmu menangis," ucap Yujin lirih dengan menatap langsung ke mata indah milik mantan 'istri'nya itu.

"Itu membuatku sakit," lanjut Yujin sambil mengecup pelan bibir Minju.

Seketika nafas Minju seperti terhenti. Dia melebarkan matanya. Menatap tidak percaya pada apa yang baru saja terjadi.

Yujin menciumnya!

.
















.

Kini Minju menutup matanya saat Yujin kembali mengecup bibirnya pelan sambil kedua tangannya masih menangkup pipi Minju. Ada perasaan ingin protes dan menolak perlakuan Yujin padanya, namun tubuhnya seakan membeku. Hatinya terasa meronta ingin merasakan kelembutan yang dulu selalu Yujin berikan. Dia tahu ini semua salah. Tetapi sekarang dia sudah tidak bisa menyangkal kalau dia ingin memiliki Yujin lagi –sekali lagi.

"Minju..." panggil Yujin di sela-sela lumatan yang dia berikan pada bibir Minju.

"Hmm?" Minju menjawab masih dengan menutup matanya sambil menikmati perlakuan mantan suaminya itu.

"Bolehkah aku..." Yujin menghentikan kecupannya di bibir Minju. Kini dia menatap Minju dengan lembut sambil mengelus pelan pipi Minju.

Minju membuka matanya dan terlihat bingung dengan kata-kata Yujin yang belum selesai.

"Bolehkah aku menciummu?" lanjut Yujin.

Minju terdiam oleh pertanyaan itu. Kedua manik mata mereka bertemu. Seolah terhipnotis oleh mata kelam milik Yujin, Minju pun mengangguk lemah.

Yujin tersenyum sambil mendekatkan bibirnya pada bibir Minju. Untuk kali ini, mereka benar-benar berciuman.

Mereka saling memagut bibir. Yujin menarik tengkuk Minju untuk memperdalam ciuman mereka.

"Mhh.. mmmhh... ah.." Minju tidak bisa menahan suaranya saat Yujin mulai menggunakan lidahnya.

Sudah sangat lama Minju tidak merasakannya. Ciuman dari bibir Yujin yang dulu selalu membuatnya melebur dalam sebuah kenikmatan. Kini semuanya agak berbeda meski rasanya masih sama. Sama-sama memikat dan membuat keduanya menginginkan lebih dari itu.

"Nghh.. mnh... ngh.." Minju melingkarkan tangannya di leher Yujin.

Mereka sama-sama terlarut dalam ciuman itu. Sudah cukup lama mereka melakukan sesi making out. Tetapi belum ada tanda-tanda mereka berniat menyudahinya.

Bunyi kecupan bibir yang mengisi ruang itu. Suara desahan Minju yang sesekali terdengar. Dan tetesan saliva yang keluar dari kedua bibir mereka yang terpaut. Semua itu menambah keinginan mereka berdua yang sama-sama saling mengingat berbagai sentuhan yang dulu mereka rasakan.

"Shit!" Yujin mengumpat saat ponselnya tiba-tiba berdering dan mengganggu apa yang dia lakukan bersama mantan 'istri'nya.

Sementara Minju hanya menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Yeoja cantik itu masih berusaha mengatur nafasnya setelah sekian lama Yujin menawan bibirnya.

Yujin terdiam sesaat sambil mematikan ponsel-sialan-yang-mengganggu, –menurutnya. Kemudian dia menatap bibir menggoda milik Minju yang baru saja dinikmati olehnya.

Entah kenapa jantung mereka mendadak berdegup lebih cepat saat saling menatap satu sama lain. Terlebih lagi Yujin bisa melihat rona kemerahan di pipi mantan 'istri'nya itu. Begitu manis menurutnya.

Beberapa saat berlalu, akhirnya mereka sadar dengan status hubungan mereka sekarang. Mendadak tatapan mereka terkesan canggung dan kemudian mereka menghindar agar tidak saling menatap.

"A-aku pulang dulu," ucap Yujin dengan sedikit gugup. Dia terlihat buru-buru keluar dari rumah Minju dan meninggalkan Minju yang masih mematung di depan kamar Jinu.

.

.





.

.

Minju masih bisa merasakan kalau pipinya memanas saat mengingat apa yang baru saja dia lakukan bersama Yujin.

'Kenapa sekarang rasanya begitu berdebar-debar? Padahal dulu aku sudah sering melakukan lebih dari itu dengannya,' gumam Minju dalam hati sambil menyentuh bibirnya sendiri.

.

.









.

Yujin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lalukan.

"Oh, Tuhan... kalau aku tidak cepat pergi dari sana, aku pasti sudah tidak bisa menahan diriku," Yujin menggumam sambil mengacak rambutnya sendiri dengan tangan kirinya.

"Aish! Apa yang kau lakukan, Ahn Yujin! Dia bukan 'istri'mu lagi! Kau benar-benar pria bodoh!" umpatnya pada diri sendiri.

.

.

______________________Tbc
Panas dingin bikin cerita beginian 😌

CHANCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang