*Flashback*
.
Sekali lagi Minju mendengus kesal melihat suaminya kini hanya duduk santai sambil memfokuskan diri pada game di hadapannya. Wanita itu hanya mendecih pelan dengan mata menyipit, menyiratkan kekesalan yang luar biasa.
Sementara Jinu kecil masih menangis. Bayi mungil itu tidak juga bisa diam sejak tadi.
"Yujin-aa, aku lelah. Bisakah kau diamkan Jinu," ucap Minju sambil membaringkan diri di ranjang.
Sungguh Minju begitu lelah hari ini. Seharian dihadapkan dengan setumpuk pekerjaan yang harus cepat-cepat diselesaikannya sebelum boss-nya yang tampan itu menyuruh Minju untuk bekerja lembur.
Bukannya ia tidak mau bekerja lembur, tetapi berada bersama Jaemin melebihi jam kerja membuat ia begitu risih. Terlebih lagi Yujim kerap kali terlihat kesal setiap Minju harus pulang larut malam. Semua itu membuatnya semakin memaksakan diri untuk menyelesaikan semua pekerjaannya dengan cepat.
"Aish... kau saja yang mendiamkannya. Itu 'kan tugasmu-Yah! Mati Kau! Sialan!"
Yujin masih saja tidak melepaskan perhatiannya dari layar komputer. Sedikit mengeluarkan kata-kata kasar saat dia hampir saja kalah di level permainan yang cukup tinggi.
Menghela nafas pelan, Minju bangun dan berjalan menuju ranjang bayi di sebelah tempat tidurnya. Terlihat Jinu kecil yang masih menangis.
"Aww... baby. Please, jangan menangis lagi. Mommy lelah sekali hari ini."
Minju menggendongnya dan membawa bayi mungil itu ke ranjang.
"Yujin-aa, bisakah kau buatkan susu? Sepertinya Jinu masih lapar."
"Sebentar. Aku masih harus menyelesaikan level ini."
"Yujin-aa, aku benar-benar lelah sekarang. Ini sudah malam dan berhentilah mengurusi game bodohmu itu!"
"Diamlah, Minju! Aku sedang sibuk. Kenapa sekarang kau suka sekali mengomel seperti ibu-ibu saja!"
Kini Minju hanya bisa mendelik kesal mendengar kata-kata suaminya yang semakin hari semakin seenaknya. Dia sudah sangat lelah sekarang. Bahkan untuk bertengkar dengan Yujin pun rasanya ia sudah hampir tidak sanggup. Namun Wanita ini masih bersabar. Dengan tetap mencoba mendiamkan baby Jinu, ia menatap tajam ke arah suaminya.
"Ahn Yujin! Cepat matikan game bodoh itu!" bentak Minju.
"Ck, Kau benar-benar perusak mood, Ahn Minju!"
"Aku tidak peduli! Cepat buatkan susu untuk Jinu! Demi Tuhan Ahn Yujin, kau benar-benar tega pada anakmu."
"Kau berlebihan, Minju-ya. Aishh, baik-baik... akan ku buatkan! Berhentilah mengomel padaku."
.
.
Minju masih terlihat kesal sambil menatap Jinu yang kini tertidur di ranjang bayinya. Hari ini banyak hal yang terjadi. Dari mulai suasana di kantor yang selalu saja membuatnya muak.
Orang-orang di kantor begitu membuat Minju merasa tidak nyaman. Mereka selalu berbisik membicarakan kedekatan Minju dengan boss besar mereka. Meski kenyataannya Minju sudah berstatus 'menikah' dan berganti nama keluarga, itu semua tidak membuat rekan kerjanya berhenti untuk membicarakannya.
Dan Ahn Yujin, suaminya, yang selalu saja bersikap seenaknya dan sangat tidak dewasa. Semua itu semakin membuat wanita itu hampir gila. Kehidupan pernikahan yang ia inginkan bukan seperti ini.
Bukan seperti ini.
Yujin berubah. Banyak hal yang telah berubah setelah mereka menikah –terutama saat Jinu hadir dalam kehidupan mereka.
Bukan.
Minju bukan sedang menyalahkan Jinu. Hanya saja dengan adanya Jinu kini membuat Minju sadar sepenuhnya bahwa dirinya dan Yujin masih belum bisa bersikap dewasa sebagai orang tua. Mereka masih terlalu muda. Mungkin itu yang menjadi letak permasalahannya.
Muda bukan berarti tidak mampu. Tetapi semua itu bukan berarti mereka bisa bersikap dengan bijak pada apa yang harus mereka hadapi. Seperti tadi, misalnya.
Hampir saja mereka bertengkar hanya karena masalah kecil. Lagi-lagi karena keduanya tidak mampu untuk mengurus Jinu secara bersama-sama. Bukan kali ini saja mereka bertengkar. Bukan kali ini saja...
Minju tersadar dari lamunannya ketika ada sepasang lengan yang kini melingkari pinggangnya. Wanita itu terdiam menyadari suaminya kini memeluknya dari belakang.
"Mianhae..." bisik Yujin.
Sekali lagi Minju hanya bisa menghela nafas pelan. Ia sudah sangat sering mendengar kata maaf dari suaminya. Sampai rasanya ia benar-benar sudah bosan dengan perlakuan Yujin padanya.
"Kau selalu saja membuatku kesal," ucap Minju lirih.
Yujin tersenyum kecil sambil mengeratkan kedua lengannya yang melingkari pinggang indah wanita itu. "Kau akan semakin membuatku jatuh cinta jika kau terus bersikap aegyo dengan wajah murungmu itu."
"Rayuanmu tidak akan membuatku memaafkanmu!" Minju menggembungkan pipinya. Dia melepaskan diri dari rengkuhan Yujin dan naik ke ranjang mereka.
"Aku mau tidur. Dan jangan coba-coba mendekat padaku!"
"Bagaimana kalau aku tidak mau?" kali ini Yujin ikut naik ke atas ranjang mendekati Minju yang kini bergelung di dalam selimut tebal.
"Yah! Aku tidak mau tidur denganmu! Menyingkir dariku, Ahn Yujin!" Minju menggunakan tangan dan kakinya untuk berusaha membuat Yujin menjauh darinya.
Namun usahanya sia-sia. Dengan cepat Yujin menahan kedua tangan wanita itu dan kemudian menindih tubuhnya di atas tempat tidur.
"Minju-aa..." dengan suara yang sedikit parau Yujin memanggilnya. Sorot mata tajamnya kini menemukan sebuah target yang selalu membuatnya tidak bisa memalingkan diri. Tubuh 'istri'nya yang terbaring pasrah di bawahnya adalah hal yang selalu membuat Yujin merasa menjadi seorang penguasa.
"Menyingkir dariku. Aku lelah." Minju menggunakan sisa tenaganya untuk mendorong pelan tubuh Yujin ke arah samping agar tidak terus menindihnya.
"Tapi kita sudah cukup lama tidak melakukannya. Ayolah..." dengan terus mempertahankan posisinya, Yujin mencoba menangkup wajah Minju dengan kedua tangannya. Melempar sedikit pandangan momohon sekaligus memaksa.
"Tidak hari ini. Aku benar-benar lelah, Yujin-aa. Dan aku juga masih kesal denganmu!"
Minju sedikit menatap kesal pada suaminya sebelum berusaha memejamkan matanya. Ia benar-benar mengantuk dan butuh istirahat. Dalam hatinya ia berharap semoga Yujin tidak marah setelah ini.
Selama ini suaminya selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Setiap kali mengajak Minju untuk bercinta, wanita itu hampir tidak pernah menolaknya. Namun akhir-akhir ini ia sering kali tidak memberi kesempatan pada Yujin untuk menyentuhnya. Bukan karena ia sudah bosan bercinta dengan suaminya. Bukan seperti itu.
Kesibukan mereka yang cukup berbeda membuat jadwal kerja mereka sedikit tidak serasi sehingga mereka tidak punya banyak waktu untuk bertemu. Sebenarnya Yujin kerap kali menyuruh Minju untuk pindah bekerja di perusahaan miliknya. Namun Minju merasa tindakan itu kurang benar.
Wanita cantik itu merasa kemampuannya tidak dihargai jika masuk ke perusahaan Yujin karena koneksi orang dalam –mengingat ia 'istri' pewaris perusahaan. Meski Yujin terus meyakinkan Minju bahwa alasan itu tidak masuk akal karena semua orang tahu seberapa besar kemampuan Minju. 'Istri'nya memiliki kemampuan yang jauh melebihi bawahannya saat ini. Seharusnya Minju bisa sedikit saja percaya pada pujian Yujin.
____________________TBC
![](https://img.wattpad.com/cover/201353182-288-k232700.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANCE (END)
عاطفيةAhn Yujin dan Kim Minju yang telah bercerai harus terlihat baik-baik saja di depan putra mereka...