10

2K 233 53
                                    

Minju berjalan sedikit tergesa. Ini sudah lebih dari jam sepuluh malam. Tetapi dia tidak menemukan Jinu di kamar hotelnya. Dia menduga Jinu berada di kamar ayahnya.

Ini sudah ketiga kalinya Minju menekan bel kamar Yujin dan Yujin sama sekali tidak membuka pintunya. Dengan sedikit penasaran, Minju mendorong pintu kamar tersebut dan ternyata pintu itu tidak terkunci.

Yeoja itu memang merasa tidak sopan jika masuk ke kamar orang secara langsung seperti ini. Namun dia begitu khawatir dengan keberadaan Jinu. Dia memang tidak begitu yakin kalau Jinu ke kamar ayahnya, tapi Minju harus cari kemana lagi kalau bukan ke sini?

"Jinu?" panggil Minju lirih sambil berjalan masuk ke dalam kamar Yujin.

"HAH!" tanpa sadar Minju sedikit berteriak saat menyaksikan apa yang ada di hadapannya. Kedua tangannya menutup mulutnya. Matanya sedikit melebar karena terkejut.

Yujin berada di atas ranjang dengan kancing kemeja yang semuanya telah terlepas. Dan Wonyoung yang menduduki selangkangan Yujin dengan tiga kancing bajunya yang telah terbuka, memperlihatkan lekukan indah kedua payudaranya.

"M-minju," Yujin bangun dari ranjang dan menghempaskan Wonyoung dari tubuhnya.

"Sudah ku bilang jangan lakukan itu!" bentak Yujin pada wanita itu.

"Kenapa? Kau masih juga tidak mau mengaku bahwa kau tidak bisa meniduri wanita? Ckck, aku benar-benar tidak menyangka, Ahn Yujin!"

"Hentikan Jang Wonyoung! Keluar dari kamarku sekarang!" usir Yujin sambil kembali mengancingkan kemejanya.

"Semua ini gara-gara kau, Minju-sshi!" kini Wonyoung malah beralih membentak Minju yang masih berdiri mematung di dekat lemari.

Wanita itu kembali mengancingkan bajunya dan mengambil tas kecil miliknya yang berada di ranjang Yujin.

Entah kenapa Minju begitu tidak suka melihat wanita itu berusaha merayu Yujin di ranjang. Tetapi tak bisa dipungkiri, Minju mempunyai rasa bangga tersendiri saat menyadari Yujin tidak tertarik dengan rayuan wanita itu.

"Kenapa kau menyalahkan ku, Wonyoung-sshi? Mungkin kau memang kurang menggoda sampai Yujin tidak berminat menidurimu," sindir Minju.

"KAU!" Wonyoung menatap tajam Minju dan mendekat ke arahnya dengan penuh kemarahan. Jelas saja wanita itu merasa sangat tersinggung dengan kata-kata Minju.

"Aku berani jamin. Bahkan dia tidak menegang saat kau sentuh. Benar 'kan?" sekali lagi Minju mencibir wanita itu.

"Brengsek kau!" maki Wonyoung sambil menamparkan tas kecilnya ke wajah Minju.

"Aishh," Minju hanya bisa mendesis pelan saat merasakan pipi kirinya sakit karena pukulan wanita itu.

"Jang Wonyoung! KELUAR DARI KAMARKU SEKARANG!" bentak Yujin, yang kali ini sukses membuat wanita itu pergi dengan kemarahan yang luar biasa.

"Minju, kau tidak apa-apa?" tanya Yujin sambil berniat menyentuh pipi kiri Minju yang terlihat memerah karena memar.

"Jangan sentuh aku!" Minju menepis tangan Yujin.

Bagaimanapun juga dia masih kesal dengan pesan singkat dari Yujin tiga hari yang lalu.

"Aku sedang mencari Jinu. Dia tidak ada di kamar. Ku pikir dia di kamarmu," ucap Minju untuk mengalihkan suasana agar Yujin tidak membahas hal yang baru saja terjadi.

"Dia tidak kemari. Sebaiknya kita cepat mencarinya,"

.






.






CHANCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang