19

2.3K 247 35
                                    

"Aku ingin mengajakmu rujuk."

Yujin mengatakannya dengan tegas. Seolah-olah ia ingin menunjukan bahwa ia sungguh-sungguh dengan ucapannya.

"Kenapa?" Minju terdiam lama, sebelum kata itu keluar dari mulutnya.

"Aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku sadar, tidak ada yang bisa mendampingiku sebaik dirimu."

Minju hanya tersenyum miris mendengarnya.

"Aku tidak ingin kembali seperti dulu, Ahn."

"Bohong!"

Yeoja cantik itu sedikit melebarkan matanya saat mendengar Yujin mengatakan ia berbohong.

"Aku tidak bohong. Aku benar-benar tidak ingin kita kembali seperti dulu."

"Kenapa? Bukankah dengan semua yang kita lalui di Hongkong dan ciuman itu... aku... aku masih merasakan cinta disetiap sentuhanmu, Kim Minjuuu..."

Minju terdiam sesaat untuk menghela nafas. Pandangannya beralih pada televisi yang telah ia matikan.

"Aku tidak memungkirinya. Tapi seperti yang aku katakan. Aku tidak bisa. Dan lagi pula... kenapa kau begitu terburu-buru menginginkan aku untuk kembali rujuk denganmu? Aku masih ingat beberapa saat yang lalu kau bilang akan menikah dengan wanita sekretaris itu."

"Aku..."

"Jangan menjadi pria plin-plan Yujin-ah. Kau selalu terburu-buru mengambil keputusan tanpa memikirkannya matang-matang. Kau belum sepenuhnya berubah. Aku tidak mau punya suami yang seperti dulu."

Yujin terdiam memikirkan setiap kata yang Minju ucapkan padanya. Ia sadar bahwa ia terlalu terburu-buru. Ia masih harus menyelesaikan urusannya dengan Wonyoung dan kembali memikirkan rencananya matang-matang. Seharusnya ia tidak begini, meninggalkan seluruh kepentingan yang harusnya ia selesaikan terlebih dahulu untuk sesuatu yang belum sepenuhnya ia bisa jalani dengan baik nantinya.

"Jadi... kau menolakku?" Yujin berkata lirih. Ia merasakan sakit hati saat mengatakannya. Ia mengharapkan Minju akan dengan bahagia memeluknya saat ia mengatakan niatnya untuk rujuk, bukan sebuah penolakan.

"Ya. Atau mungkin tidak." Minju sedikit tersenyum sebelum ia melanjutkan kalimatnya. "Begini, Yujin-ah. Kau tahu... semua ini tidaklah mudah. Rujuk bukanlah semudah membalikan tangan. Aku ingin menjalani rumah tangga dengan seseorang yang dapat berpikir dewasa. Bukan dengan kau yang dulu, yang terlalu kekanakan dan egois. Anakku tidak butuh ayah yang seperti itu."

"Aku akan berubah. Bahkan aku sudah berubah, Minju..."

"Aku tahu, Ahn Yujin. Kau sudah lebih baik dari kau yang dulu."

"Lalu? Apa yang membuatmu masih menolakku?"

Minju sedikit mengeratkan pegangannya pada pinggiran sofa. Ia merasa sesak. Hatinya benar-benar tidak menentu untuk saat ini.

"Aku... tidak memungkirinya. Aku masih memiliki perasaan padamu, Yujin-ah. Tapi... aku masih berpikir apa perasaan itu cukup besar untuk membuatku kembali padamu –atau tidak.

Dengar, Ahn Yujin... kita bukan remaja yang bisa kembali dan berpisah seenaknya. Kita sudah memiliki anak. Jinu segalanya bagiku saat ini. Dan sekali lagi... aku belum begitu yakin apa perasaan cintaku ini cukup besar untuk membuat kita bersatu. Aku masih meragukannya..."

"Kau... tidak yakin padaku? atau pada dirimu sendiri?"

Minju berpikir sejenak, sebelum akhirnya menjawab, "Keduanya."

Kali ini keduanya terdiam. Tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Saling bertanya pada hati masing-masing tentang kesungguhan dan keinginan apa yang semestinya harus diwujudkan. Dan itu bukanlah hal mudah.

CHANCE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang