"Jadi, Jinu yang mengirim foto itu?"Nyonya Ahn duduk di meja kerjanya sambil menatap Yujin. Mereka sedang berada di rumah milik keluarga Ahn, tepatnya di ruang kerja milik wanita paruh baya tersebut.
"Ya," jawab Yujin singkat. Ia tidak ingin menghabiskan banyak kalimat jika sedang berbicara dengan ibunya.
Nyonya Ahn terdiam sesaat. Guratan-guratan di wajahnya terlihat jelas saat tatapan tidak suka kembali terlihat dari raut wajahnya.
"Kau bersikap buruk pada Wonyoung dan kemudian tidur di kamar mantan 'isteri'mu. Apa kau tidak punya otak?! Kau sudah melukai perasaan tunanganmu!"
"Hentikan semua ini, Umma. Aku benar-benar tidak bisa meneruskannya..."
"Kau... jangan bilang kau ingin kembali pada si pengkhianat itu!"
"Minju bukan pengkhianat. Dia hanya melakukan pekerjaannya dengan sebagai mana mestinya."
"Jangan membelanya! Bukankan kau sendiri yang mengatakan bahwa mantan 'isteri'mu itu tidak lebih dari seorang pengkhianat dan tukang selingkuh?! Kemana logikamu hingga sekarang berpikir untuk kembali rujuk dengan orang seperti itu!"
"Mungkin... dulu aku hanya salah paham."
"Salah paham atau bukan, itu masa lalu! Masa depanmu sekarang adalah Wonyoung. Kau sudah berjanji pada Umma untuk menikah dengannya. Apa kau lupa?"
"Aku... tidak pernah sama sekali terbesit dalam pikiranku untuk menceraikan Minju. Dia mampu mendampingiku meski aku yang dulu masih banyak sekali kekurangan. Dia sempurna untukku, Umma. Aku tidak bisa membayangkan diriku hidup dengan orang lain selain dia."
"Benar-benar lucu! Beberapa minggu yang lalu umma masih melihatmu yang bersikeras ingin membangun rumah tangga baru bersama Wonyoung! Kemana Yujin anakku yang itu? Apa beberapa hari di Hongkong membuat kepalamu terbentur?!"
"Beberapa hari di Hongkong membuatku sadar akan satu hal. Umma lah yang dulu mempengaruhiku untuk menandatangani surat cerai itu. Umma hanya tidak menyukai hubunganku dengan Minju sejak awal. Kenapa aku begitu bodoh sampai emosiku tersulut dan menuduhnya sebagai pengkhianat dan tukang selingkuh. Minju bukanlah orang yang seburuk itu..."
"Siapa pun Minju dimatamu, Umma tidak akan berubah! Umma hanya ingin kau menikah dengan seorang yang baik dan tidak menusuk mu dari belakang"
"Apa hubunganku dengan Minju seburuk itu dimata Umma?"
"..."
"Umma pernah menerima Minju sebagai bagian dari keluarga Ahn, kenapa kali ini tidak bisa?"
"Umma hanya menginginkan kebahagianmu pada saat itu."
"Lalu sekarang? Umma tidak peduli lagi dengan kebahagianku?"
Nyonya Ahn terdiam. Ia tahu sejak dulu bahwa putranya sangat pintar. Cukup pintar untuk dapat membungkam ibu nya dengan sebuah kalimat.
"Aku akan membawa Minju kembali lagi menjadi bagian dari keluarga Ahn. Tidak peduli hal itu kulakukan dengan atau tanpa restu Umma!"
"AHN YUJIN!"
.
.
.
"Eunbi-ahjumma, kenapa Daddy lama sekali sih?" Jinu terlihat kesal saat ini. Dia melipat kedua tangannya di depan dada sambil duduk di sofa depan televisi.
"Mungkin masih banyak yang ingin nenek bicarakan dengan ayahmu." Eunbi hanya menjawab sebisanya sambil tatapannya tidak beralih dari layar televisi yang menayangkan drama korea.

KAMU SEDANG MEMBACA
CHANCE (END)
RomanceAhn Yujin dan Kim Minju yang telah bercerai harus terlihat baik-baik saja di depan putra mereka...