D U A P U L U H L I M A

182 17 4
                                    

Pagi ini, Romeo datang datang langsung menggebrak meja Lena. Membuat semua terkejut beberapa saat dan kemudian kembali pada rutinitas masing-masing.

"Lo apain pacar gue?!" Romeo berteriak kencang membuat kini seluruh perhatian kelas ke arahnya dan Lena. Mereka semua benar benar menatap ingin tahu.

Lena menatap Romeo heran. Sejak kapan ia berurusan dengan Deby? Menyapa perempuan itu saja tidak pernah.

"Obat lo abis ya? Mana mau gue berurusan sama pacar lo!" Balas Lena sedikit teriak.

"Kemaren gue liat muka pacar gue kaya badut! Lo yang buat kaya gitu, kan?!" Romeo kembali berteriak.

Lena melotot menatap Romeo. Matanya sudah seperti bersiaga untuk mengeluarkan laser. "Apasih lo, nuduh nuduh sembarangan! Gue nyoret muka pacar lo? Nyapa aja kagak pernah! Najisong!"

"Woy! Apanih ribut ribut!" Nathan selalu ketua kelas merasa sangat terganggu dengan keributan ini.

Romeo mendadak terdiam. Bukan karena teriakan Nathan, melainkan karena ucapan Lena barusan. Ingin tertawa Romeo rasanya.

Alea memasuki kelas dengan bingung. Tumben sekali kelasnya sepi senyap seperti kuburan, biasanya juga rame seperti pasar.

Alea berjalan menuju bangkunya. Ia berhenti beberapa meter dari bangkunya. Inilah sebab semua diam. Romeo, Lena dan Nathan tampak saling bertatapan. Mata mereka masing-masing mengeluarkan amarah.

Alea jadi takut untuk duduk di bangkunya. Nathan menatap sekeliling kelas, pandangannya jatuh pada sosok Alea yang berdiri kaku. Ia berdehem. Kemudian pergi dari sana. Memberi celah pada Alea agar gadis itu bisa duduk.

"Kalian semua ngapain liat kesini?!" Seru Nathan membuat semua murid langsung menyibukkan diri.

Alea menatap heran. Apa yang sedang terjadi sih? Kok satu kelas mendadak aneh?!

Romeo menyingkir dan duduk di bangkunya, begitupun Lena. Alea segera duduk di bangkunya. Menatap takut takut pada Lena.

Alea menyenggol lengan Lena pelan. Lena menoleh dengan wajah masam. Gawat! Lena sedang berada di mode senggol bacok!

Alea tersenyum dan mengangkat jari manis dan jari telunjuk tanda damai.

"Kenapa Le?" Suara Romeo membuat Alea menoleh heran.

"Kenapa? Lo mau tanya apa?" Romeo mengulang kembali pertanyaannya. Alea tersenyum dan menggeleng.

"Gak jadi." Jawabnya.

👑👑👑

Lena mendudukkan dirinya di bangku paling ujung kantin. Pojok.

"Kesel banget gue! Masa tadi pagi Romeo dateng dateng ngefitnah gue!" Lena memulai curhatannya.

"Hah? Fitnah? Maksud lo apa sih Len, gak ngerti gue."

"Gue pokoknya pengen balas dendam! Enak aja main fitnah fitnah!" Lena terus berapi api. Kalau mereka sedang syuting film, mungkin di atas kepala Lena sudah keluar asap.

"Jelasin dulu napa sih." Ucap Alea masih tak mengerti.

Lena menatap Alea. Tatapan matanya melembut. Ia menatap Alea dan segera menceritakan kronologis kejadian pagi tadi. Alea mendengarkan dengan seksama dan serius.

Romeo punya pacar? Bukannya dia bilang udah putus dari Deby, ya? Terus, Romeo bilang muka pacarnya di coret coret sama Lena? Maksudnya? Tunggu tunggu, Alea kok jadi memikirkan sesuatu.

Coret coret? Kemarin pas Alea lagi belajar make-up, Romeo bilang Alea lagi nyoret nyoret wajahnya sendiri? Lena? Romeo memarahi Lena karena Lena sahabat terdekat Alea! Pacar? Itu maksudnya Alea? Beneran?

Alea menjadi senyum senyum sendiri memikirkan spekulasinya. "Kenapa lo? Kesambet?" Lena menatap sahabatnya horror.

Senyum Alea semakin merekah. "Gue pergi dulu ya Len, ada urusan penting!" Alea segera bangkit dan berlari.

👑👑👑

Alea memasuki kelas yang sepi. Hanya tersisa satu manusia yang sedang tertidur di bangku pojok.

"Romeo!" Panggil Alea menggoyang goyangkan lengan Romeo.

Romeo yang merasa terusik segera bangun. "Apaan sih lele bakar! Ganggu aja, gue ngantuk. Tadi malem begadang ngerjain tugas." Sahut Romeo kesal.

"Lo tadi pagi ngapain marah marahin si Lena!" Alea mulai memasang mode jutek. Padahal hatinya senang jika spekulasinya benar.

Romeo mendengus. "Heh, ngadu tuh bocah!" Gemas Romeo sendiri.

"Apaan lo marah marah gak jelas! Malah ngefitnah Lena lagi!"

Romeo menatap Alea malas. "Lo lebih percaya Lena daripada gue yang notabenenya sahabat dari kecil, tetangga, temen seperjuangan, friendship goals."

Alea menaikkan sebelah alisnya. "Emang apasih masalahnya? Kan bisa diomongin baik baik. Lena tuh cewe, kita para cewe itu hatinya lemah. Lo bentak bisa sakitnya tuh gak disini," Alea menunjuk telinganya. "Tapi disini." Kemudian tangannya bergerak menunjuk seragam tepat dimana terletak bagian organ dalam, yaitu hati.

Romeo menatap Alea serius. Mendengar celotehan gadis itu.

Kalo ada typo kasihtau yaaa

Selamat hari kemerdekaan Indonesia semuanya!!!

Sedih nih, gaada lomba 17-an di lingkungan aku. Di lingkungan kalian gimana?

Semoga covid cepat selesai agar kita bisa beraktivitas seperti biasanya.

Ohiyaaa kalian merasa udah merdeka belom nih? Aku belum. Belum merdeka dari tugas-tugas yg menumpuk😭

Have a nice day guys🌻

Friendzone Not Friendship [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang