E N A M

251 31 3
                                    

Alea hendak naik keatas motor Romeo namun terhenti karena panggilan akhir zaman dari cewek ular.

"Meo! Dengerin penjelasan aku! Dia itu sepupu aku!" Deby datang dengan wajah memelasnya.

Drama gratis.

Romeo masih duduk santai diatas motornya. Helm yang tadinya mau ia pakai tidak jadi.

Alea berdiri menatap langit. Malas menatap kedua manusia ajaib ini. Ia hanya perlu mendengarkan balasan ucapan Romeo.

"Kita balikan ya Sayang! Aku sayang kamu Meo!" Deby memegang tangan Romeo.

Alea selalu mual jika dekat Deby. Mungkin Deby sejenis racun.

Romeo masih diam. Menatap Alea dan Deby bergantian. "Aku janji gak akan ngulangin kesalahan aku dulu. Aku akan berubah menjadi lebih baik," Deby memberikan puppy eyes nya.

Alea sudah bisa menebak akhir dari drama rumit nan pasaran ini.

"Aku sayang kamu, kenapa sih kamu tega putusin aku. Jangan jangan kamu lagi pdkt sama cewek lain ya," Deby mulai terisak.

"Aduh, jangan nangis dong By," Romeo menghapus air mata Deby menggunakan jari jempolnya.

Romeo kan jadi iba dan kasihan kalau liat cewek nangis. Apalagi Deby kalau nangis sangat gemesin dan imut menurut Romeo.

Romeo melirik Alea yang membuang wajahnya dari Romeo dan Deby. Romeo gak pernah lagi liat Alea menangis. Terakhir kali kalau gak salah ketika mereka SMP deh dan itu juga karena hari perpisahan. Romeo juga nangis waktu itu.

"Woy!" Romeo menepuk bahu Alea sedikit keras.

"Napa?" balas cewek itu jutek.

Romeo tahu bahkan sangat tahu jika Alea tidak suka Deby.

"Mau nganter Deby? Yaudah gue pulang duluan. Kali ini gak usah ngasih ongkos!" ketus Alea dan segera pergi.

Romeo menatap Alea heran. Biasanya Alea tidak begitu. Kenapa sih. Romeo hanya kasihan pada Deby. Mana mungkin ia biarin Deby naik kendaraan umum sambil nangis karenanya.

👑👑👑

Alea memasuki kamarnya dengan kesal. Alea benci Romeo. Alea lebih memilih untuk kesal pada Romeo daripada menangisi Romeo.

"Dasar tukang ngebaperin! Gak cocok banget nama lo Romeo! Ganti aja sono nama lo jadi Rojali," cerocos Alea.

Setelah kesalnya habis, Alea memilih tidur. Mimpi Alea jauh lebih bagus daripada kenyataan.

Romeo: lo taukan kalo gue lemah liat cewe nangis

Romeo: jangan marah dong

Romeo: Alea

Romeo: Alea sayang...

Romeo: gue kerumah lo gak mau tau

👑👑👑

Romeo menatap Alea yang tertidur pulas masih mengenakan seragam sekolah. Romeo sudah ijin masuk kamar Alea.

Romeo terus menatap wajah Alea yang tampak tenang dan damai. "Gue suka tau Le muka lo yang kaya gini. Bukan muka lo yang kesel, cemberut terus."

"Ini baju kenapa belum diganti sih! Gue aja udah ganti 3 kali."

Romeo mengelus dahi Alea. Alea itu cantik tapi judes dan cueknya gak nahan. Mata Romeo beralih pada nakas samping kasur Alea.

Pantas saja pesan Romeo tidak dibaca.

"Eunghh," Alea mengucek kedua matanya. Terbangun karena mimpinya sudah habis.

"Romeo? Ngapain disini?"  tanya Alea kaget.

Romeo tersenyum. "Nungguin Juliette bangun."

Alea terdiam. Makin baper ini hatinya. Boleh gak hatinya terbang, mumpung di langit ada bintang dan bulan jadi bagus.

"Ah muka lo gak nyantai banget kalo abis gue gembelin," Romeo tertawa.

"Gombalin," ucap Alea membetulkan. Romeo semakin tertawa. Alea pikir Romeo setres.

"Lo langsung tidur? Pasti ada masalah? Cerita dong sama gue, udah lama lo gak curhat sama gue," Romeo menatap Alea tenang.

Masalah Alea itu adalah baper sama si makhluk astral di hadapannya ini.

"Enggak ada. Lagian mau curhat tentang apa, lo udah tau semuakan tentang gue. Kalo di kelas lo suka liatin gue diem diem."

"Gue kira lo gak tau pas gue lirik lirik."

"Keluar lo gue mau mandi," usir Alea.

"Mandi apaan? Udah jam 9 malem, ganti baju aja sono."

Friendzone Not Friendship [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang