Kumcer 15 - Elegi Dalam Elegi

100 30 12
                                    

"Jadi, dapat kita simpulkan bahwasanya 'Elegi' adalah suatu lagu atau syair yang mengandung arti ratapan atau kesedihan. Sekian dari kelompok kami, kurang dan lebihnya kami sampaikan mohon maaf dan terimakasih."

Ketika kelompok yang terdiri dari Oki, Wahyu, Niken, dan Anjai itu mengakhiri presentasi mereka di depan kelas untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Pak Theo kemudian memberikan applause karena mereka berhasil menyelesaikan presentasi dengan baik dan lancar.

Pak Theo, guru lelaki dengan kumis tebal dan berkaca mata itu kemudian melangkah maju sembari membawa spidol papan tulis di genggamannya.

"Siapa yang masih belum mengerti?" tanya beliau.

Kemudian, suara si pentolan kelas, Rizal menyahut. "Pak! 'Kan tadi di—"

Sebelum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Pak Theo memotong ucapan Rizal. "Bapak sudah bilang berapa kali, Jal? Membuat pertanyaan, jangan diawali dengan kata 'Kan'. Tidak ada 'Kan' itu di KBBI. Ayo, kita sama-sama belajar menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Paham?" ujarnya dengan suara yang mendayu-dayu.

"SIAP! PAHAM BAPAK!"

Beliau kemudian mempersilakan lagi Rizal mengulang pertanyaannya.

"Oh, jadi seperti ini Bapak. Tadi oleh kelompoknya Anjai disebutkan, 'Elegi' itu berarti kesedihan ya pak?" katanya.

Pak Theo mengangguk, sambil sedikit tersenyum.

"Lalu?"

Rizal kemudian melanjutkan, "Nah, pertanyaan saya Bapak, apakah teman kita si Elegi itu dibuat pas lagi sedih-sedihnya Pak?"

Sontak pertanyaan Rizal membawa gelak tawa pada seisi ruang kelas 12 Mipa 5. Tak ayal, Pak Theo pun yang dikenal memang humoris orangnya tertawa terpingkal-pingkal.

"Terus Pak, APA KARENA DIBUAT LAGI SEDIH NAMANYA JADI 'ELEGI'???"

Gelak tawa terdengar kian nyaring.

"HAHAHAHA ANJER LU VANGKE JAL!!! HAHAHAHAHAHAH!"

Yang disebut namanya hanya tersenyum sekilas. Tidak mengerti.

Dialah Elegi. Siswi SMA Stella Kartika yang baru genap berumur 18 tahun minggu lalu. Ia adalah muara dari cerita kali ini. Egi nama sapaannya. Kadang, ia bisa menjadi orang yang super menyenangkan, kadang pula, Egi bisa tiba-tiba menjadi seseorang yang sangat diam. Elegi sendiri, adalah anak kembar satu-satunya di SMA Stella Kartika. Nama lengkapnya, Elegi Pringgadani. Kembarannya yang berada di kelas 12 Mipa 2 bernama Elega Premathalia.

Egi bukanlah seseorang yang pasif.

Tapi terkadang entah mengapa, ia lebih sering terlihat diam dibandingkan kembarannya, Elega.

"ASTAGA GIK! MAAPIN IJAL YA! MULUTNYA EMANG BELUM DISELAMETIN!" Teriak Ronald, si usil yang juga suka mengganggu anak-anak cewek SMA.

Tak dirasa, bel tiba-tiba berbunyi tiga kali. Menandakan bahwa jam pelajaran telah usai.

Pak Theo, yang sudah tak kuat menahan air mata karena tertawa pun menutup sesi KBM sore hari ini. "Yasudah, cukup untuk hari ini. Pertanyaan Ijal, akan kita bahas di pertemuan selanjutnya. Selamat pulang, hati-hati di jalan ya."

Siswa-siswi pun berhamburan keluar ruang kelas. Ada yang masih meyapu, ada yang tidur, ada pula yang lari-larian di koridor. Sedangkan Elegi, merapikan isi tasnya, menggendongnya di punggung, dan berjalan perlahan keluar kelas.

Oki mengejar Elegi yang langkahnya kian besar. "Egik! Tungguin kenapa sih! EH! Lo abis nangis? Kok sembab matanya?"

Egi menepis tangan Oki, sahabatnya, dan menutup lagi wajahnya. "Setelah gue pikir mateng-mateng, gue mau mutusin Ujang."

HarmoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang