Daniel menutup pintu kamar utama dengan cukup keras. Menimbulkan bunyi dentuman yang khas. Lelaki itu kemudian membuang tasnya ke sembarang arah. Berteriak tidak menentu. Mengaum akan hal yang tabu.
Di balik pintu kamar mereka, istrinya, Dyra sedang menangis. Ia terduduk kaku di seberang sofa abu-abu di ruang tamu. Memandangi sekelilingnya. Buku-buku tergeletak tak menentu, vas bunga pecah dan serpihan kacanya berserakan di mana-mana, barang-barang rusak, dan ruang tamunya benar-benar hancur.
Dyra masih menangis.
Seharusnya malam ini mereka makan malam, lalu saling bertukar pandang. Mengingat tahun keempat hari pernikahan mereka. Seharusnya malam ini Daniel tengah membuka kado pernikahan darinya. Seharusnya, dia tengah dikecup mesra oleh suaminya. Seharusnya mereka saling berbagi canda dan tawa. Begitu banyak kata 'seharusnya' hingga rasanya tak mungkin menjadi nyata.
Hatinya bergejolak. Wanita rapuh itu mendapati suaminya berselingkuh. Konyol memang. Ketika mencuci jas hitam milik Daniel, ada struk belanjaan di sana. Barangnya bermacam-macam, mulai dari lipstick, skincare produk terbaru, pelembab, makanan ringan, soda, bahkan high-heels keluaran brand terkenal. Tidak sampai di situ, di laptop kerjanya, ada email-email dari seseorang yang isi percakapannya sudah seperti suami istri.
Awalnya Dyra menolak percaya.
Sampai ketika Daniel pulang, Dyra mencium baru parfume wanita lain di tubuh pria itu. Wanita itu menjerit histeris, membuang kado dan kue pernikahan ke lantai. Daniel yang saat itu baru pulang dalam keadaan lelah otomatis terpancing emosinya. Mereka saling berteriak, menghina, memaki, dan tak segan saling menyakiti. Hingga mereka lupa bahwasanya mereka sepasang suami dan istri.
"Kamu yang gak becus jadi istri saya! Sudah berapa lama kita menikah dan kamu?? Kamu belum juga memberikan saya keturunan!" Daniel berteriak di depan Dyra yang menangis histeris.
Seperti dua insan yang tak saling mengenal, Dyra menampar lelaki yang pernah dicintainya itu. "MAS DANIEL!!!"
"APA?! DYRA KAMU HARUSNYA BISA MEMBERIKAN SAYA KETURUNAN!"
Dan Daniel mendorong tubuh Dyra dengan kuat. Wanita itu terjatuh di atas pecahan kaca dan melukai pergelangan serta telapak tangannya. "Kamu bukan lagi Daniel yang aku kenal, Mas. Kamu sudah berubah. Aku—aku tidak lagi mengenali kamu." Lirihnya.
Lelaki yang sudah di ambang batas emosinya buru-buru beranjak masuk ke kamar utama. Mengunci pintunya dan berteriak marah di dalam sana. Meninggalkan istrinya yang histeris di luar.
Dan sekarang, pukul 2 pagi, mereka masih saja sama. Daniel yang merutuki dirinya di dalam kamar dan Dyra, istrinya yang masih saja menangis dan terus menangis.
Sampai tiba-tiba, pintu hitam besar kamar utama itu terbuka. Daniel Deresta, lelaki 32 tahun dengan rambut acak dan kemeja lusuh muncul di baliknya. Menatap Dyra sejenak sebelum akhirnya menenangkan Adyra Thalia, wanita yang masih menjadi istrinya dan membawanya duduk di atas sofa.
Dyra hanya diam, apa yang perlu dibicarakan? Rumah tangganya baru saja hancur.
"Ra—"
"Apa wanita itu Amanda, Mas?" potongnya.
Daniel membuang muka. Sedangkan Dyra tersenyum samar.
"Aku tanya, apa benar wanita simpananmu itu Amanda? Sahabatku?" Wanita itu kembali mengulang pertanyaannya.
Ragu, Daniel mengangguk. "Ya. Benar perempuan itu."
"Dan dia sekarang hamil? 7 bulan kan?" tebak Dyra tepat sasaran.
Seakan tak ada lagi jalan keluar, mengelak pun percuma, Daniel kemudian mengungkap segalanya. "Ya, Amanda sedang mengandung anak saya. Jujur saja, saya dan dia memulai hubungan satu tahun yang lalu. Saat itu saya hanya sedang frustasi dan pergi ke kelab malam. Lalu saya bertemu dengannya. Saya sudah tahu dia sahabatmu dari kecil tapi saya tetap saja tergoda nafsu saya. Saya mengaku salah, maaf."
Meski Dyra tidak menatap mata suaminya secara langsung, ia bisa merasakan perasaan menyesal suaminya itu sekarang. "Tidak perlu. Semuanya sudah terjadi."
Lelaki itu kemudian berniat menggenggam jemari Dyra namun segera ditepis olehnya. "Saya tahu saya salah dan menyembunyikan semua ini dari kamu. Maaf saja memang tidak cukup. Tapi kamu lihat sendiri, saya tidak bisa meninggalkan Amanda, apalagi dia sedang mengandung anak saya."
Dyra menahan napasnya. Tentu, wanita itu tahu kalimat selanjutnya yang akan didengar olehnya.
"Saya akan menikahi Amanda." Yap! Daniel akhirnya mengatakan kalimat itu dengan sangat jelas dalam satu tarikan napas.
Dyra tertawa.
"Saya tahu, kamu tidak suka berbagi apa yang menjadi milikmu pada orang lain, karena itu, kita akan bercerai. Maaf saya harus menceraikan kamu dalam keadaan seperti ini. Tapi satu hal yang harus kamu tahu Ra, mencintai kamu, dan menikahi kamu adalah hal yang paling indah yang pernah terjadi dalam hidup saya. Saya tidak akan pernah menyesalinya, meski harus seperti ini akhirnya."
Wanita itu kemudian menatap lelaki yang dalam beberapa hari kemudian akan menjadi mantan suami sekaligus kenangan yang pernah ada dalam hidupnya yang singkat ini, Daniel Deresta. "Aku merestuinya."
"Cepat selesaikan talakmu, Mas. Kalau begitu, aku akan mulai berkemas. Tidak ada lagi tempat buatku di rumah ini, ataupun di hatimu. Kamu, secepat itu melupakan aku?"
"Maaf."
Dyra lalu bangkit, berjalan goyah untuk membereskan barang-barangnya. "Setelah perceraian ini selesai, aku tidak bisa menghadiri pernikahanmu nanti. Dan mulai detik ini, jangan pernah lagi menghubungi aku. Aku anggap, urusan kita selesai hanya sampai di sini, Mas."
Daniel menghentikan wanitanya. "Ra, tapi—"
"Mas, kamu tahu aku tidak suka berdebat. Aku harus berkemas. Dan oh ya, anggap saja kamu nggak pernah kenal Adyra Thalia, oke? Let's pretend like we're never knowing each other. Let's be a stranger. Aku anggap, kamu sudah mengerti ya. Titik."
Adyra Thalia benar-benar melangkah menjauh. Membiarkan detik ini menjadi masa lalu yang patut ia tinggalkan di belakang. Tak perlu lagi menoleh. Karena kini, ia harus kembali menata masa depan.
"Ra! Kamu tahu kenapa saya sangat membenci titik? Karena dia tidak berseru dan tidak pula bertanya. Tetapi mengakhiri segalanya!" Ungkap Daniel, untuk yang terakhir kalinya.
"Aku sangat tahu."
***
TAMAT
KUMCER 13 - BERPALING
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni
Historia Corta[BLURB] Saya pernah mendengar ungkapan bahwa 'sempurna' itu hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Tapi kali ini, untukmu, saya mematahkan ungkapan itu. Kamu sempurna, dengan dirimu, bahasamu, sikapmu, dan sifatmu. Kamu adalah rahasia kecil yang tersimpa...