Kumcer 16 - Kecewa

70 28 11
                                    

Rambut panjangnya hitam legam. Sangat kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat. Matanya sayu. Iris matanya berwarna coklat susu, didapat dari Ayahnya. Bibirnya tidak tipis, tidak jua tebal. Sangat manis.

Perkenalkan, namanya Aprilia Tanuwijaya. Ia adalah putri pertama. Sifatnya sedikit dimanja. Namun, seiring bertambahnya usia, ia tak lagi sama. Sikapnya semakin dewasa. Juga pengayom bagi adik-adiknya.

Hari ini, Senin 18 Juli 2015, sekolah mengadakan Ulangan Akhir Semester, atau yang biasa dikenal sebagai UAS. Tentu saja Lia telah mempelajari materi semalaman. Mimpinya satu; membahagiakan kedua orang tuanya dengan nilai yang memuaskan. Tidak cukup sulit bukan?

"Selamat berjuang anak Papa, jangan lupa berdoa sebelum dimulai, dan jangan terburu-buru mengerjakan. Oke?" Tanuwijaya melambai melalui kaca mobil pada anak sulungnya.

Lia mengangguk, menyunggingkan senyum. "Siap Bos! Doain yah!"

Lelaki 40 tahun itu terkekeh. "Pasti, semangat sayang."

"Dah Pa!" Setelah berpamitan dengan Papa, ia kemudian berlarian kecil di koridor SMA Agnibrata. Menemui sahabat-sahabat karibnya. Bisa dibilang, Lia seseorang yang mudah bergaul. Oleh karenanya, ia memiliki banyak teman sekarang.

Dari depan kelas, salah satu sahabatnya, Oliv melambaikan tangan. "LIAAA HANTU!" Teriaknya histeris. Mendengarnya, Lia langsung kaget. Emang dasar, sahabatnya selalu membuat dirinya malu.

"Anjir! Jangan teriak-teriak, malu!" tegurnya. Namun Oliv tidak mendengarkan. Hanya terkekeh kecil.

Sembari mengajak Lia untuk masuk kelas, Oliv menjawab, "Gapapa, biar orang-orang tau ada hantu rajin di sekolah ini."

Otomatis, Lia menjitak kepala sahabatnya itu. "Sembarangan lo! Mulut tolong dijaga mbaknya. They call it manner," sindir gadis itu sambil terkekeh pelan. Ia lalu meletakkan tas punggungnya dan mengeluarkan laptop untuk mempersiapkan media ujian kali ini yang berbasis komputer.

Oliv memanggil teman-temannya yang lain, Dinda, Nabila, dan Lidya. Mereka berlima berkumpul sembari membicarakan hal-hal yang tidak penting. Sampai Bu Endang memasuki ruang kelas, tanda ujian akan segera dimulai. Sebagai proktor, beliau memberikan kode agar siswa dan siswi dapat mengakses soal mata pelajaran Bahasa Inggris kali ini.

Dengan teliti, Lia memasukkan kode-kode acak itu. Lalu, ia mendengar Oliv berbisik, "Ya! Bantuin gue jangan lupa bagi jawaban."

Lia menjulurkan lidah, "Makanya belajar! Males lah gue bantuin lo!" jawabnya berbisik pelan.

25 menit waktu ujian berjalan. Baik Lia maupun teman-teman sekelasnya sama-sama fokus untuk mengerjakan soal-soal yang disajikan. Berbeda dengan Oliv, cewek itu sibuk melirik-lirik ke arah Lia. Mencontek jawabannya.

Lia yang mengetahui hal itu mendesah pelan.

Ujian pun berakhir, siswa dan siswi diperkenankan untuk keluar ruangan.

"UAAH AKHIRNYA!" Seru Lidya heboh. "Gue gak nyangka itu soal sesulit itu anjir! Mana gue gak belajar semua materi lagi!"

Dinda menoyor kepala sahabatnya itu. "Lo kerjaannya nonton anime mulu, untung sih lo gak remed. Kalo sampe iya, gue orang pertama yang bakal ngetawain lo!"

Lia terkekeh akan tingkah sahabat-sahabatnya. "Eh by the way, kalian dapet berapa nilainya? Gak ada yang remed kan?"

Nabila yang pertama berseru, "78 anjir!"

Kemudian, Dinda terkekeh. "Masih mending," ujarnya sembari memperlihatkan wajah lesunya, "Gue 74 biasa aja!"

Mendengar teman-temannya bersedih, Lidya kemudian memecah suasana, "Eh lo pada masi mending, gue 70 PAS KKM NIH!" Akibat gurauannya, mereka berhasil tertawa lepas. "Enak ya, Lia, udah pinter Bahasa Inggris gak usah ditanya lagi nilainya."

HarmoniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang