"YO! YO! MIPA 8!"
Seseorang berteriak dari barisan paling belakang dari banyaknya siswa-siswi SMA Airlangga Padguna yang berbaris rapih di tengah lapangan utama. Seseorang dari kelas MIPA 8 ada yang pingsan!
Suasana upacara bendera pagi ini pun sedikit mencekam. Baik dari segi barisan siswa yang terlihat menoleh ke arah kiri semua dan hening, ataupun Bapak Kepala Sekolah yang menghentikan sejenak amanat yang diucapkannya sebagai bentuk keharusan dalam upacara bendera.
Lalu, terdengar derap langkah berlari dari arah UKS, 2 orang berbadan tegap dengan sigap membawa tandu dan langsung menghampiri barisan MIPA 8.
"Cepetan! Minggir woi minggir!" mendengar teriakan Bagus—si ketua OSIS yang disegani—anggota MIPA 8 yang sedang berbaris pun menepi. Memberikan jalan agar petugas PMR sekaligus OSIS bisa masuk ke barisan.
Seseorang terkapar di sana dengan kepala disandarkan pada salah satu teman perempuannya. Dia terkulai lemas dengan wajah pucat pasi dan peluh bercucuran.
"Yo, bisa gak?" Bagus mendekat ke arah Erio yang bersiap memindahkan tubuh lemas Anggia ke tandu yang akan dibawanya ke UKS.
Erio mengangguk, "Bisa."
Setelahnya, mereka membawa Anggia dengan tandu ke UKS sekolah. Barisan pun kembali dirapikan dan kepala sekolah siap melanjutkan ucapannya.
Erio dan Agus di sana. Selesai memindahkan tubuh Anggia ke atas ranjang UKS, Erio dan Agus kemudian keluar ruangan. Membiarkan guru dan petugas PMR perempuan yang mengurus sisanya.
"Aang!" Panggil Erio, dan Agus pun menoleh. Lelaki berbadan bongsor yang dipanggil itu langsung mengangkat satu alisnya. "Gue ke belakang yah. Lo sama yang lain aja." Cengir Erio. Agus atau yang kerap disapa Aang itu cuma bisa mendesah pelan. Maksud dari kalimat Erio barusan adalah, bahwa lelaki 18 tahun itu ijin dari tugas.
"Lu mah, selalu yah. Gue doain deh lu cepet move on dari Anggi. Ngennes amat idup lu tong." Canda Agus sambil kembali membenarkan letak dasinya yang sedikit miring ke kanan.
Erio tertawa kecil. "Sialan lo emang! Thanks ya bro!"
Setelah itu, lelaki yang sekarang menginjak kelas 12 SMA itu langsung berlari ke arah kantin yang terletak di samping gedung belakang. Sesampainya di sana, Erio langsung di sambut oleh Bu Ir—penjaga kantin—kemudian membeli beberapa camilan dan air putih.
"12.000 mas."
Erio menyerahkan selembaran uang 20.000-an.
"Makasih ya Bu."
Bu Ir mengangguk. Hapal dengan salah satu siswa yang sering banget nangkring di kantin pas pelajaran tengah berlangsung. "Iya mas. Buat Neng Anggi ya? Pingsan lagi?"
Bu Ir memang kenal sekali dengan dua sejoli SMA Airlangga Padguna—selain Nadela dan Egar tentunya. Anggia Justisia Humanis dan Erio Putra Bagaskoro adalah seseorang yang berhasil menjadi topik hangat 1 tahun belakangan.
Erio adalah cinta pertama Anggia. Begitupun Erio pada Anggia. Mereka lalu jadian kelas 11. Hubungan mereka awalnya berjalan mulus. Sampai memasuki bulan ke-7, seseorang mencoba masuk ke dalam hubungan mereka. Mungkin memang semesta ingin mereka berpisah, mereka pun putus.
Kabar baru-baru ini, Erio belum bisa move on. Padahal sudah 5 bulan berlalu sejak ia putus dengan Anggia di ruang multi media.
"Hahaha, iya nih, Bu. Bingung saya kadang, pingsan melulu kerjaannya. Duluan ya Bu," ujarnya sambil tersenyum kala Bu Ir mengangguk sembari memberikan kembalian dari uangnya.
"Iya mas!"
Erio melangkah cepat ke arah UKS. Takut jika Anggia sudah siuman dan kembali ke kelas. Sesampainya ia di sana, Erio bisa bernapas lega kala melihat seorang perempuan mungil tengah berbincang dengan salah satu temannya di ekskul PMR.
![](https://img.wattpad.com/cover/153225223-288-k225439.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni
Kurzgeschichten[BLURB] Saya pernah mendengar ungkapan bahwa 'sempurna' itu hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Tapi kali ini, untukmu, saya mematahkan ungkapan itu. Kamu sempurna, dengan dirimu, bahasamu, sikapmu, dan sifatmu. Kamu adalah rahasia kecil yang tersimpa...