5, Mei 2027
127,770 kata.
Sebuah lagu berjudul La Traviata: “Libiamo, Ne’lieti Calici”, secangkir kopi hangat yang mulai mendingin di atas tatakan bulat di meja putih kayu, sebuah pengisi daya, dan laptop tipis yang terbuka lebar menjadi teman malam wanita itu saat tengah menikmati keheningan malam di salah satu kamar hotel bintang 5 Surabaya.
127,770 kata yang berhasil ia tulis dan rampungkan malam ini. Sebuah novel yang sudah lama ia rencanakan. Meski banyak sekali rintangan dalam proses menulisnya, ketika membaca kembali baris akhir yang ia tulis membuat ujung bibirnya naik.
Arini tersenyum puas.
“Selesai. Aku berhasil menyelesaikannya.”
Ya, Arini Hasanudin Ashari berhasil menulis sebuah kisah paling indah dalam hidupnya. Cerita ini nantinya akan ia terbitkan melalui salah satu penerbit besar di Indonesia. 2 tahun para penggemarnya menanti karya terbaru yang akan ia persembahkan kurang dari 2 bulan lagi.
Sebuah kisah yang ia mulai, harus ia akhiri juga.
Tidak pernah lelah Arini mencoba mengingat kembali semua kenangan manis yang menjadi salah satu cerita masa mudanya di Surabaya, Kota kelahirannya. Di mana Arini pertama kali menginjakkan kakinya di SMAN 9 Surabaya, di mana ia juga mengenal banyak teman dan menemukan sahabat-sahabat sejatinya. Senyumnya semakin lebar kala Arini mengingat sosok tinggi dengan tas hitam lusuh yang selalu menemani hari-harinya saat benimba ilmu itu.
Varo Febrian.
Sebuah nama yang indah bukan?
Sama seperti sosoknya yang pernah berhasil membuat jantung Arini berdegup lebih kencang daripada seharusnya. Ia pernah membuat wanita ini tersenyum, tertawa setiap harinya, menikmati hidup seakan tak ada hari esok lagi, bermain dan belajar bersama, mencoba banyak pengalaman baru yang tak pernah Arini dapatkan dari kedua orang tuanya. Rian juga berhasil membawa dirinya masuk ke dalam dunia indah lelaki itu.
Ketika mendengar ungkapan bahwa ‘SMA adalah masa-masa paling membahagiakan’, Arini setuju. Karena pada kenyataannya, memang masa SMA-nya dipenuhi banyak warna. Wanita ini tak ingat jika ia pernah menangis barang sehari saja.
Arini tidak pernah sedih.
Karena Rian akan hadir untuk menghiburnya.
Sempurna? Ya, bisa dikatakan 2 tahun bersekolah, hidupnya sangat sempurna.
127,770 kata menggambarkan semuanya. Perasaan berbunga-bunga itu, perasaan tak sabar bertemu dengan Rian-nya, perasaan berdebar dan rindu yang mendalam semuanya Arini tulis dengan jelas dalam bukunya.
Arini memberinya judul, 'ELEGI’.
Rian seberpengaruh itu dalam hidupnya. 24/7 selalu hadir dalam waktunya. Tidak pernah terlewatkan satu haripun untuk menikmati waktu berdua. Dulu, sebutan bagi keduanya adalah Couple Goals. Banyak teman-teman Arini iri dengan hubungan yang dimilikinya dengan Rian. Tak jarang, banyak perempuan yang berniat merebut Rian dari Arini. Tetapi mereka semua gagal.
Arini tetap pemenangnya.
Mereka ditakdirkan untuk bersama. Setidaknya sampai 14 Februari 2018.
Arini hamil.
Semua dunianya hancur. Mimpi yang semula ia susun hilang begitu saja. Prestasinya tak ada lagi artinya. Nilainya jelek, rankingnya turun, Arini dikeluarkan dari sekolah, mereka semua pindah ke Ambon, dan meninggalkan semua kenangan manis di Jalan Manyar, Surabaya.
Sejak saat itu, Arini tidak pernah melihat sosok Rian lagi. Laki-laki itu bagaikan hilang ditelan bumi.
“Aku ndak bisa Rin. Maaf. Aku masih harus kuliah dan membahagiakan Ibu dan Bapak. Semua ini tidak pernah aku prediksi. Aku tidak bisa menikahimu sekarang Rin. Bagaimana dengan masa depanku?” ujar Rian kala itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harmoni
Nouvelles[BLURB] Saya pernah mendengar ungkapan bahwa 'sempurna' itu hanya milik Tuhan Yang Maha Esa. Tapi kali ini, untukmu, saya mematahkan ungkapan itu. Kamu sempurna, dengan dirimu, bahasamu, sikapmu, dan sifatmu. Kamu adalah rahasia kecil yang tersimpa...