9 - Ciuman Basah

428 13 2
                                    

Rapat pertama berlangsung cukup lama, dari pukul empat sore sampai selepas magrib. Satu per satu orang pulang, meninggalkan ruang sekretariat HIMAJUR, setelah setengah tujuh malam. Haira dan Gama yang tersisa.

"Kamu enggak buru-buru pulang, kan? Aku mau kasih tahu pembuatan proposal permohonan bantuan dana ke pihak kampus dan donatur."

"Aku sampai setengah delapan, ya."

"HIMAJUR itu pernah mengadakan pameran foto jurnalistik dua tahun lalu. Kita bisa mencontoh format proposalnya, tinggal ganti tema, tanggal, tempat, anggaran dana, dan lain-lain," Gama berujar sambil menyodorkan setumpuk kertas berjilid-jilid.

Haira meraih kertas-kertas dengan tepian yang sudah keriting itu, lalu membukanya, kemudian melihat lembar demi lembar. "Aku akan membaca lebih detail di rumah."

"Kamu bisa membuat proposalnya berapa lama?"

"Aku usahakan dua minggu. Setelah itu, kita koreksi sama-sama."

"Seminggu?"

"Enggak bisa. Aku ada banyak tugas pekan ini," kata haira.

"Seminggu, ya?"

"Gama," Haira berkata dengan raut wajah memohon.

"Haira," Gama malah bercanda.

"Aku coba."

"Bagus."

Kemudian, keheningan hinggap beberapa detik. Saking sunyinya, detak jarum jam dinding di ruangan menyusup dan menggetarkan gendang telinga Haira. Di saat itu pula, ada kesempatan kepada mereka untuk saling bertatapan.

"Kemarin," kata Gama.

"Aku," kata Haira.

Mereka tidak sengaja bicara bersama-sama.

"Kamu duluan," ucap Haira.

"Kemarin aku ikut campur terlalu jauh," kata Gama.

"Aku sudah melarang, tapi kamu nekat."

"Aku hanya ingin mengetahui siapa yang lebih tampan di antara kami," Gama berkata sambil terkekeh.

"Lalu menurutmu siapa yang lebih tampan?"

"Jelas aku. Dia enggak terlalu jelek, tapi aku lebih berkharisma," Gama mengembangkan senyum yang sangat lebar tanda bahwa dia bangga dengan dirinya sendiri. Narsistik mengakar kuat di dalam dirinya, tapi semua ucapannya adalah kebenaran.

Haira tersenyum. Kemudian dengan pelan, ia berkata, "Aku menyukai kamu, Gama."

"Syal yang ada di tas kamu itu pasti dari mantan kamu? Aku baru melihatnya," Gama berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Hadiah ulang tahun."

"Kapan diberikan?"

"Kemarin."

"Ah, aku enggak punya apa-apa sebagai kado buah kamu."

"Jangan mengalihkan topik pembicaraan, Gama."

"Aku sudah mengetahui perasaan kamu. Sejak makrab, aku bisa melihat itu. Aku juga menyukai kamu."

"Tapi apa benar kamu si Don Juan yang suka gonta-ganti pacar?" Ia bertanya dengan gamam.

"Apakah pertanyaan itu berasal dari mulutmu sendiri?"

Haira menggeleng.

Gama mendesis, "Kamu percaya aku atau mereka?"

"Kamu," Haira berkata pelan.

"Jawab yang yakin dong, jangan bisik-bisik begitu."

"Aku percaya kamu."

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang