15 - Pertemuan

259 14 2
                                    

Ting. Ting. Ting. Telepon genggam sudah berbunyi tiga kali, tapi kedua ibu jari itu tetap saja asyik melompat-lompat di atas layar ponsel. Haira fokus mencatat setiap pernyataan laki-laki di depannya.

"Pesannya enggak dibalas dulu, Mbak?" kata laki-laki berbaju krem dengan tanda pengenal di area dada bertulis: Petugas Museum Jenderal Besar DR. A. H. Nasution di Menteng.

"Nanti saja, Pak, setelah wawancara."

Namun, Haira lupa mengecek. Ia terlalu serius menulis berita dari hasil liputan. Ia tidak mau mengulang kesalahan. Pesan itu baru terbaca setengah jam kemudian, seusai ia memesan ojek online. Sebuah nomor asing pun menyapanya.

08121287772xxx : Haira, ini Malo.

08121287772xxx : Kamu lagi di mana?

08121287772xxx : Ke kantor enggak?

Sambil menunggu ojek online pesanannya datang, Haira menyimpan nomor itu ke kontak, lalu membalas.

Haira : Kak, maaf baru balas. Aku habis liputan ke museum buat 17 Agustus. Ada apa, Kak?

Malo : Kamu balik ke kantor jam berapa?

Haira : Ini lagi tunggu ojek.

Malo : Kalau sudah di kantor, kasih tahu aku.

Haira : Kenapa, Kak?

Malo : Jangan kebanyakan tanya.

Haira : Siap, Kak.

Haira tiba di kantor pukul dua siang. Sebelum ke bilik kerjanya, ia makan siang dulu di kantin kantor. Perutnya sudah keroncongan sejak di ojek, tapi ia bertahan. Menjelang pukul empat sore, Malo menyapa lagi via WhatsApp.

Malo : Haira, kamu lapar enggak? Laki-laki yang duduk di samping aku lapar, katanya.

Haira : Aku masih kenyang, Kak.

Malo : Kalau nanti jam tujuh sudah lapar, kasih tahu, ya.

Haira : Kalau lapar, ya, Kak.

Malo : Kalau haus juga boleh. Yang penting, sih, bukan laparnya, tapi ketemunya sebelum kamu resign, sebelum kamu pergi jauh dari sini.

Haira : Kak Malo sudah tahu aku resign?

Malo : Sudah, dong.

Haira : Aku enggak menyangka kabarnya begitu cepat tersebar.

Malo : Kalau sudah lapar atau haus langsung kasih tahu saja.

Haira : Oke, Kak. Tapi harus jam tujuh, ya? Takutnya aku belum selesai menulis.

Malo : Itu tawaran, terserah bisanya jam berapa, pasti ditunggu.

Haira : Aku bisa sekitar jam delapan.

Malo : Oke. Aku kasih tahu orangnya, ya.

Haira : Ya, Kak.

Malo : Nanti dia ke meja kamu.

Haira : Oke, Kak.

Haira tersenyum. Hatinya mengembang bagai balon udara, karena kegirangan. Ia mempercepat tempo mengetik berita dengan sudut pandang berbeda dari hasil liputan tadi. Sampai menjelang magrib, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Ia heran, mengapa banyak nomor tanpa identitas mengontaknya hari ini.

081370814xxx : Haira, kenapa kamu resign?

Haira baru ingin menulis balasan, tapi yang bersangkutan mengirim WhatsApp lagi.

PelukTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang