Hari ini sekolahan terlihat lebih sepi dari biasanya. Mungkin di karenakan sedang berlangsungnya proses pembelajaran bagi kelas X dan XI.
Ana melangkahkan kakinya disekitar lorong-lorong kelas. Langkah kakinya terasa menggema dikarenakan keadaan sekelilingnya sepi.
Dia terus melangkahkan kakinya untuk cepat sampai dikelas karena sesi teacher photoshot akan segera dimulai.
Dia terus melangkah sampai pada saat penglihatannya tak sengaja melihat sesuatu objek yang dirasa cukup familiar. Menghentikan langkah, Ana berusaha untuk memperjelas penglihatannya.
Disipitkan matanya untuk dapat melihat objek yang terasa familiar tersebut.
Namun hasilnya nihil. Dia tidak dapat melihat wajahnya, karena objeknya memang terlalu jauh untuk jarak pandang penglihatannya. Sosok itu nampak seperti sedang berdiri di sebelah pohon yang berdaun rindang, dihalaman sebelah utara sekolah. Sosok itu sedang membelakanginya menggunakan pakaian putih dan....
Rambutnya juga berwarna putih?
Dia merasa familiar dengan sosok tersebut. Dari postur tubuhnya sepertinya dia mengenalnya apalagi rambutnya yang berwarna putih. Seperti dia sering melihatnya, namun siapa?
Ana mengerutkan dahinya mencoba mengingat sesuatu tentang sosok tersebut.
Seketika matanya melebar, saat tiba-tiba muncul seseorang didalam pikirannya. Mungkinkah...
Mungkinkah...
Dia....
Grandpa?
Tapi, bagaimana bisa? Bukankah kakeknya saat ini harusnya ada dirumah sakit bersama sang mama? Kenapa bisa ada disini? Dan seingatnya tadi kakeknya masih ada dirumah, bahkan masih menikmati sarapannya saat dirinya tadi berangkat kesekolah. Kenapa bisa ada disini?
Dan yang paling penting adalah bagaimana kakeknya bisa ada disini? Kemana kursi rodanya? Siapa yang mengantarnya? Kenapa bisa berdiri? Apakah kakinya sudah tidak sakit? Kenapa diantar kesana? Kenapa sendirian?
Dan masih banyak lagi kata kenapa untuk sederet kalimat pertanyaan yang belum bisa Ana percaya.
Tidak peduli kenapa, siapa, mengapa. Kakeknya tidak boleh berada disini. Karena ini jadwalnya kakek chek up dirumah sakit. Jika telat sedikit saja pasti akan fatal.
Dilangkahkan kakinya menuju pohon rindang tersebut untuk menghampiri sosok yang kini masih berdiri membelakanginya.
Sosok granpa, kakeknya yang selalu menjadi panutannya. Namun, baru selangkah kakinya melangkah. Tiba-tiba sosoknya tertarik kebelakang saat ada seseorang yang menarik tangannya dari belakang.
"Pricil!" Sahut Ana saat dirinya sudah berbalik memutar untuk melihat siapa yang tadi menarik tangannya dari belakang.
"Mau kemana kamu?" Tanya sosok yang dipanggil Pricil oleh Ana tersebut. Dia mengerutkan dahinya saat melihat sosok sahabatnya yang akan melanjutkan langkahnya padahal dirinya sudah sampai di depan ruang kelas. Kenapa tidak masuk? Kemana tujuannya?
Pricilia Adora. Sahabat dari kecil sekaligus teman satu kelas dan satu bangku Ana. Teman terbaik sekaligus teman paling jahil yang pernah Ana kenal. Pricil termasuk gadis yang periang dan suka hiperbola. Putri dari salah satu keluarga kaya yang merupakan sahabat almarhum mendiang ayahnya. Ayahnya Ana dengan ayahnya Pricil merupakan teman dekat dari kecil yang meniti karir bersama dari nol. Namun, semuanya harus berakhir saat kejadian naas itu terjadi.
Kejadian yang merenggut nyawa ayahnya dan menghilangkan harapan hidup kakeknya serta memberikan luka yang mendalam bagi yang ditinggalkan.
Kejadian yang berlangsung dua tahun yang lalu. Yang masih membekas dihatinya, menimbulkan luka yang menganga. Hingga rasa sakitnya akan selalu ada seberapapun disembuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Ghost
Mystery / ThrillerKehidupan seorang Anastasya Aurelia harus berubah karena sebuah wasiat tertulis dari kakeknya. Dimana isinya adalah jika umurnya sudah mencapai 18 tahun dia akan dinikahkan dengan cucu salah satu sahabatnya yang sudah tertera didalam surat wasiat te...