7. Dimajukan

5.2K 330 10
                                    

Ana menompang dagunya diatas meja Cafe. Kelereng coklatnya memandang lurus kedepan menerawang. Entah apa yang gadis itu pikirkan namun sekali-kali dia menghela nafas yang lumayan terasa berat. Gadis itu bahkan tidak berkedip sama sekali semenjak sepuluh menit berlalu.

Diluar tampak matahari yang sedang beranjak menuju puncaknya. Alam pun rasanya sedang bersahabat dibuktikan dengan sinar matahari yang tertutupi awan sehingga tidak terlalu panas.

Ana menghela nafasnya sekali lagi. Kenapa perasaannya tidak secerah hari ini?

Ana menegakan tubuhnya. Menyeruput es Vanila Latte yang mulai menggembun dibagian gelasnya. Kelereng coklatnya mulai bergulir kesana kemari menelusuri setiap inci penjuru Cafe.

Tadi dirinya melarikan diri dari teman-temannya yang minta berfoto bersama usai acara wisudanya selesai. Dia bahkan tidak sempat untuk pulang kerumah ikut Mamanya dan Ara yang pulang duluan untuk sekedar hanya berganti pakaian. Dirinya masih mengunakan kebaya merah marron yang digunakan untuk acara wisuda yang diselenggarakan oleh sekolahannya.

Ana menelengkan kepala. Menyangganya menggunakan satu tangan. Mengghela nafas, Dirinya benar-benar kurang semangat hari ini. Padahal hari ini merupakan hari yang spesial bagi sebagian siswa yang sedang melangsungkan wisuda dimana wisuda hanya akan diadakan setahun sekali bagi angkatan yang melaksanakannya. Termasuk Ana.

Namun nyatanya tidak begitu untuk Ana. Dirinya cenderung ingin bermalas-malasan dibanding teman-teman yang lainnya yang sibuk menyiapkan wisuda hingga tidak tidur sampai pagi karena paginya akan berdandan.

Seseorang datang sambil membawa tas tangan dengan merek mahal. Dirinya sibuk menggumam sambil sesekali memperlihatkan kuku jarinya yang sudah berwarna. Dia mengusap kepalanya untuk menyingkirkan helaian rambutnya yang keluar dari sanggul yang terasa berat. Tersenyum manis dirinya mendudukan diri dikursi meja depan Ana. Ana meliriknya sekilas. Kemudian kelereng coklatnya mulai bergulir menatap luar Cafe yang lumayan ramai.

"Duh emang dasar ya. Susah kalau jadi orang cantik. Kemana-mana pasti ada yang ngintilin." Guman seseorang itu sambil mengangkat tangannya memanggil pelayan.

"Mbak!" Pelayan tersebut datang sambil membawa buku catatan. "Chocholatte Latte-nya satu ya" ucapnya sambil tersenyum manis. Setelah itu pelayan mencatat pesanannya dan berlalu pergi untuk membuatkannya setelah mengucapkan untuk tunggu sebentar.

"An kamu kok disini sendiri sih? Tadi itu dicariin loh untuk foto bareng. Tapi kamunya ngilang. Ngapain?"

Ana meliriknya sekilas. "Nggak ngapa-ngapain lagi males aja"

"Yah... padahal tadi kamu itu dicariin tahu sama Alan"

Ana mengalihkan pandangannya kedepan. Memandang seseorang yang sedang eksis berfoto menggunakan kamera ponselnya. Dahinya berkerut.

"Alan? Nyariin aku? Mau ngapain?" Ana bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Nggak tahu dia cuma tanya Ana mana? Terus clingak-clinguk gitu dikelas kaya nyariin kamu. Tapi pas kamunya nggak ketemu dia main pergi aja tanpa ngomong apa-apa lagi"

Ana menganggukan kepalanya. Setelah itu pesanan gadis itu datang. Dia langsung meletakan ponselnya dan mulai menyeruput Chochollatte Latte pesanannya.

"Oh..."

Gadis itu mulai mengerutkan hidung. "Kok cuma 'oh' si An?"

"Terus?"

"Ya histeris apa kaget gitu secara kan Alan itu salah satu most wanted disekolah kita. Dan dia khusus nyariin kamu. Ya minimal senyum gitu. Ini mah malah lempeng aja dikasih tahu Alan nyariin kamu"

Invisible GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang