11. New Family

6.7K 369 2
                                    


"Bi, semalam ada maling ya?" Ana bertanya sembari memandangi dirinya dipantulan cermin meja rias. Wajahnya lurus kedepan sedang menyisir rambut panjangnya sedangkan kelerengnya sibuk mengawasi Bi Ade yang sedang membantu dirinya membersihkan kamarnya lewat pantulan cermin didepannya.

Bi Ade yang sedang sibuk melipat seprai itupun menoleh saat salah satu majikannya bertanya. Mengerutkan kening, Bi Ade lantas menjawab. "Tidak ada Non. Setahu saya rumah ini dijaga ketat sekali oleh Pak Leonardo. Jadi mana mungkin jika maling berani masuk sini"

Ana mengangguk paham. Berarti memang tidak ada maling masuk semalam. Lantas siapa yang dengan berani menyentuh dirinya semalam?

Ana mendesah frustasi. Pikirannya benar-benar buntu sekarang. Ana pikir setelah dia berendam selama tiga puluh menit dibak mandi akan mendinginkan kepalanya agar dia bisa berfikir jernih dan bisa mengungkap siapa yang dengan berani menyentuh dirinya semalam. Namun, semuanya sia-sia kala otaknya tetap saja buntu.

Sebagai sentuhan terakhir Ana memoleskan lipstik merah jambu yang tergeletak manis diatas meja rias. Memandangi dirinya sekali lagi didepan cermin, Ana lantas tersenyum tipis. Kali ini dirinya menggunakan kemeja kotak-kotak berwarna biru laut dipadukan dengan celan jins berwarna putih.

Memandangi dirinya lagi, Ana lantas mengedip. Ternyata seperti ini rupanya jika dia memakai make up? Tidak terlalu buruk. Meskipun Ana jarang memakainya lantaran sekolahan melarangnya memakai riasan berlebihan terutama untuk yang berwarna-warna seperti lipstik berwarna, blash on, ataupun alat make up lainnya yang menghasilkan warna yang berbeda dikulitnya. Biasanya Ana hanya akan memakai lipbam tanpa warna juga bedak bayi sebagai pelengkapnya. Namun, kini dirinya benar-benar memakai semuanya, seperti memakai maskara, eye shadow, pensil alis dan masih banyak lagi.

"Non, mari kita turun. Sepertinya semuanya sudah menunggu dibawah untuk sarapan bersama"

Ana memandangi Bi Ade yang sedang berbicara dibelakangnya lewat pantulan cermin rias miliknya. Menganggukan kepala, Ana lantas bangkit berdiri dan berbalik berjalan menuju keluar kamar.

"Bisa tolong panggil saya dengan sebutan 'Ana' saja Bi?" Ana bertanya pada Bi Ade yang berjalan didepannya, mendahuluinya untuk memberitahukan jalan menuju ruang makan. Rumah ini terlalu besar. Jadi Ana tidak tahu pasti dimana saja letak ruang makannya. Maklum, Ana kan baru pindah semalam. Itu pun karena pernikahan sialan itu yang berlangsung diluar nalar. Sepertinya Ana perlu mengenal lebih jauh tentang tempat tinggalnya yang baru ini. Mungkin nanti setelah sarapan, Ana akan meminta Bi Ade untuk menemaninya jalan-jalan sebentar mengelilingi tempat ini.

"Tidak bisa Non. Itu sudah menjadi peraturan dirumah ini" Bi Ade menjawab sopan sambil terus berjalan menunduk, membimbing Ana untuk sampai diruang makan.

Ana menganggukan kepalanya. Dia tidak akan mempermasalahkan lebih jauh lagi, jika menyangkut tentang peraturan rumah. Lagi pula Sultan kan bebas?. Ana mulai melangkahkan kakinya menuruni tangga satu persatu. Kelerengnya sibuk bergulir memandangi setiap sudut rumah itu. Banyak sekali benda-benda antik yang terpajang dirumah ini. Mungkin keluarga ini adalah salah satu keluarga penyuka benda-benda antik. Sehingga mereka mengoleksinya saking tergila-gilanya dengan benda tersebut.

Mistik! Ana akui rumah ini bagus. Namun, gayanya yang seperti abad pertengahan membuat rumah ini agak janggal. Dekorasinya klasik, menawan, indah dan melambangkan keagungan-keagungan seperti zaman kerajaan kuno. Terkesan loyal dan penuh keangkuhan. Namun, memiliki misteri didalamnya. Ana menyentuh pinggiran tangga, seperi ukiran batu giok yang dipahat sempurna oleh orang zaman dulu-dulu.

Ana menjejakan kakinya dianak tangga terakhir. Bola matanya bergulir beredar memindai sekitar. Bi Ade terus melangkah kedepan lalu berbelok kekiri. Ana masih senantiasa mengikutinya dibelakang. Ingin memulai percakapan namun ragu saat Bi Ade terkesan menghindarinya. Meskipun tidak apa-apa.

Invisible GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang