12. Kevin, You Jerk!

6.1K 398 6
                                    

Ana menggigit kuku jarinya bingung. Saat ini posisinya sedang berdiri didepan pintu lemari yang terbuka. Dia menggaruk pelipisnya kemudian mendesah bingung kembali.

Apanya yang harus dia masukan kedalam koper?. Sedangkan dia sendiri tidak membawa satu set pun pakaian miliknya kerumah ini. Semua yang dipakainya hari ini murni semuanya berasal dari rumah ini. Tidak ada yang dia bawa selain dirinya dan ponsel miliknya.

Apa yang harus dia bawa kalau begitu?. Ana mendesah frustasi. Tadi selepas Ana keluar dari ruang kerja Pak Leonardo, setelah menenangkan dirinya terlebih dahulu karena jujur, Ana masih terlalu terkejut akan fakta itu. Ana segera melangkahkan kakinya untuk segera kembali kedalam kamarnya. Dan disaat Ana hampir menginjak anak tangga pertengahan tiba-tiba dari anak tangga terbawah Bi Ade memanggilnya. Ana membalikan tubuhnya kemudian memandang Bi Ade yang menunduk kemudian mengutarakan maksudnya. Yang intinya adalah jika dia harus bersiap-siap karena dia akan pindah ke apartemen yang ditunjuk Pak Leonardo untuknya hari ini, jam ini, dan detik ini juga.

Terkejut?! Pasti?! Ana yang tidak tahu apa-apa malah digusur untuk pindah sebelum sempat memperkenalkan dirinya pada yang lain dirumah ini.

Menyedihkan sekali?!

Ana menggelengkan kepalanya kembali tersadar, kemudian memandang deretan pakaian-pakaian bermerek yang masih terbungkus plastik. Jelas bahwa pakaian-pakaian itu sengaja disiapkan untuk dirinya. Mengingat bahwa hanya dirinya satu-satunya perempuan yang menempati kamar tersebut. Tidak mungkin juga itu pakaian milik 'almarhum' suaminya, karena itu jelas-jelas pakaian perempuan.

Ana menghembuskan nafas frustasi. Tangannya teralih mengambil semua pakaian yang masih terbungkus plastik. Bodo amat kalau dia dibilang serakah karena mengambil semuanya. Toh..! Pakaian itu kan memang disiapkan untuknya. Jadi bukan salahnya kan?.

Ana berbalik, kemudian melangkahkan kakinya mendekati kasur, dimana letak koper berwarna hitam itu sedang terbuka. Dikedua tangannya berisi pakaian-pakaian yang dia ambil dari lemari. Dia bingung harus membawa yang mana? Jadi Ana ambil saja semuanya.

Ana memasukan satu persatu baju baru tersebut kedalam koper setelah melipatnya dengan rapi. Setelah selesai Ana mencoba untuk mundur lalu menimang.  Kira-kira apa lagi yang harus dibawa olehnya.  Kira-kira apa saja yang kurang?.

Disaat gadis itu tengah memikirkan sesuatu,  mana saja yang harus dibawa. Ana tidak sadar saat seseorang menerobos masuk kamarnya tanpa seijinnya.  Seseorang itu menyeringai kecil melihat Ana yang berdiri membelakanginya sambil menompang dagu menggunakan satu tangan.  Pikiran gadis itu menerawang membuat seseorang itu makin melebarkan seringainya. 

Seseorang itu berbalik kemudian memutar selot kunci pintu. Lalu setelah yakin pintu benar-benar sudah terkunci, seseorang itu mencabut kunci dari selotnya lalu memasukannya kedalam saku celana jins nya,  agar Ana tidak bisa lari kemana-mana.

Seseorang itu menggosok kedua tangannya tidak sabaran,  sambil seringainya yang tidak pernah pudar menghiasi bibirnya memandang Ana yang masih tanpak kebingungan. Seseorang itu mulai melangkahkan kakinya mendekati Ana tanpa menimbulkan suara langkah kakinya sedikitpun.

Lalu secara tiba-tiba seseorang itu melingkarkan tangannya kepinggang Ana dan memeluknya dari belakang dengan begitu eratnya. Ana kaget bukan main saat seseorang tiba-tiba datang dan dengan beraninya secara langsung memeluknya erat. 

Dia tersentak maju kemudian melepaskan paksa kedua tangan yang masih melingkar dipinggangnya erat. Bersiap berbalik dengan sumpah serapah yang sudah sampai diujung bibir. Namun Ana harus menelan kembali kata-katanya meskipun umpatannya dia layangkan didalam hatinya saat tahu siapa yang dengan beraninya masuk kedalam kamarnya dan memeluknya sembarangan. Saat tahu seseorang itu tengah menyeringai lebar memandang dirinya. 

Invisible GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang