Chapter 17

81 8 2
                                    

Utamakan membaca Al-Qur'an...
.
.
.

Saat ini, Akmal berada di sebuah bus, menyenderkan kepala di jendela bus. Sekedar untuk mengistirahatkan tubuh.

Hari ini ia harus kembali ke pesantren setelah satu minggu ia pulang ke rumah nya. Ia tak mau berlama-lama pulang ke rumah nya. Seperti yang ia bilang sebelum-sebelumnya. Ia takut tak mau kembali lagi ke pesantren kalau lama-lama pulang ke rumah.

Akmal juga tak mau merepotkan kedua orang tuanya untuk mengantarnya. Ia lebih baik pergi sendiri. Naik bus, naik pesawat, naik becak, naik odong-odong, atau apa lah yang lain. Yang penting ia tidak mau diantar oleh kedua orang tuanya.

Sekarang, ia sudah berada di daerah Jawa. Sebentar lagi, ia sampai di pesantren. Ia masih menyenderkan kepala di jendela bus dengan memejamkan mata.

Sampai ia terkejut dengan pergerakan di samping nya. Saat ia lihat ke samping, buru-buru ia memalingkan wajahnya ke arah jendela sambil beristighfar banyak-banyak.

"Kenapa lo?" tanya seseorang yang ada di sampingnya.

"Gak papa," jawab Akmal tanpa melihat ke arah orang itu.

Orang itu mengerutkan keningnya, "Terus, kenapa lo baca kaya gitu?"

Akmal tersenyum, masih tidak menatap orang itu, "Gak papa Mba,"

Orang itu, yang ternyata wanita itu pun hanya mengendikkan bahunya acuh. Setelah itu, ia kembali memoles make up ke wajahnya. Padahal sudah seperti ondel-ondel.

Sesekali, wanita itu melirik ke arah Akmal. Sedangkan Akmal, kembali menyenderkan kepala nya ke jendela bus.

Beberapa saat kemudian, bus nya berhenti di sebuah halte. Beberapa orang ada yang naik, dan ada yang turun. Begitupun dengan wanita tadi dan Akmal, mereka turun.

Saat Akmal sudah keluar dan membayar, ia berjalan di sisi wanita tadi, masih dengan tidak menatapnya.

"Mba! Itu baju nya kurang bahan ya?" tanya Akmal saat ia sudah berada di samping wanita itu.

"Hah?... Ini? Kurang bahan? Ya nggak laaahh!...," jawab wanita itu sedikit ngegas, "Emang lo nya aja yang gak tau di fashion!" sambung wanita itu dengan celetukannya.

"Mba? Kalo boleh tau, Mba Islam?" tanya Akmal berhati-hati.

"Iya! Kenapa?"

"Sayang ya Mba. Kenapa gak pake jilbab aja? Lebih cantik lo," ucap Akmal tersenyum dan melirik ke wanita itu sebentar.

Wanita itu sempat menganga. Tapi, tak lama kemudian ia langsung merubah raut wajahnya menjadi sinis kembali. Ia masih tak terima dengan ucapan Akmal, yang bilang kalau baju yang ia pakai kurang bahan, walau secara tidak langsung.

"Apa urusannya sama lo?" tanya wanita itu dengan gaya yang angkuh.

Akmal memberhentikan langkahnya. Wanita itu pun juga memberhentikan langkahnya. Ia masih memandang Akmal dengan angkuh.

"Disebutkan dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Artinya : "Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berpaling dari ketaatan dan mengajak lainnya untuk mengikuti mereka, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

Jodoh Cerminan DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang