Chapter 4

145 14 7
                                    

Utamakan membaca Al-Qur'an...
.
.
.

Benar kata orang, kalau cinta itu buta, cinta itu tak pandang usia, dan cinta tak pandang fisik. Seperti itulah sekarang yang Akmal alami.

Sudah dua bulan lebih, Akmal mencoba pdkt dengan Aca. Tapi, tidak ada hasilnya sama sekali. Dan selama itu, ia hanya tahu Aca dari orang-orang yang ia kenal.

Menurut informasi yang ia dapat, Aca adalah seorang guru TK dan ngaji, Aca anak pertama, memiliki adik laki-laki yang masih sekolah menengah pertama. Aca juga anggota hadroh di desanya, dan yang pasti Aca memiliki suara yang merdu.

Waktu terus berlalu, hari ke hari, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun. Sekarang Akmal sudah kelas XII semester akhir. Perasaan Akmal kepada Aca setiap harinya selalu bertambah besar.

Apalagi jika bertemu berselisihan dengan Aca. Yups! Akmal pernah berselisihan dengan Aca di jalan. Sampai pandangan mereka bertemu secara tak sadar. Itu membuat Akmal merasa tidak sanggup bernafas lagi. Huh!

Siang ini, hari sangat cerah. Tak ada awan mendung, apalagi tanda-tanda hujan akan turun. Seperti Aca yang selalu cerah wajahnya, yang selalu ceria, yang selalu bahagia di mata orang.

"Bu, lagi ngapain nih? Sibuk-sibuk bae," goda Aca pada sang ibu.

"..." hening, tak ada jawaban dari Aisyah. Karna Aisyah terlalu malas meladeni gadisnya ini. Sudah tau sibuk masih aja nanya, gak dibantuin lagi. Huh, gerutunya dalam hati.

"Iiiihhhh, Ibu. Diem-diem bae. Ngopi apa ngopi Bu," ucap Aca sambil terkekeh. Sebenarnya Aca tau, jika ibunya sedang kesal, karna tidak ia bantu.

"Ngopi ... Ngopi ... Sini bantuin Ibu! Sudah tau juga kalo ibunya lagi sibuk, digoda terus! Bla bla bla...," ocehan Aisyah tak Aca dengar lagi. Karna ia langsung bersenandung sambil mulai membantu ibu.

Setelah sekian lama kumenungguuuuuu... Et dah malah nyanyi, hehe. Setelah lama berkutat dengan peralatan dapur, Aca segera duduk ke meja makan sambil menunggu yang lain dan Aisyah memanggil kedua laki-lakinya yang ia cintai untuk makan bersama.

"Abah ... Haris ... Makan dulu!" panggil Aisyah dengan sedikit berteriak.

"Iya, Bu." sahut mereka bersamaan.

"Yeeaayyy, Ibu masak banyak hari ini" ucap Haris dengan mata berbinar melihat banyaknya makanan di atas meja makan. Ya iya lah meja makan, masa komisi meja bundar. Maaf keun, hehehe.

"Iya, Alhamdulillah ... Sini duduk, Ibu ambilkan makanan kesukaan kamu," lembut Aisyah.

"Iiihhh,,, Ibu! Hariskan udah besar, jangan terlalu dimanjain orangnya!" tegur Aca, ia tak suka melihat Haris terlalu dimanja. Laki-laki pula!

"Yey, kenapa sih Mba? Mba iri, mau juga ya diambilin makanannya!" balas Haris.

"Siapa bilang Mba iri! Helloooowww, ya kali Mba iri. Orang Mba baik hati, tidak iri dengki, tidak sombong dan juga syantik membahana gini kok. Kamu Dek, laki-laki! Gak malu manja sama Ibu?" tanya Aca menantang.

"Ya gapapa lah! Ya kan Bu? Bah?" ucap Haris minta bantuan pada Abahnya dan Ibunya.

Dasar aduan, batin Aca.

"Iya Mba. Jangan diejek terus Adeknya! Sekarang makan dulu. Gak boleh berdebat dihadapan rezeki!" tegur Herman yang sedari tadi hanya memperhatikan. Sedang Aisyah, ia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak-anak nya.

Jika sudah sang Raja -Herman- yang menegur, Aca langsung diem deh. Takut-takut nanti digelitiki. Hihi.

                                    💚💚💚

Hari sudah pagi, mungkin orang-orang sudah melakukan berbagai aktivitas. Seperti mandi tidak lupa kugosok gigi... 🎶🎶🎶 Eh, malah nyanyi saya. Back to topic.

Seperti mandi, buang air besar atau kecil di kloset (ya iyalah di kloset, masa di kamar tidur), pakai baju, celana. Tak lupa juga, mungkin masih ada yang tidur, seperti Akmal.

"MAAASSS ... BANGGGGUUUUNNN, UDAH PAGI INI! GAK SEKOLAH YAAAA?" teriak Tegar dari depan pintu kamar Akmal.

"..." sepi, tak ada jawaban apapun.

Brak brak brak

"MAAASSS, BURUAN! INI UDAH JAM 7 LEWAT. NTAR GUE JUGA TELAT INI ... YAA ALLAH MAAAASSS ... KEBO AMAT SIH KALO TIDDUUURR. MAKANYA JANGAN TIDUR LAGI HABIS SUBUHAN" teriak Tegar seperti tarzan. Ya, Akmal sehabis sholat subuh, memilih tidur lagi. Masih ngantuk katanya.

Mendengar teriakan Tegar dengan menyebutkan jam. Akmal langsung lari terbirit-birit ke kamar mandi, sambil menjawab teriakan Tegar, "LO KENAPA GAK BANGUNIN GUE DARI TADI SSIIIHHH DEEEEKKK...,"

Bruk

Bug

Bruk

Dan pada akhirnya, belum selesai berteriak-tetiaknya, Akmal terpeleset sampai-sampai roll depan berkali-kali. Apes deh, haha.

"Aaakkhh, omai gulai ... Kenapa pake kepleset sih. Nih lantai juga, kenapa licin banget ah? Astaghfirullah..., " gerutu Akmal seorang diri.

Tegar yang mendengar teriakan Akmal terhenti dan bunyi seperti benda jatuh, langsung cekikikan dan memilih beranjak dari situ. Seperti sudah terbiasa dengan situasi ini.

Setelah selesai mandi dan memakai seragamnya, Akmal langsung saja menyambar kunci motornya dan berlari.

Di ruang tamu, sang ibu -Riri- panik melihat anaknya lari terburu-buru, "Akmal kamu kenapa buru-buru. Gak makan dulu, itu adek kamu sudah nungguin kamu di dapur,"

"Adduhhh Ma, Akmal udah telat. Nanti Tegar juga telat, marah-marah lagi sama Akmal nanti. Berangkat dulu ya Ma. Assalamu'alaikum," jawab Akmal yang masih dengan muka paniknya sambil menyalami tangan mamanya.

"Loh, loh? Kamu ngapain ke sekolah pagi-pagi gini?" tanya Riri heran.

Mendengar pertanyaan konyol Mamanya, Akmal memberhentikan langkahnya. Haduh, ini malah ditanya, batinnya. Lalu ia menjawab, "Lah? Ini kan udah siang Mama!".

"Siang apanya! Ini masih jam 06:15. Kamu kan biasanya berangkat jam 7 toh?" sahut Riri.

"PAA?" teriak Akmal.

"Apa Akmal!" gemas Riri membenarkan.

"Oh iya, APA ??? Eh eh, tunggu dulu Ma. Hmmm, kata Mama ini baru jam 06:15 yah?" tanya Akmal.

"He'em"jawab Riri.

"TEEEEGGGGAAAAARRRRRRRRRRRRRRR" teriak Akmal sekeras-kerasnya. Semua isi rumah berhamburan, kaca-kaca pada pecah, dan Riri sendiri sudah bolong telinganya. Haha, nggak-nggak, bercanda kok.

"Akmal! Kenapa teriak-teriak hah? Sakit kuping Mama. Kalo kamu mau teriak-teriak di hutan aja sana!" kesal Riri, karna Akmal berteriak tepat di depannya.

"Hehe, maaf Ma. Ya udah, Akmal mau makan dulu yaaaa ... Tataaahhh ... eh ralat, dadah Mama" kabur Akmal menjauhi Riri yang sudah memerah wajahnya.

Tegar, dia sudah tertawa sambil lari dari masalah sebelum Akmal tadi menuju dapur. Ya, dia meminta temannya untuk menjemputnya, karna ia tau. Setelah kejadian ini, akan ada perang dunia 7. Wkwkwkwk...

.
.
.
.
.
.
.
Jazakumullah khairan katsiran 💚

Jangan lupa baca Al-Qur'an...

Waaahh, Akmal marah besar pemirsah...

Go! Go! Semangat nihhh saya, 😂

Biar ceritanya makin bagusssss, 😘

Jangan lupa vote dan komen yak...., 😉

Jodoh Cerminan DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang