Chapter 10

89 10 0
                                    

Utamakan membaca Al-Qur'an...
.
.
.

Sudah hampir tiga bulan Akmal pergi meninggalkan keluarganya. Pergi kemana? Ya ke pesantren. Hehe.

Awal masuk pesantren ia tak kerasan. Berbagai alasan ia sampaikan pada kedua orang tuanya agar bisa keluar pesantren.
Mau kabur? Rasanya tak mungkin.

Penjagaannya ketat sekali. Ketahuan kabur, dihukum di tengah-tengah lapangan sambil membawa papan tulisan yang dikalungkan di leher.

Tak mungkin juga ia mengecewakan orang tuanya. Ia berjanji pada diri sendiri akan berubah menjadi superman. Eh, ralat ... Berubah menjadi ultraman. Ralat lagi ... Berubah menjadi lebih baik lagi, ini baru benar!

Untuk urusan hati, Akmal masih berharap agar bisa berdampingan dengan Harisa kelak. Ia masih mencintai gadis yang umurnya di atasnya itu.

Akmal juga bingung dengan dirinya sendiri. Sejak kapan ia melabuhkan hatinya di pelabuhan kapal, ehh ... Maksudnya melabuhkan hatinya di Harisa.

Apa mungkin, karna ia dulu sering bertemu dengan Harisa walau gak sengaja-sengaja amat?

Yups! Semenjak pertemuan pertama Akmal dengan Harisa. Akmal selalu ikut rutinan jika rutinannya diadakan di rumah Bu Sri. Karna hanya kenal dengan keluarga Bu Sri di sekitaran Harisa.

Akmal juga sering berpapasan jika ia berangkat sekolah serta Aca berangkat mengajar. Apa iya, hanya hal sekecil itu ia jadi sangat mencintai Harisa seperti ini?

Sungguh, ia bingung dengan hatinya ini. Ini CINTA atau hanya OBSESI untuk mendapatkannya. Entahlah.

Saat ini Akmal sedang duduk di atas pohon dengan melamun. Saat masih dengan pemikirannya, ia dikejutkan dengan suara, sampai-sampai ia jatuh dari pohon.

"Akmal!" panggil seseorang.

Bug

Bruk


Bug

"Waaadddoowww ... Bokong gue ... Hadduuuhh" ringis Akmal sambil berusaha bangun.

"Astaghfirullah ... Akmal? Kenapa kamu loncat?" tanya seseorang itu dengan nada khawatir sambil membantu Akmal berdiri.

"Loncaaaattt? Ya Allah ... Gue gak loncat Radit! Lo ngagetin gue tau...," kesal Akmal pada seseorang yang ternyata Radit, temannya.

"Eh? Maaf ya kalau saya ngagetin kamu. Saya gak tau. Kamu kenapa malah duduk-duduk di atas pohon malam-malam begini. Pake kaos putih lagi, saya kira kamu setan" ucap Radit panjang kali lebar kali tinggi.

"Setan ... Setan ... Orang ganteng gini dibilang setan! Gak lihat apa, nih ... Nih ... Muka gue tamvannya gak ketulungan ... Dibilang setan!" ucap Akmal dengan PD nya sambil menunjuk-nunjuk wajahnya.

"Yeeee ... Saya kan udah minta maaf toh. Maaf ya" ucap Radit.

"Iya iya ... Gue maafin. Ngapain lo kesini?" tanya Akmal.

"Saya disuruh temen-temen se kamar buat nyariin kamu. Saya cari-cari, eh ternyata ada di atas pohon. Kamu ngapain sih sering keluar malam, terus masuk kamar juga pas orang-orang udah pada tidur. Kenapa?" jelas Radit sekaligus bertanya.

"Gue kesepian, Dit...," jeda Akmal, "Gue lagi jatuh cinta sama perempuan di sana pas waktu gue kelas XI semester akhir sampai sekarang. Terus gue ke sini. Gue masih sering mikirin dia, Dit. Kalo kepikiran dia bawaannya pasti pengen kabur dari sini. Disatu sisi, gue gak mau ngecewain orang tua gue. Gimana, Dit?" sambung Akmal.

Jodoh Cerminan DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang