Chapter 20

127 5 0
                                    

Utamakan membaca Al-Qur'an...
.
.
.


Terlihat matahari sudah berada tepat di atas kepala. Hari yang sangat cerah. Tapi, tidak dengan satu makhluk berjenis laki-laki ini.

Dari pagi sampai sekarang, ia terlihat murung. Entah apa yang telah membuatnya murung?

Mungkin masalah pakaiannya yang belum dicuci selama seminggu, sehingga sudah seperti gunung yang tinggi. Apa mungkin dia sedang memikirkan bagaimana caranya menemukan rumah spongebob di dasar lautan? Kan, susah tuh!

Ah iya, atau ia sedang berpikir tentang jaring spiderman keluar dari mananya? Sungguh tak masuk akal keluar dari urat nadi! Memikirkan itu saja pusing. Apalagi memikirkan gadisnya sekarang! Gadisnya?

"Akmal. Kamu belum berangkat juga? Mama kira sudah dari tadi. Kan diundangannya jam 09:00 pagi," heran dengan putra sulungnya ini, yang sudah siap dari jam 08:00 pagi. Tapi, sampai sekarang belum berangkat. Kan, sudah lewat dzuhur.

"Akmal males, Ma," jawabnya dengan wajah yang memelas.

"Lah? Males kenapa coba? Aneh aneh aja kamu ini?" dengan geleng-geleng kepala ia kembali berjalan ke arah belakang rumah.

Melihat Mamanya berjalan ke arah belakang rumah, Akmal menyusul. Ia perlu solusi. Berangkat atau tidak? Kalau berangkat ia takut sakit hati. Kalau tidak, ia tak enak hati.

"Akmal males lihat Aca nanti. Apalagi lihat si dia"

Riri berbalik menghadap Akmal, "Kenapa? Gak papa juga kali. Gak perlu cemburu."

Memang, Riri sudah tahu tentang Aca sewaktu Akmal curhat dengan Tegar, adiknya, sebelum ia masuk pesantren. Sudah dua tahun yang lalu. Berarti, sudah dua tahun juga Akmal terikat berkat rencananya dan suaminya, Rendy.

"Hmmm ... Siapa juga sih yang cemburu? Gak tuh!"

"Halah ... Bilang nggak, tapi muka kusut gitu. Tenang aja. Dia gak akan berpaling kok," sahut Riri dengan cekikikan sambil melanjutkan menanam bunga, "Lagian, kan, kamu dah diundang sama dia. Gak enak dong kalo gak berangkat, sayang."

Akmal duduk di kursi yang tersedia di belakang rumahnya lengkap dengan meja, tidak jauh dengan bunga-bunga yang ditanam oleh Riri. Buat bersantai keluarga. Karena dengan bunga-bunga disisinya, akan menenangkan pikiran jika dipandang, itu kata Riri.

Ia menopang dagunya dengan tangan kanan, sedang tangan kirinya ia lipat di meja, "Iya Ma ... Tapi Akmal males lihat muka dia. Apalagi saat Akmal tau, kalo dia pernah ... Aaarrgghh, males lanjutin, ah."

"Hihihi ... Kan, dia gak tau kalo udah duluan kamu," ucap Riri dengan terkekeh. Sekarang ia menghampiri Akmal yang sedang duduk.

"Tetep aja Akmal gak suka dengernya," dengan wajah ditekuk ia mengucapkannya.

Riri geleng-geleng kepala melihat wajah Akmal yang kusut itu. Iya kalo ganteng. Lah ini, kaya baju yang gak pernah disetrika aja, "Hiiiih, jangan lebay deh. Gak malu apa kalo dilihat adekmu, muka mu kaya gitu,"

"Biarin ...  Berangkat apa nggak, Ma...," rengeknya pada Riri.

"Ya harus lah ... Pasti ijab kobulnya udah lewat. Ya udah sana berangkat! Gak papa resepsinya juga," titahnya yang sudah tak bisa Akmal bantah lagi.

Dengan berjalan gontai Akmal menyalami Riri dan berangkat kekondangan. Rasanya, ia ingin bergelung dengan selimutnya saja, daripada harus melihat wajah dia.

Meskipun ia tahu, kalau itu hanya masa lalu. Tapi, tetap saja ia kesal. Terus, ia juga sempat galau karena berita itu dari adiknya. Ia sampai menye-menye dihadapan sahabat-sahabat pesantrennya. Kan, malu!

Dan setelah ia enam bulan pesantren, ia memutuskan pulang ke rumah sebagai liburan. Saat itu juga ia dikejutkan dengan berita yang membuatnya bahagia. Sampai-sampai, pulang ke pesantren lagi, ia mentraktir sahabat-sahabat somplak nya.

Ah ... Mengingat itu, membuat Akmal tertawa sendiri. Kenapa? Karena pada saat itu, sahabat-sahabatnya itu harus menahan penasaran mereka sampai enam bulan ke depan!

💚💚💚

Jazakumullah khairan katsiiran 💚

Saya kembali mantemaaaannnnss 😍😘

Maafkeeun saya, up nya lambuaaatt melebihi siput 🐌 😢😁

Udah lambat, sedikit lagi, huhuhu 😢

Maaf bangeet yaa...💚

Jangan lupa Vote dan Komen semuaaa 😊😘

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jodoh Cerminan DiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang