5

2.6K 304 56
                                    

"Cari terus!" bentak Lala pada semua anak buahnya yang sekarang sedang mencari petunjuk. Waktu sudah menunjukan pukul dua pagi sekarang. Tadi, pukul dua belas ia mendapat panggilan dari polisi bahwa ada lagi korban. Lidya langsung mengotopsi korban ke rumah sakit bersama Veranda.

"Padahal tadi aku ke sini, andai aja aku liat pembunuhan ini tadi," ucap Beby menyandarkan punggungnya di dinding. Shania, apa kabar dengan gadis itu? Beby harap Shania baik-baik saja. Lagipula gang ini jaraknya cukup jauh dari rumah Shania.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Melody memicingkan matanya curiga.

"Gapap-aaaw." Beby menoleh ketika merasakan lemparan batu kecil dari Ariel. "Ariel! Jangan nakal!"

Ariel kembali melemparkan batu kepadanya.

"Ariel!" Beby melotot pada Ariel. "Kenapa? Mau pulang? Aku tadi udah bilang kamu gak usah ikut!"

Ariel kembali melemparkan batu kepada Beby.

"Kamu emang gak ngerti-ngerti!" Beby berjalan mendekati Ariel dengan tatapan dinginnya. "Ada apa?!"

"Apa nih?" Anak buah Lala mengambil sebuah pin yang Ariel temukan dan digenggam erat. Ariel memukul keras anak buahnya sampai jatuh.

"Eh, kenapa?" Beby panik kemudian menggenggam tangan Ariel. "Kenapa kamu pukul dia?"

Ariel menarik tangan anak buahnya kemudian mengambil pin dan diberikan pada Beby.

"Ini lambang mafia itu bukan sih? Yang ada di anak panah di punggung Erika?" Beby memperhatikan pin itu. Lala dan Melody langsung berlari mendekatinya.

"Ah iya, kok dipegang sih? Sidik jarinya kehapus." Lala berdecak kesal dan merebut pin itu karena sudah terlanjur dipegang.

Ariel menunjuk anak buah tadi, menyalahkan dia karena barusan dia mengambil pin itu tanpa sarung tangan.

"Oh jadi kamu pukul dia karna itu?" Beby menatap Ariel yang kini sedang mengangguk.

"Kita pulang." Lala berjalan terlebih dahulu meninggalkan mereka karena emosi.

"Apa pelakunya mafia itu?" tanya salah satu penjaga.

"Gak tau, kita akan cari tau lagi nanti. Kita semua pulang sekarang." Melody memerintahkan semuanya kemudian menggenggam tangan Ariel dan mulai berjalan mengikuti Lala yang sudah semakin jauh.




***








Dua hari berlalu, Shani belum juga pulang ke rumah. Sementara sekarang semua sedang berkumpul di ruang rapat, membicarakan soal kasus pembunuhan yang polisi serahkan pada Lala. Ariel juga kali ini ikut mendengarkan karena gadis itu sudah tak mau lagi mengikuti ke manapun Amel melangkah.

"Gak berguna." Lala melemparkan pin itu ke meja kemudian melepaskan kacamata dan membantingkannya cukup keras.

"Masih pembunuh yang sama." Lidya memberikan bunga kering yang pelaku tinggalkan di saku kemeja korban.

"Apa mungkin kelompok dari mafia ini pembunuhnya?" Melody menggenggam pin itu dan memperhatikannya dengan teliti. Lambang itu sama percis dengan yang ada di anak panah.

Ariel bangkit, mengambil spidol dan berjalan ke arah bor yang memang sudah disediakan untuknya.

Ariel langsung saja menuliskan sesuatu di sana, sementara yang lainnya memandangi bor, menunggu Ariel menyeleseikan tulisannya.

"Mafia bukan pelaku pembunuhan itu," ucap Lala membaca tulisan itu. Lala menaikan sebelah alisnya sambil memakai kembali kaca mata. "Kenapa?"

'Kalo mereka mengincar kita, berarti mereka hanya mengincar harta orang kaya bukan hanya orang beruang' Ariel menjelaskan semua lewat tulisan. 'Uang yang ada di dompet, gak mungkin lebih dari lima juta. Sementara mafia sebesar itu pasti akan mengincar uang sampe trilun' Ariel menutup spidolnya dan menatap ke semua orang, menunggu apa jawaban mereka.

BLACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang