14

908 99 0
                                    

Aku sudah bercerita kepada temanku dan keluargaku. Dan aku bersyukur karena sekarang aku sedikit lebih lega.
Eung yang sedikit menganggu sih Arin.
Beneran jadi kamcong dia...
Jadi akhir-akhir ini aku dekat dengan Hansol juga dengan Sanha.
Tapi diam-diam, aku juga menghabiskan waktu dengan Min seonssaengnim tanpa diketahui orang-orang.
Semakin hari Min seonssaengnim semakin baik padaku tapi tetap saja kalau di kelas ia dingin minta ampun.
Aku sangat nggak ngerti dengan dirinya. Membingungkan.

"Oh lihat, nilai remedialmu bagus." Perkataannya menyadarkanku dari lamunanku.
Ia menyodorkan selembar kertas tugas dan terlihat angka 80 disitu.
ASTAGA AKU BENAR-BENAR DAPET 80!
Aku tersenyum pada Min seonssaengnim dan berterimakasih padanya.
Ia membalas senyumku kemudian meraih ujung kepalaku sembari berkata, "Pertahankan, Yewon-ah."

HUH?
APA?

Tangan besarnya itu mengelus lembut kepalaku sembari tersenyum kepadaku. Astaga aku-
Jantungku, aku bisa merasakan jantungku!

"ASTAGA KAMU KENAPA MISISAN?!" Katanya terkejut.
Aku yang baru menyadari hal itu langsung menutup hidungku.
Aduh-
Seonssaengnim terlalu manis sih, aku jadi mimisan.

Ia dengan sigap mengambil tisu dan memberikannya padaku.
"Tunggu sebentar, saya mau ambil es batu." Katanya dan pergi keluar kelas.
Aku menatap kepergiannya dengan tatapan tidak percaya.
Kenapa dia sangat baik?!

Tapi kenapa aku bisa sampai mimisan? Apa dia semanis itu?
Yah, tapi belum tentu karena Min seonssaengnim sih.
Darah terus mengalir dan jelas membuatku bingung. Kenapa sebanyak ini?

Beberapa saat kemudian Min seonssaengnim kembali sambil membawa kompresan.
"Ini," katanya dan memberikan kompresan padaku.
Aku membungkuk dan mengambilnya.
Ia duduk tepat di sebelahku dan itu membuat jantungku terus berlarian.
Sungguh sakit rasanya huhuhuhu.

"Apa kamu belajar terlalu keras?" Tanyanya.
Aku menggeleng karena tidak merasa seperti itu.
"Kamu belajarnya kayak gimana kalau gitu?"
Aku berpikir sebentar sebelum menjawab kalau aku belajar dari pulang sekolah sampai jam 9 malam.
"Astaga, kamu serius? Kamu belajar selama itu?" Aku mengangguk.
"Tidak, tidak. Kamu kecapean."
"A-aku tidak merasa begitu."
"Kalau gitu saya nggak bisa memberi kelas tambahan untukmu-" perkataan Min seonssaengnim langsung aku protes.
"Tapi seonssaengnim-"
"Tidak ada penolakan."
"Tapi sejarahku-"
"Saya yang mengajar. Saya juga yang mengatur."
Aku terdiam mendengar perkataannya.
Andai tadi aku berbohong hanya belajar 2 jam sehari atau mungkin lebih sedikit, dia pasti tetap mengadakan kelas tambahan.

Ia merapihkan barang-barangnya dan menghapus tulisan di papan tulis.
Ah sial, kami bahkan belum memulai kelas tambahan.
Aku benci remedial, makanya aku ingin kelas tambahan.

Setelah tasnya, kursinya dan papan tulis rapih, aku kira ia akan langsung pergi tapi ternyata tidak.
Ia menatap kearahku lama. Aku jadi salah tingkah dibuatnya.
Sambil mengompres hidungku, sesekali aku mengalihkan pandangan dari Min seonssaengnim yang masih memperhatikanku.
Setelah itu ia tertawa kemudian duduk di sebelahku dan mengambil kompres dari tanganku.
"Kamu melakukannya dengan cara yang salah." Katanya dan tertawa.
"Y-ya, ini cara yang aku tau." Jawabku.
Min seonssaengnim menggeleng.

"Pencet hidungmu."
"Hah?"
"Lakukan saja."
Akupun mengikuti perintahnya walau agak bingung.
Setelah itu ia mengompres hidungku sambil berkata "Nafas dengan mulutmu. Kalau dikompres 10 menit seperti ini, pasti akan berhenti."
"Benarkah?"
"Ini hal dasar. Kamu seharusnya tau." Sejujurnya aku kesal mendengar jawabannya tapi yaudah lah.

Aku tidak bisa berhenti menatap tangan besarnya.
Tangan besarnya, jari besarnya.
Astaga, bisakah dia tidak bersikap seperti ini?

"Hei, kamu nggak perlu menahan nafas." Perkataannya membuat aku tersadar bahwa sedaritadi aku menahan nafasku saking gugupnya.

"O-oiya maaf!"

10 menit hening.
10 menit jantungku berdebar kencang.
10 menit yang tak terlupakan.

"Okay, kamu boleh berhenti memencet. Semoga darahnya nggak keluar lagi." Katanya mengejutkanku yang sedang melayang.
"E-eh iya seonssaengnim, makasih banget!" Kataku dan membungkuk dalam.

"Kamu abis ini nggak ada les atau acara kan?"
Aku sedikit bingung dengan pertanyaan itu tapi aku memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.
"Nggak ada seonssaengnim. Kenapa?"

"Anter saya ke toko buku ya."

Ha- apa?

She loves to imagine
With Stars by her side
She glads to meet you.
Thanks for reading 🥰
Lots of love from Nana

Quiescent ✔️ •Umga//sumji• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang