28

818 85 11
                                    

Suga Oppa 💖

Hei, Umjiya.
Aku udah nilai latihanmu kemarin.
Hasilnya bagus,90.
Bisa kamu pikirin lagi ?
Apa kamu nggak bisa mengubah pikiranmu?

Ugggghhhh, kenapa aku bisa mendapatkan nilai yang bagus padahal baru sekali belajar?
Aku nggak bisa masuk ke jurusan itu!
Kenapa aku sangat menolak?
Apakah karena aku nggak mau jadi appa dan eomma yang sibuk?
Ah entahlah.

"Halo, Oppa?" Aku menghubunginya biar cepat.

"Iya? Kamu udah baca Ktalk dariku?" Tanyanya.

"Ayo bertemu. Kamu kosongkan? Ini hari libur. Atau kamu harus pergi malam mingguan?" Tanyaku.

"Uhm Jiya, kalau aku pergi malam mingguan itu pasti bersamamu..." mendengar itu membuatku sadar bahwa aku adalah pacarnya.
Aduh, apa aku masih shock sehingga melupakan hal itu?

"Ah iya ya aku lupa. Jadi kamu bisa?"

"Iya. Kamu suka Starbucks kan? Ayo kesana."

"Baiklah, jam 2 di Starbucks, sampai disana."

Aku menutup telepon ku dan segera merias diri.
Ketika aku sedang mencatok rambutku, Aera masuk.

"Tampaknya eonnie mau ngedate."

"Ya, kalau nggak, buat apa aku nyatok? Udah dulu ya, tolong cabutin kabelnya dong, aku udah telat. Makasih Ra, dadah!" Pamitku dan berlari keluar kamar.

"Semoga berhasil," kata Aera setelah mencabut kabel.
.
.
.
"Kamu benar-benar nggak mau mengubah pikiranmu?" Tanyanya lagi.

Aku mengangguk mantap tanpa keraguan sama sekali.

"Baiklah, kalau gitu, jelasin ke aku kenapa kamu nggak mau."

Aku menghela nafas panjang sebelum menjelaskan.

"Oppa tau atau mungkin semua orang tau, kalau appa jarang ada di rumah. Eomma pun wanita karir yang sangat sibuk. Tapi ya, benar, aku nggak merasa kesepian atau kurang kasih sayang, tapi tetap saja aku merasa ada yang kurang. Sejak kelas 3 SD aku mulai berkata kepada diriku sendiri untuk menghindari melakukan perjalanan jauh, pekerjaan lembur dan meninggalkan anak-anak dalam waktu yang lama. Mungkin hal itu membekas hingga sekarang."

"Emangnya kalau nggak masuk kedokteran kamu mau kemana?"

"Perfilman. Aku mau jadi sutradara."

"Lalu kamu berpikir, pekerjaan sutradara seperti apa? Kamu pikir mereka nggak sibuk layaknya dokter?"

"Ya... aku-"

Yoongi memegang tanganku dan mengelusnya. Ugh aku ingin menangis.

"Alesan kamu nggak mau masuk ke kuliah kedokteran itu simpel kok. Kamu nggak perlu bikin alesan kalau kamu nggak mau jadi kayak kedua orangtuamu. Itu terlalu rumit, Umji-ya."

"Lalu, kenapa aku nggak mau kesana?"

"Mudah saja, kamu nggak menyukainya. Kamu nggak menikmatinya. Kamu bisa tapi moodmu nggak bagus dalam pengerjaannya. Itu semua datang dari dalam dirimu yang menolak, apa kamu ngerti?"

Aku mengangguk.
Yang dia katakan semuanya benar.

"Baiklah untuk orang seperti ayahmu ini, kurasa kamu harus membuktikan padanya kalau kamu bisa menjadi sutradara yang berkualitas. Apa kamu bersedia melakukan itu?"

Aku kembali mengangguk. Ia tersenyum bangga.

"Aku tunggu hasil kerja kerasmu, lebih cepat lebih baik. Tapi jangan lupa sebentar lagi ujian akhir semester, kamu tau kan, prioritasmu."

"Aku tau prioritasku. Melembutkan hati Suga Oppa." Mendengar perkataanku membuat telinganya memerah.

"Hei jangan bercanda, ini serius." Katanya masih dengan telinga yang merah.

"Aku mengerti, oppa. Aku akan berusaha."

"Kamu pasti bisa. Lagipula Umji-ya, kamu kan emang udah berhasil melembutkan sikapku padamu." Kali ini aku yang malu. Telingaku mungkin lebih merah dari miliknya.

Yoongi tertawa kemudian berdiri, mengulurkan tangannya padaku.
"Udah ah yuk kita nonton Frozen II sebelum filmnya hilang dari bioskop."
Aku tersenyum lebar. Bagaimana dia bisa tau kalau aku belum nonton? Dan bagaimana dia bisa dia tau kalau aku suka disney?

"Aku bukan cenayang, aku bertanya pada Sakura. Aku tau kalau dia tau tentang hubungan kita."
Dia bilang dia bukan cenayang tapi dia tau isi pikiranku? Luar biasa.

"Lalu dia bilang kalau dia pernah main ke rumah mu. Di dalam kamar mu ada banyak boneka disney dan poster disney. Aku kaget, aku kira kamu bakal punya poster idol kpop kayak BTS atau EXO."

"Nggak, aku lebih suka disney."

"Oleh karena itu aku membelikanmu ini." Yoongi menunjukan sebuah kotak yang berisi miniatur Frozen 2 dan 2 tiket nonton.

Aku terkesima melihatnya dan langsung memeluk kotak dan tiket itu.
"Oppa udah ngerencanain buat nonton dari awal?" Tanyaku.

Ia mengangguk dan berkata, "Kamu kok meluk miniaturnya bukan meluk aku?"
Aku langsung menatapnya sinis dan dalam sekejap berubah menjadi tawa.

"Aku bercanda, makasih ya, chagi." Aku langsung mencium pipinya singkat lalu langsung berjalan meninggalkannya yang speechless.

"H-hei aku bilang peluk, bukan cium. Aku belum siap, HEEI!"

Gaisss besok aku ngga up yaa!

She loves to imagine
With Stars by her side
She glads to meet you.
Thanks for reading 🥰

Quiescent ✔️ •Umga//sumji• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang