30

1K 82 10
                                    

"Justru karena aku mencintaimu, Yewonie. Aku tau kamu, aku sangat tau tentang dirimu. Tentang kemampuanmu. Tentang perasaanmu. Kamu mampu masuk kedokteran. Otak kamu ada isinya. Dia siap kalau kamu masuk kesana. Tapi perasaan? Hati? Kamu butuh adaptasi untuk itu. Kalau kamu bisa beradaptasi dengan cepat aku nggak masalah. Tapi, apakah kamu bisa, beradaptasi secepat itu? Dengan keadaan kamu menolak mati-matian dari awal?" Aku tambah menangis mendengarnya.
Aku nangis sesungukkan sekarang.
Dia langsung memelukku.

"Dengarkan aku, Umji-ya. Aku belum menunjukkan kepadanya tentang projekmu. Projekmu dan adikmu. Aku mohon, jangan menangis. Disini aku sedang berusaha, aku mau kamu tahan dulu tangisanmu, karena itu menyakitiku. Apa kamu mengerti?" Aku mengangguk lalu berusaha dengan keras menghentikan tangisanku.

Aera menyusulku sambil merangkulku erat.
Tampak dia yang menangis juga tapi tidak parah sepertiku.

"Ada yang ingin aku sampaikan-"

"APA LAGI?! ANDA BELUM PUAS MEMBUAT SAYA MARAH?!"

"APPA!" Teriakkan eomma membuat kami semua menengok.
Kemarahannya muncul.
Kami belum pernah melihatnya marah selama ini.
Makanya ini... sangat menyeramkan.

"HENTIKAN SIFAT KEKANAK-KANAKANMU INI. KAMU NGGAK MALU DI DEPAN MEREKA?! Dengarkan dulu dia. Dengarkan dulu mereka. Dengarkan dulu aku. Dengarkan istrimu ini. Jangan bertindak egois hanya karena masalah silsilah. Aku mohon." Eomma memohon kepada Appa.
Matanya sudah berkaca-kaca.

Appa akhirnya duduk sambil menahan amarahnya. Sementara eomma mengikutinya sambil mengelus punggung appa pelan.

Yoongi berdeham kemudian menunjukkan projekku dan Aera.

"Saya ingin menunjukkan bahwa putri kalian bisa mengatasi masalah mereka jika terjun ke jurusan yang mereka pilih nanti."

Eomma dan Appa menontonnya tanpa berkomentar. Mereka benar-benar menyimak hingga akhir short movie. Aku bingung ekspresi apa yang sedang appa pasang sekarang.

Setelah short movie selesai Yoongi menunjukkan selembaran latihan.

"Dia dapat nilai 90 di hari pertama saya mengajarkan ilmu kedokteran. Memang, anak Anda luar biasa."

Appa melihat dengan teliti kertas latihan itu.
Aku dan Aera masih berdoa sambil memperhatikan mereka.

"Tapi sayang, mukanya jelek sekali ketika saya mengajar." Tunggu- apa ini?
Yoongi menunjukkan sebuah video.
Video aku di kelas.
Ketika... Yoongi mengajariku ilmu kedokteran.
He-hei, dia nggak pernah bilang kepadaku tentang ini.

Tapi sungguh.
Raut wajahku buruk sekali.

"Meski buruk, tapi tetep 90, aku heran eon." Bisik Aera dan aku tidak merespon karena masih terkejut.

"Apa Anda mau... melihat putri Anda di kelas seperti ini?" Perkataan Yoongi membuat appa tambah terdiam, berpikir.

"Appa, ayo, aku mohon. Mereka punya mimpi." Bujuk eomma.

Appa yang terus-terusan terdiam membuat kami resah.

"Saya mengatakan ini semua bukan sebagai pacarnya. Tapi sebagai gurunya. Sebagai orang tua yang mengasuhnya ketika di sekolah." Bagaikan mantra ajaib, setelah Yoongi mengatakan itu appa menangis.

"A-appa?!" Eomma panik karena appa yang nggak jelas itu.

"Baiklah appa salah, maaf, appa hanya- hanya memikirkan silsilah bukan perasaan kalian. Appa nggak menyangka raut muka putri kesayangan appa seburuk itu."

Tunggu-
Dia tergerak hatinya karena raut wajahku?

"Sekali lagi maafkan appa. Aera, kamu boleh ambil jurusan teater." Appa menggenggam erat tangannya dan Aera langsung memeluk appa sangat erat.

"Makasih appa, a-aku sangat menyayangimu."

Setelah itu ia menghadap ke arahku.

"Yewonie, kamu juga boleh. Kuliah jurusan perfilman." Mendengar itu aku sangat lega dan langsung memeluknya erat. Aku menangis terharu. Sangat senang.

"Dan hubunganmu dengan Min seonssaengnim nggak akan appa ganggu. Lagipula, dia laki-laki yang baik untukmu." Appa menatap Yoongi bangga.

"M-makasih appa." Aku kembali memeluknya dan Yoongi membungkuk dalam.

Eomma tersenyum, "Makasih. Makasih udah nurunin ego kamu, sayang." Ia mencium pipi appa dan memeluknya.
"Aku yang makasih. Makasih selalu di samping aku meski aku menyebalkan."
.
.
.
Keluarga ku berbincang di dalam karena bahagia. Terutama Aera yang sedang banyak bercerita tentang projek yang kami buat berdua. Aku dan Yoongi diluar, menatap langit.

"Kau tau, aku nggak menyangka cinta pertamaku bakal kayak gini." Katanya memulai percakapan.

"Aku juga nggak menyangka akan menjalin hubungan spesial dengan seorang guru."

"Kamu nggak usah mengungkit tentang status kita di sekolah apa. Aku nggak suka."

"Kenapa nggak suka?"

"Karena aku nggak bisa berbicara dengan bebas, aku nggak bisa menyampaikan perasaanku, aku nggak bisa menggenggam tanganmu, aku nggak bisa memelukmu, aku nggak bisa memanggilmu Umji-ya dan masih banyak lagi peraturan yang harus kita patuhi di sekolah." Aku tersenyum geli mendengarnya.
Manusia dingin yang nggak suka dikekang. Hahaha!

"Jangan khawatir. Mau disekolah atau nggak, meski perlakuanmu beda sekalipun, aku masih mencintaimu." Aku memeluknya dan ia tersenyum terharu.

"Aduh aku menangis Ji."

YEAY BESOK TAMAT YEAY 😋✌️

She loves to imagine
With Stars by her side
She glads to meet you.
Thanks for reading 🥰

Quiescent ✔️ •Umga//sumji• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang