24

802 91 23
                                    

"Dia kakakmu?"

"Iya, dia Kakak ku. Min Hyerin. Dia sekarang merantau ke Amerika. Aku sering merindukannya jadi aku selalu membawa foto kami untuk mengobati rindu."

"A-astaga aku malu. Maafkan aku. Salah paham. Lagi."

"Dengan begitu sekarang kita impas." Min seonssaengnim mendekat lagi kepadaku yang tadi agak mundur karena kesal padanya.

"Sekarang katakan padaku, Kim Yewon," tangannya menyelipkan rambutku di telingaku.
ASTAGA TIDAK JANTUNGKU HUWEEE.
"Tadi itu kamu cemburu?" Tembaknya.
B-b-bagaimana dia?

"Ng-nggak, untuk apa aku cemburu padamu?" Bohongku lagi.
Sungguh aku harus berhenti berbohong pada orang-orang.

Min seonssaengnim tersenyum sambil kembali pada tempatnya yang semula.

"Aku belum menikah, tapi aku sedang berusaha menyampaikan perasaanku pada seseorang." Jelasnya.
Tuhkan. Sudah kuduga. Mana mungkin ia tertarik padaku? Dia pasti punya standar yang tinggi, tidak seperti diriku.

"Ya kenapa nggak langsung seonssaengnim katakan?" Balasku agak kesal.

"Kalau kamu ditembak, kamu maunya seperti apa?"
Untuk apa dia minta pendapatku?
Orang-orang itu berbeda.

"Menurut pandanganku, pernyataan cinta nggak perlu mewah, dengan kado-kado or anything else. Tapi yang pasti harus tulus.
Ketika ada yang menyatakan padaku, aku harap dia menatap mataku dalam sambil menggenggam kedua tanganku seperti tak mau melepaskannya. Itu pertanda kalau dia tidak mau aku pergi jauh darinya. Setelah itu jika aku menerimanya, ia akan mencium tanganku. Aku berharap seperti itu." Dan aku berharap seonssaengnim lah orangnya.

"Hmm, simpel sekali, apa kamu yakin?"
Aku mengangguk yakin.

(Yah si umji kan uang nya sudah berlimpah jadi kemewahan bukan apa-apa buat dia YAGAK SIHH?!)

"Baiklah, kalau itu jawabanmu. Ah iya, apa aku harus berlutut?" Aku menggeleng. Berlutut itu agak canggung. Lamaran pun rasanya aku nggak mau calon ku itu berlutut.

Aku kembali merapihkan barang-barangku karena aku benar-benar ingin pulang.
Malu tau ga.
Aku salah paham dan menjauhinya.
Kalau kemarin aku memastikannya dulu kepada Lee seonssaengnim pasti ini semua tidak akan terjadi.
Ok, mari belajar dari kesalahan!

Tiba-tiba Min seonssaengnim sudah berada di sebelahku dan dengan sigap memegang kedua tanganku.
HEI HEI HEI JANGAN LAKUKAN HAL DENGAN TIBA-TIBA. JANTUNGKU KAGET KAU TAU?!

"A-ada apa?" Dia mau latihan kah?

"Apa pegangnya kayak gini?" Aku mengangguk canggung. Setelah itu ia mengambil nafas panjang. Apa yang ingin ia lakukan?

Kemudian ia menatapku dalam. Sangat dalam sampai aku lupa kalau ini hanya latihan. Dia benar-benar melakukan yang aku minta.

"Ada yang ingin aku katakan. Sejujurnya aku sangat menyukaimu. Aku tau aku seorang guru dan kamu seorang murid, tapi aku hanya ingin memastikan, apakah aku memiliki kesempatan untuk selalu hadir dalam keseharianmu tanpa merasa ada batasan guru dan murid? Aku nggak mau kamu menganggap ini aneh, jadi aku berusaha bicara sesantai-santainya kepadamu. Maukah kamu menjadi pacarku?"

"Iya." Tentu aku iyain karena ini latihan. Agar dia punya bayangan untuk nanti. Andai saja pernyataan ini untukku. Pasti rasanya menyenangkan.
Ia agak kaget dicampur senang mendengar jawabanku. Hei ini hanya latihan, seonssaengnim nggak perlu-

Cup~

DIA BENAR BENAR MENCIUM TANGANKU?!??!! HEI AKU- BIARKAN AKU BERNAFAS.

Setelah itu aku langsung menarik tanganku karena aku nggak tahan lagi.
"I-iya kurang lebih seperti itu, semoga berhasil dengan pernyataan cintanya."

"Apa maksudmu?"

"Tadi itu latihan kan?"

"Tunggu, kamu menganggapnya latihan? Apa aku kurang serius tadi?"
Ha- apa?

"Ma-maksud seonssaengnim bagaimana?"

"Sekarang kita pacaran kan?"

"Ha- HAAAh????"
Tunggu yang tadi itu serius?!

"Yewonie, tadi aku menyatakan perasaanku!"

"Tunggu tunggu APA?! Aku- aku kira latihan!"

"Lagipula buat apa aku minta pendapatmu kalau aku hendak menembak orang lain?"

"Ben-bener juga sih, tapi apa? seonssaengnim menyukaiku? Serius? Orang sepertiku?"

"Apa maksudmu? Kamu orang yang menakjubkan, tentu saja aku jatuh cinta padamu."

"TUNGGU APA?!" Okay gais aku- aku tidak tahan dengan semua kejutan ini. Dia menyukaiku? Apa?!

"Ok karena kamu menganggap yang tadi itu latihan, biarkan aku melakukannya sekali lagi-" aku memotong ucapannya dengan berteriak "TIDAAK!"

"K-kenapa? Kamu sudah menolakku bahkan sebelum aku melakukannya yang serius?"

Aku menutup kedua pipiku yang pasti saat ini memerah. Aduh aku hanya punya dua tangan dan aku tak bisa menutupi telingaku yang pasti memerah.

"A-aku tidak menolak seonssaengnim."

Min seonssaengnim tersenyum salah tingkah.
"J-jadi sekarang kita pacaran?" Tanyanya.
Aku mengangguk malu.
ASTAGA AKU MASIH KAGET.

"Boleh aku memelukmu? Sebagai pacarmu, bukan sebagai gurumu."
Aku mengangguk lagi.
Ia pun langsung memelukku erat sambil mengelus rambutku.
Ya ampun.
Aku belum pernah sebahagia ini.

"Akhirnya, aku bisa meraihmu." Tanpa sadar perkataannya membuatku menangis. Terharu tentu saja.
Aku nggak percaya tapi kenyataannya ini asli!
Betapa menakjubkannya.
Ia melepas pelukan kami dan menertawaiku yang menangis.

"Kamu nggak perlu menangis," ia menghapus air mataku kemudian mengulurkan tangannya. "Pulang bareng?"
Aku mengiyakan ajakannya.

Astaga, ternyata dunia seindah ini, ada yaa.

She loves to imagine
With Stars by her side
She glads to meet you.
Thanks for reading 🥰

Quiescent ✔️ •Umga//sumji• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang