Pulang Ternista [SMA Ainana]

401 48 13
                                    

Untuk memahami alur cerita yang lebih baik, ada okenya dibaca dulu chap "Ngebut Bareng Tamaki", oke?
//

Hari itu Mitsuki ditinggal seorang diri di sekolah.

'Udah pergi sekolah jantungan, pulangnya sendiri pula, sedi aku tu' batin Mitsuki lara. Ia merinding sendiri mengingat betapa dalam bahayanya nyawanya saat pergi ke sekolah hari ini.

Sebenarnya ia sempat mengajak Yamato agar mau mengantarnya sampai rumah, lumayan hemat ongkos hehe, namun, nasib meminta kepada ossan, tau lah dah uzur– maka Mitsuki tertinggal di sekolah sendiri.

Gak ngerti? Lupa gitu maksudnya. Kan Yama udah tua, makanya pikhun-

Oke. Ulang lagi

Maka saat ini Mitsuki tertinggal di sekolah sendiri.
Tanpa gandengan.
Oke mantul

Sebenarnya ada Tamaki yang sempat mengajak Mitsuki buat pulang bareng, tapi Mitsuki tak mau mengulangi kesalahannya lagi, biarlah Gaku saja yang mengulangi pdkt dia yang ga dinotis Tsumugi, Mitsu pokoknya ga boleh masuk lubang 2 kali.

Karena apa? Karena berada di ambang kematian lebih menakutkan daripada berada di ambang kejonesan.

Makanya Gaku gak kapok ngejar Tsumugi.

Jadi, ia memutuskan untuk menolak, dengan menerima semua akibatnya.

Ya, menerima segala kejonesan yang ada.

Hari ini hari Kamis, hari yang menyebalkan bagi kelas Mitsuki, entah apa yang dipikirkan oleh pembuat jadwal, kelasnya hari Kamis mendapatkan jadwal guru killer semua.

Udah guru gurunya killer, bukunya berat berat semua lagi. Bayangkan betapa susahnya Mitsuki membawa semua itu dengan tubuh kecilnya, kasian dia tu, tambah penyek.

Karena jarak dari sekolah ke tempat naik angkot lumayan sedang dekat panjang, maka Mitsuki terpaksa harus menyandang tasnya sampai ke jalan utama.

Untunglah di jalan utama sudah ada angkot yang stand-by sehingga Mitsuki tak perlu menunggu lama untuk menaiki angkot.

"Dek ayo naik dek," ujar sang supir angkot.

Mitsuki menatap angkot untuk mencari tempat untuk diduduki, sialnya angkot ini hampir terisi penuh. Sebenarnya tubuh kecil Mitsuki muat muat saja di sana, tapi karena tasnya, kursi hanya menyisakan sedikit untuk bokong Mitsuki.

Awalnya, Mitsuki berencana skip.

"Lanjut aja mang," tolaknya halus.

"Muat ini deek!" Eh sang supir angkot malah protes maka Mitsuki terpaksa menahan sabar, karena naik angkot pertama ini tak lama. Ia akan turun di simpang 'penistaan' dan akan menaiki angkot yang akan berhenti di depan rumahnya.

Perlu perjuangan lebih untuk Mitsuki untuk menahan kesabaran dirinya agar ia tak menguarkan "flying kick" nya dan menendang penumpang lain.

Untung Mitsuki sabar

Akhirnya angkot melewati simpang penistaan, Mitsuki menyetop angkot dan segera turun di simpang tersebut, dan membayar ongkos angkot.

Mata oren Mitsuki melihat banyaknya saingan yang menunggu di depan 'penistaan' maka ia memutuskan untuk berjalan ke daerah yang dilalui terlebih dahulu oleh angkot lewat, dengan begitu, ia bisa naik angkot lebih cepat sehingga pulang lebih cepat.

Ini adalah tips spesial dari Mitsuki yang patut dicoba

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya datang juga angkot kosong yang akan mengantarkan Mitsuki ke depan rumahnya.

Mitsuki pun menaiki angkot tersebut, ia mengincar bangku terpojok yang berada di dekat speaker gede yang biasa berada di angkot agar ia bisa mengambil jatah duduk lebih untuk tasnya dan bokongnya.

Tapi, sialnya, supir angkot ga melihat Mitsuki yang belum duduk, supir angkot memutuskan untuk segera mengendarai angkotnya untuk kejar angsuran. Akhirnya Mitsuki jatuh, ditambah lagi, tas beratnya mengimpitnya, untunglah kepalanya tak menghantam speaker angkot. Bayangkanlah betapa sakid nya hati Mitsuki saat itu.

"Haduh Paaak!" Mitsuki mencoba protes biar bapaknya ngerti.

Mirisnya, supir angkot dan seorang penumpang di bangku terdepam menatap Mitsuki tajam, seperti meyalahkan kecerobohannya.

"Hati-hati dong dek!" bentak supir angkot.

"Liat liat dong, kaki saya keinjek!" salah satu penumpang terdekat ngomel.

"Maaf, maaf.." gumam Mitsuki. Mungkin lisannya berucap begitu, namun dalam hatinya sel-sel perasaan sedang mengibarkan bendera kedendaman.

Yah, taulah ya kalau dari berhenti langsung ngegas bawa kendaraan pasti tubuh akan condong ke belakang kan? Ga belajar fisika kah supir angkotnya?!!

Oh ya, kalau ngerti fisika mungkin supir angkotnya akan memperhatikan duduk Mitsuki.

Akhirnya, angkot penuh setelah banyak penumpang yang masuk di simpang 'penistaan'
Mitsuki membuka ponselnya, mengecek chat, takutnya Iori kenapa napa, dan ia bisa cepat pulang. Lain halnya dengan angkot, terus melaju, sampai di depan rumah sakit yang kebetulan menjadi rute pulang Mitsuki.

Angkot berhenti, memaksa penumpang untuk bergeser kedalam agar penumpang lebih banyak masuk.

"Geser bangku panjang dek, bang, kak!"

Melihat mitsuki yang dikiranya main hape, supir angkot esmosi.

"Dek! Geser ke dalam! Jangan banyak ambil tempat!"

Mitsuki segera bergeser dengan kesal.
Awas aja lu ferguso, batinnya.

Lalu angkot terus melaju, sialnya jalan yang akan melewati rumah Mitsuki di blok oleh orang yang akan menikah sehingga angkot harus memutar lewat jalan lain.

Mitsuki cengo
Lha? Nande?
Maksudnya, ini supir angkot ga nanya gitu apakah ada yang turun di jalur utama sebelum ganti jalur angkot?
Hell, dunia kapitalis apa ini?

Akhirnya Mitsuki memutuskan langsung menyetop angkot tersebut, ia terpaksa harus berjalan jauh karena jalan alternatif tak akan melewati rumahnya.

Yang ada ini manusia ga bakal pulang.

Mitsuki pergi setelah membayar ongkosnya. Entah apa yang ada di pikiran supir angkot, ia malah mengungkit ungkit kesialan yang dialami Mitsuki tadi, seperti 'duh nyusahin ae, turun tepat sebelum ganti jalur'.

Melihat itu, Mitsuki hanya bisa tersenyum tak ikhlas, membayar ongkos dan pergi.

Mitsuki melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Ia harus berjalan jauh, dengan memanggul buku berat di punggungnya.

Mitsuki menghela nafas kesal. Sepertinya ia harus belajar membawa motor agar tak bergantung kepada Iori.

"Tunggu pembalasanku ossan"

Lha?
Ya karena Mitsuki ga tau siapa yang harus disalahin lagi.
Kasihan
///

Aya kembali dengan cerita 'bantuan'
Sejujurnya ini ceritanya kekey bukan cerita Aya. Aya cuma mengeditor.

Aya banting setir dari penulis jadi editor.
Gapapa.

Ainana no Gomibako pt.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang