06 : Secret of A Night
⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
Bertahun-tahun tinggal di medan perang membuat tidur lelap menjadi harta karun bagi Jeon Jeongguk. Di baraknya, dalam tenda besar tempat ia beristirahat, Jeongguk tidak pernah menemukan kenyamanan. Bahkan tidak pula dalam kamar hangatnya di Gaesong. Sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di Utara, tidur nyenyak adalah hal paling mewah yang bisa ia dapat. Setiap kali Jeongguk menutup mata, ia akan kembali diingatkan pada dentingan pedang yang saling beradu, pada rintihan kesakitan, bau amis darah, dan tubuh-tubuh yang bergeletakan tanpa nyawa. Ia selalu terbangun dengan tubuh dibanjiri keringat dan degup jantung yang terdengar seolah sedang berlomba.
Berlomba dengan apa, pun, ia tak paham.
Kalau boleh berkata jujur, Jeongguk lelah dengan semua peperangan ini. Ia lelah dengan kecemasan, kesedihan, dan perasaan tertekan yang kian memberat dari hari ke hari. Ia muak dan lelah menghadapi peperangan, serta ingin sekali berlari dari tumpukan mayat di bawah kakinya yang saban hari semakin tinggi. Tapi ia adalah Jeon Jeongguk, Jenderal Goryeo, dan ia bisa saja lari dari apa pun tapi tidak dari takdirnya sendiri.
Di malam-malam biasa, Jeongguk akan menenggak sebotol arak atau menghabiskan belasan cangkir teh. Terkadang ia akan melukis atau memainkan gayageum di halamannya yang sepi. Di tenda perangnya, Jeongguk biasanya menghabiskan malam dengan bermain baduk, yang membantunya mengasah kepiawaiannya membuat strategi, hitung-hitung membunuh waktu. Tapi dua malam lalu, selepas pesta ulang tahun Hoseok, ia tidur dengan cepat segera setelah mandi. Tanpa satu pun mimpi buruk datang padanya.
Tidur adalah harta karun bagi Jeon Jeongguk. Sudah sejak lama ia menginginkan tidur malam yang nyenyak tanpa gangguan. Sudah sejak dulu ia menginginkan segala rasa cemas dan lelahnya hilang. Dan siapa sangka semua harapan itu menjadi nyata hanya lewat permainan gayageum seorang gisaeng.
Maka, di sinilah ia berdiri sekarang.
Beberapa orang berbisik di belakang punggungnya. Kebanyakan bertanya-tanya kenapa Jeon Jeongguk yang terkenal itu berdiri seperti seorang idiot di depan gyobang paling laris di Gaesong. Jeongguk tidak menggubris bisikan-bisikan iseng itu, dan memilih memandangi setiap wajah yang keluar dari pintu utama seperti seekor citah yang mengawasi mangsa. Ia menarik napas panjang, dan dengan mantap melangkahkan kaki.
"Selamat datang di gyobang Mugunghwa," seorang laki-laki yang Jeongguk kenali sebagai Kim Seokjin menyapanya di pintu depan. Barangkali seseorang sudah memberitahukan kedatangan Jeongguk pada Seokjin sebelum ini. Lelaki itu bahkan sampai repot-repot turun dan menyapanya sendiri.
Mata hitam Jeongguk yang segelap jelaga mengawasi setiap sudut ruangan utama gyobang itu. Ada beberapa tangkai kering pohon mugunghwa yang diletakkan dalam guci keramik indah di meja-meja yang berjajar rapi. Wangi manis yang Jeongguk tak kenali samar-samar tercium. Ingar bingar tawa dan suara petikan gayageum terdengar dari beberapa ruangan, bercampur di telinga Jeongguk dan membuatnya berdengung.
"Siapa yang ingin Anda pesan malam ini, Tuan?" Seokjin mengipas-ngipas, sekali lagi lupa bahwa musim dingin belum berlalu. Lelaki itu kerap melakukan sesuatu hanya demi melengkapi gaya, tidak keberatan sekalipun itu menyiksa diri sendiri. "Atau jenis layanan yang diinginkan? Aku bisa memberikan beberapa rekomendasi."
Jeongguk menggeleng. "Gisaeng bernama Taehee, dia kosong malam ini?"
Sudut bibir Seokjin berkedut sedikit. Di dalam kepalanya, ia sibuk berdebat mencari alasan mengapa Jeon Jeongguk mencari Taehee, gisaeng kesayangannya. Nyaris semua orang di Gaesong tahu kalau Jeon Jeongguk tidak pernah mencari seorang gisaeng bahkan sejak ia mulai mengenal wanita. Tapi laki-laki yang disebut-sebut tidak tertarik pada apa pun selain peperangan itu berdiri di depan Seokjin sekarang, mencari Taehee. Detik berikutnya, Seokjin melebarkan senyuman, berpikir bahwa pesona Taehee pada akhirnya berhasil juga meluluhkan lelaki paling kaku di Ibukota.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Walk Past Time
FanfictionFrustasi dengan tuntutan dari keluarganya, juga tekanan dalam perjalanan karirnya di militer kerajaan, Jeon Jungkook menemukan hiburan dalam setiap petik gayageum seorang gisaeng. "Today the moon shines brighter on the blank spot of my memories."...