Author notes:
1. Mature scenes below. Please be mindful and don't read this chapter if you're under 18.
⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
08 : Talk Dirty
⠀
⠀⠀⠀
(Mature scene. Again, if you're under 18, please keep scrolling and don't read this part.)
TAGS: raw, implicit sex, anal, teasing
⠀⠀⠀⠀
Rembulan merangkak menaiki langit, menyisipkan sinarnya pada celah gorden kamar peony yang sedikit terbuka dibelai angin malam. Musim dingin hampir usai, tapi suhu masih terlalu rendah bagi siapa pun yang hendak mengurangi jumlah lapisan selimut. Pohon-pohon masih terlihat kering meski bunga musim semi sudah menampakkan kuncup. Titik-titik es masih menempel di berbagai sudut kota; di dahan pohon, di ujung sepatu, maupun di sudut jendela.
Mungkin suhu masih rendah, masih cukup dingin untuk menembus daging dan menusuk tulang. Tapi dua orang di ruang peony tidak punya waktu untuk memikirkan betapa dingin suhu, atau menambah selimut. Taehyung pikir musim dingin masih belum benar-benar berakhir, tapi nampaknya musim semi sungguh-sungguh sudah datang. Sebab yang ia rasakan hanya panas di nadi-nadinya dan keringat membanjir di seluruh tubuhnya.
Tangan Jeongguk yang panas merayap di punggungnya, memberikan sensasi seperti terbakar yang Taehyung tak sanggup tahan. Ia menggigit bibir saat gigi-gigi Jeongguk memberinya tanda; di bahu, di leher, di pinggang, di segala tempat yang mampu Jeongguk raih yang berarti seluruh tubuhnya. Tangan kiri lelaki itu sibuk memilin-milin putingnya. Erangan Taehyung berpadu dengan bunyi nyanyian daun-daun, dan geraman tertahan Jeongguk yang sesekali terdengar.
"Jeo-Jeongguk, kumohon..." Taehyung merintih di tengah erangannya yang tidak berhenti. Tapi Jeongguk tidak mengindahkan permintaan itu. Bibirnya masih mencumbu, masih mengirim gelenyar-gelenyar aneh yang membuat Taehyung tak bisa lagi menahan lenguhan.
Jeongguk pikir Taehyung cantik. Sejak pertama kali bertemu, lelaki itu adalah makhluk paling rupawan yang pernah ia temui. Sebelumnya Jeongguk tidak pernah mau pusing memikirkan penampilan seseorang; sebagaimana ia acap kali abai terhadap penampilannya sendiri. Tapi Taehyung berbeda. Ia seenaknya mengecualikan diri dari jalan hidup Jeongguk yang serba lurus. Seolah-olah keberadaannya memang ada untuk menciptakan anomali di hidup Jeongguk yang stagnan.
Taehyung yang cantik itu malam ini bersinar begitu terang. Jeongguk tidak menemukan perumpamaan yang tepat, sebab kepalanya penuh oleh Taehyung dan bagaimana laki-laki itu melumer di bawah sentuhannya. Kulit Taehyung berkilau keemasan oleh peluh dan kerlip lilin yang hampir padam. Wajahnya memerah, dengan napas yang terengah-engah karena gerak tangan Jeongguk yang tidak berhenti menari di atas permukaan kulitnya. Taehyung malam ini teramat cantik, terlalu cantik untuk Jeongguk abaikan. Terlalu cantik baginya untuk berhenti sekarang.
Jeongguk menggunakan tangannya menyapu saliva yang menetes keluar dari sudut bibir Taehyung, menjilatnya kemudian. Mata hitamnya malam itu tampak sayu dan redup oleh hasrat. Tangan kirinya meremas dada Taehyung setelah sejak tadi memilin-milin putingnya tanpa henti, membuat lelaki itu mengerang lagi. Erangan itu bersahut-sahutan di telinga Jeongguk seperti simfoni, meminta padanya untuk tidak berhenti.
"Kau sangat cantik," puji Jeongguk tanpa sadar. Tangannya merambati pipi Taehyung, mengusap dahinya, lantas menarik tengkuknya guna menyatukan kembali bibir mereka dalam lumatan panas tanpa jeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Walk Past Time
FanfictionFrustasi dengan tuntutan dari keluarganya, juga tekanan dalam perjalanan karirnya di militer kerajaan, Jeon Jungkook menemukan hiburan dalam setiap petik gayageum seorang gisaeng. "Today the moon shines brighter on the blank spot of my memories."...