17 : A Warm Place Called Home - unedited

1.6K 299 88
                                    

Author notes:

Hai, hai! Sepertinya chapter ini adalah yang terakhir yang aku upload minggu ini. Seharusnya bagian dari cerita ini diselipin di chapter kemarin, tapi karena kepanjangan (as usual), aku expand jadi 2 chapter. Semoga berkenan membaca!

Psst, untuk part terakhir, mohon masukannya! Sepertinya aku masih harus koreksi karena nggak terlalu oke :(

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀⠀

17 : A Warm Place Called Home

⠀⠀⠀

⠀⠀⠀⠀

Rembulan merangkak semakin tinggi saat Taehyung menenggelamkan tubuh polosnya di pelukan Jeongguk. Hidungnya bertubrukan dengan dada Jeongguk yang polos, membuat lelaki itu terkekeh geli setiap kali Taehyung merapatkan diri. Wangi Jeongguk tercium lebih kuat ketika mereka berdua habis bercinta, membuat Taehyung meleleh setiap kali kedua tangan kekasihnya menyentuh permukaan kulitnya. Jeongguk senang mengelus pinggangnya. Jeongguk bilang pinggang Taehyung sangat ramping, dan Taehyung akan tertawa kecil setiap kali Jeongguk melakukan itu karena pinggang adalah titik lemahnya.

Jemari Taehyung menyingkirkan poni Jeongguk yang turun menutupi mata. Taehyung suka rambut Jeongguk yang panjang, dan lebih senang lagi saat kekasihnya itu mengikat rambutnya ke belakang. Jeongguk terlihat jantan, dan ada kepuasan tersendiri menjalar di hati Taehyung saat ia ingat bahwa lelaki ini adalah miliknya. Jeongguk hanya miliknya.

Sejujurnya pinggang Taehyung masih sakit sekali. Bahkan saat ia mencoba merebahkan punggung di atas ranjang, tulang punggungnya akan berbunyi dan linu akan menjalar ke seluruh persendiannya; membuatnya nyeri tidak terkira. Tapi malam ini Jeongguk menghapus semua rasa sakit itu. Yah, rasa sakitnya masih ada, tapi Taehyung bisa mengabaikan semua itu saat tangan Jeongguk menari di atas permukaan kulitnya. Tangan hangat itu mengelus pinggangnya, dadanya, leher... tangan itu mengabsen seluruh tubuh Taehyung tanpa jeda.

"Jadi Nayeon datang mengunjungimu?" Jeongguk bertanya. Jarinya dengan fasih menyisir rambut Taehyung, memberikan sensasi menyenangkan di kulit kepalanya. Taehyung tersenyum dalam pelukan lelaki itu, lagi-lagi mengeratkan pelukan meski tubuh mereka sudah tidak lagi terpisah celah.

"Mmhm," Taehyung bergumam. Mereka sudah bercinta berkali-kali malam ini, tapi ia masih kesulitan membedakan mana kenyataan dan mana khayalan. Taehyung takut Jeongguk yang kini dipeluknya esok akan menjadi bagian dari mimpinya lagi; menjadi sosok yang hanya memiliki eksistensi dalam kepalanya yang kecil.

Jeongguk terkekeh. Suara kekehannya terdengar masih sama renyah, masih sama hangat seperti terakhir kali Taehyung bisa mengingat. Lelaki itu mengecup dahi dan puncak kepala Taehyung, barangkali merasa bahwa sifat manja kekasihnya yang datang tiba-tiba tampak lucu dan layak diapresiasi. "Tidak perlu khawatir, Tae. Berapa kali kubilang aku benar-benar di sini."

"Tapi Jeongguk dalam mimpiku juga bilang begitu," Taehyung berkilah. "Dan tetap saja kau menghilang saat aku bangun. Kupikir kau mencampakkan aku, karena bagaimana kau bisa tidak membawaku keluar kalau kau tahu jalan masuk?!"

Duh, mulai lagi. Rajukan Taehyung kadang membuat Jeongguk serba salah. Ditanggapi serius, sulit. Tidak ditanggapi, nanti semakin mengamuk. Tapi beruntung Jeongguk punya pelukan yang selalu bisa melunturkan amarah Taehyung, tidak peduli sebesar apa nyala api dalam hatinya. Jadi Jeongguk memanfaatkan kelebihannya dengan baik dan merapatkan pinggang Taehyung pada tubuhnya dengan tangan kanan.

Taehyung memekik. Bagian 'itu' kini terhimpit antara selangkangannya dan pinggang Jeongguk. Seluruh aliran darahnya berkumpul di wajah, dan yang Taehyung tahu kemudian hanyalah tangannya berusaha mencubit pinggang Jeongguk sambil ia dengan susah payah menyembunyikan wajah. Jeongguk hanya tertawa, lalu menghadiahi puncak kepala Taehyung dengan ciuman-ciuman kecil yang tiada habisnya.

A Walk Past TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang