Author note:
Lihat catatan di bawah, ya.
Maafkan segala typo di antara kita.
Maafkan segala kekeliruan istilah di dalam sini. Koreksiannya ditunggu, guys.
P.S. Sebenarnya bab ini maunya nyatu sama bab 9 kemarin, tapi bab 9 sudah kepanjangan jadi mau gak mau aku expand jadi 2 bab....
⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
10 : Shattered
⠀
⠀⠀⠀
⠀⠀⠀⠀
'Perempuan' itu meniti langkah menuju kanvas yang terbentang memisahkan keempat lelaki di dalam ruangan. Hoseok melirik Jimin, yang memandangnya dengan tatapan seolah bertanya; 'dari mana kau dapat permisi membawa gisaeng ini'. Lalu berpindah pada Namjoon yang nampak mengerti maksudnya membawa Taehee malam ini, tepat ke pesta bujang sahabatnya. Iris Hoseok yang dalam keremangan malam berpendar keabu-abuan mencuri pandang pada Jeongguk, yang seolah tersedot dari realita tempat mereka berada.
Seumur hidup, Hoseok baru sekali ini menemukan Jeongguk begitu terpana. Genggaman lelaki itu pada botol arak mengerat, begitu juga dengan rahangnya yang mengeras, membuat garis tulangnya menjadi lebih jelas. Pada awalnya Hoseok hanya mengira-ngira, mengingat banyak sekali pejabat mengeluh tidak bisa menyewa Taehee bermain gayageum untuk mereka selama bermalam-malam. Hoseok pikir, jika benar perempuan yang membawa Jeongguk pada lamunan panjang dan malam-malam absennya ia di kediaman Jeon adalah Taehee; Hoseok ingin memberi kesempatan bagi mereka bertemu satu kali lagi.
Jika bukan, ia hanya akan menganggap ini sebagai hadiah biasa bagi sahabatnya yang kaku.
Taehyung menjejakkan kakinya pada baskom berisi tinta, sebelum menginjak kanvas; meninggalkan warna hitam segelap jelaga. Lelaki itu memejamkan mata saat roknya menyapu pangkuan Jeongguk yang duduk lebih dekat dengan pintu. Mengirimkan desir-desir di nadi lelaki yang sedang berusaha mengontrol kewarasannya tetap terjaga. Bunyi musik terdengar, barangkali dari beberapa pemain gayageum di belakang pintu.
Ini adalah kali pertama Jeongguk melihat tarian gisaeng itu. Pertama kali ia melihat langkah yang orang itu bawa, dan menyadari bahwa posturnya begitu indah dan gerakannya nampak halus dan seringan kapas. Jantung Jeongguk memompa cepat, membuat genggamannya pada kendi arak mengencang hingga hampir menghancurkan bibir botol.
Taehyung terus melangkah. Satu, satu, lalu menyeret kakinya, melangkah lagi, begitu terus seolah jiwanya hanyut dalam tarian. Di dalam kepalanya, ia memutar kembali suara penuh iba Seokjin yang memintanya untuk tidak mengambil tawaran ini. Tapi Taehyung tidak ingin, ia ingat sekeras apa dirinya menolak. Meski untuk terakhir kali, ia ingin mempersembahkan sesuatu untuk lelaki itu. Ia ingin Jeongguk mengukir namanya dengan tinta permanen di dalam hatinya.
Langkah Taehyung ia sematkan di atas kanvas, membentuk sebuah tangkai bunga lotus. Kain tipis yang menutup separuh wajahnya berkibar saat ia berputar, membentuk kelopak-kelopak bunga lotus yang layu. Kakinya terangkat, naik-turun membentuk tetes-tetes air yang jatuh dari setiap kelopak bunga.
Baik Jimin, Namjoon maupun Hoseok menangkap dengan baik kesedihan dalam setiap gerakan sang gisaeng maupun lewat lukisan yang kakinya ukir. Sesekali mata mereka melirik pada Jeongguk dan genangan air mata di pelupuknya, atau pada rahangnya yang kian mengeras. Ketiga lelaki itu mau tak mau merasa hati mereka teremat perih. Seumur hidup mereka hingga kini, Jeongguk tidak pernah tampak begitu terluka kecuali dua; saat ibunya pergi dan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Walk Past Time
FanfictionFrustasi dengan tuntutan dari keluarganya, juga tekanan dalam perjalanan karirnya di militer kerajaan, Jeon Jungkook menemukan hiburan dalam setiap petik gayageum seorang gisaeng. "Today the moon shines brighter on the blank spot of my memories."...