Jangan ada air mata di wajahmu, aku menyukai saat kau tertawa
🌞Hello back lagi dong😂🌞
Karena tidak kuat menahannya lagi Ela pun pingsan, untung saja dengan sigap Ferdi menahan tubuh Ela agar tidak jatuh ke tanah.
"Eh, astaga La!" Ferdi terlihat sangat panik tidak mau lama-lama Ferdi membawa Ela ke uks dengan cara menggendongnya.
Jarak lapangan dan uks lumayan jauh, jadi Ferdi mempercepat langkahnya. Setelah sampai di uks Ferdi membaringkan Ela di atas kasur itu.
Saat ini hanya ada mereka berdua di uks, jadi Ferdi berinisiatif untuk mengambil minyak kayu putih yang ada di uks. Saat sudah mendapatkannya Ferdi mengoles minyak itu ke kepala dan hidung Ela.
Dia juga memijit kepala Ela dengan perlahan. Tidak butuh lama akhirnya Ela sadar dari pingsannya. Ela mengerjapkan matanya perlahan–lahan, saat sudah sadar Ela dapat melihat bahwa dia sekarang berada di ruangan kesehatan sekolah.
"Akhirnya, sadar juga lo," ucap Ferdi dengan lega.
"Iya. Thanks udah mau bawa gue kesini," balas Ela dengan suara lesu.
"Sama–sama. Lo belum sarapan?" tanya Ferdi kepada Ela.
"Be–" ucapan Ela terpotong dengan suara seseorang.
"Elaaaa!!" teriak suara yang baru masuk.
Mereka berdua sudah dapat menduga bahwa suara itu adalah suara Caca.
"Suara lo kecilin dikit bisa?" Ferdi menatap orang itu dengan sinis.
"Yeee suka–suka gue lah, suara–suara gue kenapa jadi lo yang sewot!" balasnya tak kalah sinis.
"Udah deh kalian berdua kalau mau berantem di lapangan aja sana. Orang lagi sakit berantem disini," sambung Fani.
"Diem lo!" ucap Caca dan Ferdi secara bersamaan. Fani yang mendengar itu langsung diam tak berkutik.
"Hahahaha wajah lo lucu banget Fan," ucap Gilang dengan tawa yang sangat kuat dan mencubit pipi Fani gemas. Fani yang mendapat perlakuan seperti itu dari Gilang hanya bisa diam dengan pipi merona.
Fani memang mempunyai rasa suka kepada Gilang. Akan tetapi dia tidak ada berani mengungkapkan nya karena takut kalau cintanya tidak akan terbalaskan.
"Pipi lo kenapa merah Fan?" tanya Anggun.
"Ha! Eh i–itu merah dari mana?" jawabnya gugup.
"Ngeles aja lo, bilang aja lo suka sama tu bocah tengik." Caca menunjuk Gilang.
"Lo bilang gue bocah tengik?" tanya Gilang memastikan.
"Iya kenapa lo ngak suka?" balas Caca.
"Kalau iya kenapa?"
"Yaudah terima aja apa susahnya sih," gerutunya.
"Oke gue terima, mulut mercon!" ucap Gilang.
"APA-APAAN LO BILANG GUE MULUT MERCON!" teriak Ela dengan suara kuat.
"Tuh kan betul gue bilang suara lo kayak mercon," ucap Gilang sambil tertawa terbahak–bahak.
"Ihh lo itu–"
"Bisa diem ngak lo berdua? Kalau ngak bisa diem keluar gih pintu terbuka lebar." Ferdi melerai omangan yang tidak berfaedah itu.
"La, lo ngak apa–apa kan?" tanya Anggun.
"Iya gue ngak apa–apa cuman kecapean aja," balas nya dengan senyum tipis.
"La, tadi lo bilang lo belum makan, kan? Mau makan apa biar gue pesan," seru Ferdi.
"Iya gue belum makan. Nasi goreng sama jus jeruk aja deh, Di," balas Ela.
"Oh oke. Ka, beliin gih ini duitnya," Ferdi menyerahkan duit berwarna biru sebanyak satu lembar.
"Tadi perasaan lo bilang lo yang pesan kok jadi gue?" Raka tidak percaya dengan sahabat nya ini.
"Sekarang lo mau ngak?" tanyanya.
"Nggak!" balas Raka dengan tegas.
"Serius lo ngak mau? Lo cuma beliin nasi goreng sama jus jeruk aja apa susahnya sih. Ntar kalau ada kembaliannya buat lo aja."
"Ok tapi inget kembaliannya untuk gue. Lo ngak boleh minta lagi," ucap Raka lalu segera pergi keluar ruangan itu.
"Gila kali tuh anak giliran ada kembalian cepat amat di suruh." Dodo mengelengkan kepalanya melihat tingkah absurd Raka.
Tidak butuh waktu lama Raka pun kembali ke uks dengan membawa nampan berisi pesanan Ferdi.
"Nih," ucapnya sambil meletakkan nampan di atas nakas.
"Thanks," balas Ela dengan senyum tipis dan langsung memakan nasi goreng itu. Tidak lama makanann itu habis dengan sekejap tanpa ada tersisa.
"Wihh gila lo, La bersih banget tu piring sampai kagak ada sisanya." Gilang berucap takjub melihat tingkah sepupu perempuannya yang satu ini.
"Hehe laper gue," balas Ela.
"Lapar apa doyan, La?" goda Ferdi.
"Apaan deh Ferdi, ngeselin lagi. Ela, ngambek tau ngak," ucap Ela dengan manja.
"Alay banget deh, La. Gemas gue pengen bawak pulang," ucap Dodi.
Ferdi yang mendengar itu langsung menatap Dodi dengan tajam. Dodi tidak takut dengan tatapan itu melainkan dia berani menjawab.
"Santai dong mata mas nya, mau gue congkel? Sini lagi buka jasa congkel mata gratis," balas Dodi sambil tersenyum mengejek.
"Berisik!"
"Bodo amat kagak peduli gue," ucap Dodi sambil tertawa.
"Dodi, mending lo diem dulu ya kepala gue pusing banget soalnya," peringat Ela.
"Iya sorry, La," balasnya dan setelah itu tidak ada lagi suara yang terdengar di ruangan itu.
Karena tidak tahan dengan keheningan Caca berkata, "Sepi banget kalau diam semua," ucapnya.
"Terus kamu mau ramai gitu?" tanya Raka.
"Iya," angguknya.
"Ya udah aku kasih cara nih sama kamu, tapi kamu dengerin baik–baik ya."
"Iya pasti akan aku dengar baik–baik kok sayang," balas Caca dengan semangat.
"Alay," ucap Ferdi dengan nada suara yang bisa di bilang tidak ada santai–santainya.
"Mending lo diem aja deh, Di gue mau dengar cara apa yang akan di kasih tau Raka," jedanya, "Apaan Ka caranya cepetan deh kasih tau aku," Caca tampak bersemangat mendengar cara yang akan di berikan oleh kekasihnya itu.
"Caranya itu kamu bakar sekolah ini aja biar rame kan simpel," balas Raka.
Caca yang mendengar itu langsung mengubah mimik wajahnya karena kesal atas apa yang baru saja di ucapkan oleh kekasihnya itu.
"Bunuh orang dosa ngak sih?" tanya nya kesal.
"Ngak dosa kok Ca, mending lo bunuh aja itu si Raka nya yang ada lo dapat pahala banyak," jawab Dodi dengan semangat.
"Tau ah kesel gue sama kalian semua," ucap Caca.
"Ya udah kalau kesel mending lo diem," seru Gilang.
"Ihh tuh kan," Caca meghentakkan kakinya di lantai seperti anak kecil yang tidak mendapatkan makanan kesukaannya.
Ela, Ferdi dan yang lainnya hanya tertawa melihat tingkah sahabat mereka itu. Mereka menghabiskan waktu seharian di uks dengan bercanda tawa. Saat sudah pulang sekolah barulah mereka keluar dari ruangan kesehatan itu. Ya, mereka membolos jam pelajaran satu hari itu.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
FELA [ON GOING]
Fiksi Remaja"Sejak engkau hadir di dalam kehidupan ini, aku tahu persis bahwa berbagai tantangan akan hadir di dalamnya. Namun itu bukanlah apa-apa dibandingkan saat engkau meninggalkan ku dan semua kenangan tentang kita yang sudah terajut bersama. Ada banyak k...