Keesokan paginya Ela tidak pergi ke sekolah melainkan dia ingin ikut mengantar kakaknya ke bandara. Saat sedang sibuk menyisir rambutnya tiba–tiba suara ponsel pintarnya berbunyi, Ela berdecak kesal karena kegiatannya diganggu.
Drtt... Drtt..
Saat melihat siapa yang menelpon Ela bergumam tidak jelas.
"Nih bocah ganggu mulu dah," kesalnya.
Tidak mau berlama-lama Ela pun mengangkat telepon nya. Saat baru menempelkan ke telinganya tiba-tiba...
"Ela! Lo kenapa ngak sekolah ?!" teriak suara dari seberang sana.
Ya yang menelpon Ela saat ini adalah Caca.
"Eh bocah, lo bisa ngak sih kalau ngak teriak-teriak mulu? Sakit nih telinga gue," gerutunya dengan kesal.
"Apa bedanya gue sama lo? Eh lo belum jawab pertanyaan gue."
"Lo nanya apa emang? "
"Lo cantik-cantik lemot ya, lo kenapa ngak sekolah?"
"Oh itu, gue mau ngantar kakak gue ke bandara, " balasnya.
"What? Kakak lo mau pergi?"
"Eumm, udah deh besok gue cerita kalau gue sekolah. Okee. Byy! "
"Ta–"
Ela langsung memutuskan teleponnya secara sepihak dan dia tidak peduli bahwa orang yang menelponnya tadi kesal.
Ela kembali melanjutkan menyisir rambutnya dan mengikatnya menjadi satu atau sering disebut kuncir kuda. Setelah itu Ela memakai sepatu sneakers putih dan mengambil tas selempangnya saat sudah selesai Ela keluar kamar.
"Kak." Ela menegur Ozi yang sedang melamun dengan memukul bahunya pelan.
"Eh iya, kamu udah siap?" tanyanya dengan raut wajah sedih.
"Udah kak. Emm kita berangkat sekarang aja yuk kak ntar kakak ketinggalan lagi."Ela berusaha memberikan senyumnya.
"Yuk," balas Ozi sambil menarik koper dan tangan Ela keluar. Setelah itu mereka memasuki mobilnya dan pergi menuju bandara.
Hanya butuh waktu 20 menit untuk nyampai ke bandara, sementara pesawat yang akan dinaiki oleh Ozi 5 menit lagi bakalan Take off.
"Duduk disitu dulu yuk, Dek." Ozi mengajak Ela untuk duduk di ruang tunggu.
Saat mereka baru duduk tiba-tiba Dava, Rina, dan Ferdi datang menghampiri mereka.
"Hai Ela kita ketemu lagi sayang," sapa Rina lembut dan mengusap rambut Ela pelan.
"Hai tante." Ela masih merasa canggung kepada Rina dan dia hanya memberikan sebuah senyum.
"Bentar lagi kalian berdua bakalan Take off jadi usahakan persiapan kalian sudah selesai semua," kata Rina memperingati Dava dan Ozi.
"Udah semua kok Tan," balas Ozi.
Setelah itu tidak ada lagi yang membuka suara mereka hanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Ozi yang tidak suka akan hal ini akhirnya angkat suara.
"Hmm, Dek kamu serius mau di rumah sendiri?" Ozi terlihat khawatir meninggalkan adik semata wayangnya itu.
"Iya kak Ela yakin kok. Kakak tenang aja ya," balas Ela dengan suara yang bergetar.
Ozi menarik nafasnya perlahan dan menghembuskannya secara perlahan juga, dia berkata, "Di gue titip Ela ya gue yakin lo pasti bakalan jaga dia." Ozi memberikan kepercayaan kepada Ferdi.
"Iya kak," balasnya sopan.
Tidak berapa lama suara pemberitahuan dari dalam bandara pun memberitahukan bahwa pesawat yang akan dinaiki Dava dan Ozi akan segera Take off mereka pun bersiap-siap.
Sebelum benar-benar pergi Ozi menatap Ela yang sudah berlinang air mata, tidak mau lama-lama Ozi langsung memeluk Ela dengan sangat erat. Ela membalas pelukan Ozi tidak kalah eratnya.
Ela menangis di pelukan Ozi sehingga baju yang dikenakan Ozi basah akan tetapi Ozi tidak masalah akan hal itu. Ela sadar bahwa Ozi juga meneteskan air matanya karena Ela dapat merasakan bahwa rambutnya basah.
Ozi melepas pelukannya dan mengusap air mata Ela dengan sayang sambil tersenyum.
"La, kamu jangan nangis lagi ya sayang. Kakak ngak lama kok disana. Kamu jangan lupa makan, jangan lupa tidur, jangan lupa minum obat maag nya juga ya kalo udah pagi, terus jangan boros, jangan sering begadang ya. Nah pesan kakak yang satu ini jangan kamu lupain ya selama kakak disana, kamu jangan nangis tiap malam karena kakak nggak ada, kakak minta kamu jangan nangis ya?" ucap Ozi sambil memandang Ela dengan raut wajah sedih.
"Iya kak." Hanya itu yang bisa dibalas oleh Ela sambil berusaha untuk tersenyum.
"Janji." Ozi menyodorkan jari kelingking nya dan di balas oleh Ela dengan manautkan jari kelingking nya juga.
Setelah itu Ozi memeluk Ela sekali lagi dan mencium kening Ela dengan penuh kasih sayang.
"Udah sana cepatan ntar ditinggal lagi," kata Rina.
"Iya Ma."
"Iya Tan."
Balas mereka secara bersamaan. Setelah itu mereka pun pergi menuju pesawat yang akan mengantarkan mereka. Ela yang melihat itu hanya melambaikan tangannya dan berusaha untuk tersenyum meski senyum yang di tunjukkan Ela senyum miris.
Pesawat mereka pun lepas landas dan mereka pergi untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi lagi di negeri orang.
"Aduh, Ela Ferdi mama duluan ya, soalnya mama harus ke butik," kata Rina sambil berlalu pergi dari hadapan mereka.
Setelah itu yang tertinggal disitu hanya Ela dan Ferdi. Sempat terjadi keheningan yang cukup lama Ela masih sibuk dengan pikirannya.
"La pulang yuk," ajak Ferdi.
"Lo duluan aja ngak apa-apa kok."
"Nggak! kita harus pulang bareng."
"Gue masih pengen sendiri Di," ucap Ela memelas.
"Gue ngak mau lo kenapa-napa jadi gue mau lo pulang bareng gue," ajaknya.
"Ta–"
"Kak Ozi ngasih amanat ke gue La. Gue harus jalani apa yang di sampaikan kak Ozi," ucapnya.
"Ya udah lo antar gue pulang ya?"
"Iya."
Setelah itu mereka pun pergi menuju mobil yang terpakir rapi di parkiran bandara. Ferdi pun membawa mobil itu keluar parkiran bandara dan membawanya menuju suatu tempat.
"La gue mau bawa lo ke suatu tempat pasti lo mau kan?"
"Iya gue mau yang penting tempat nya indah."
"Ya udah kalau gitu kita otw kesana," ucapnya dengan semangat yang membara.
Selama di perjalanan tidak ada diantara mereka yang membuka percakapan hingga mereka sampai ke tempat tujuan yang dikatakan Ferdi tadi. Ela yang melihat itu hanya bisa tersenyum senang dan mengucapkan terima kasih kepada Ferdi.
Ferdi senang akan hal itu karena dia bisa melihat senyum Ela lagi.
Tbc...

KAMU SEDANG MEMBACA
FELA [ON GOING]
Fiksi Remaja"Sejak engkau hadir di dalam kehidupan ini, aku tahu persis bahwa berbagai tantangan akan hadir di dalamnya. Namun itu bukanlah apa-apa dibandingkan saat engkau meninggalkan ku dan semua kenangan tentang kita yang sudah terajut bersama. Ada banyak k...