Rasa yang semestinya tak pernah ada. Lautan asmara yang harusnya menjadi indah. Tentang kehancuran yang membuatnya menjadi berbeda. Terimakasih karena pada akhirnya, ini menjadi cerita yang semestinya tak pernah dilupakan
Dan
Selamat datang di serib...
Hyena memasuki mobil Handika. Gadis itu diam sejenak, lalu memilih memeriksa tasnya. Memastikan tak ada satupun barang yang tertinggal. Kemudian menatap geram pada Handika yang masih bingung menatapnya.
"Lo ya kebiasaan banget dadakan. Minggu semalam juga kayak gitu. Tapi tumben banget, lo cuma ngajak gue. Biasanya juga sama Chayani, Yesina, Woojin, Lucas, Yohan, Mark"
Handika menarik nafas dalam. Menatap Hyena dengar wajah datarnya "Lo banyak bacot, tinggal ngikut aja susah". Kemudian menatap kedepan, memegang setir kemudinya.
Hyena menipiskan bibir, kali ini tak melawan dan diam saja. Sementara Handika melirik kecil Hyena yang kali ini tak menyeletuk apapun. Keadaan jadi sunyi. Dengan Hyena yang memandang jalanan dan Handika yang memfokuskan pandangannya.
"Lo cantik hari ini" ucap Handika, membuat Hyena langsung menatapnya.
"Ha ?"
"Iya, benaran dah. Biasanya juga kalau ke sekolah kan, lo cuma pakai bedak aja" jawab Handika tenang.
Hyena diam sejenak "Han, mau kemana ?" tanyanya baru sadar. Memastikan Handika tak membawanya ketempat tempat aneh.
Seingatnya, dulu Handika pernah nyuruh dia ikut. Pergi kesuatu tempat, setelah pulang sekolah dasar. Ia tersenyum dan mengekori Handika. Dan ternyata Handika malah membawanya mengambil kodok disuatu rawa. Kan kesal.
Handika menghela nafas pelan "Yaelah, kan udah gue bilang Hyewon. Kita tuh mau ke Mall. Nongki nongki cantik, belanja belanja ala cewek, nonton film romance yang unch unch. Puas ?" jawabnya lebay, sangking gemesnya pada Hyena yang berkali-kali bertanya ditelepon. Malah berakhir Hyena kembali bertanya.
Hyena terkekeh sebentar dan mengangguk "jangan bilang lo gabut dirumah kan ?"
"Kok tau ? Apakah kita jodoh ? Hahaha" jawabnya dengan asal.
Hyena hanya mendengus kesal. Mencubit pelan tangan Handika, membuat mereka kembali tertawa.
"Nggak lo, nggak sahabat gue. Sama-sama receh tau. Apa-apa diketawain. Ehh, btw Yohan kemana ?. Kan lo bisa ngajak Yohan ?" tanya Hyena dengan mimik wajah serius.
"Kayaknya lo gasuka banget ya gue ajak jalan. Baleklah, baleklah" jawabnya seraya memperlambat jalannya, berpura-pura ingin memberhentikan mobil.
"Ehh, bukan gitu. Masih aneh aja. Lo tau gak sih, gue senang banget kok. Lo ngajak gue pergi"
Handika mendengus kembali, lalu membuang muka kearah lain. Tersenyum sebentar "Gue juga senang kalo lo senang. Ehh, Yohan tadi pergi gatau kemana"
Hyena yang tadinya bingung dengan ucapan Handika. Dibuat menggangguk setelah tau alasan cowok itu mengajaknya. Ia memainkan jari-jarinya, mengecek Handphone dan tersadar mereka telah didepan tempat parkir.
Merngenyit heran, saat Handika berlari pelan menghampirinya. Membukakan pintu dan tersenyum. "Lo aneh banget hari ini". Handika hanya menunjukkan senyumannya.
Berjalan beriringan, menyusuri Mall. Handika melirik kecil pada Hyena yang sedang menatap gemas pada seorang anak. Ia terkekeh, menggengam tangan Hyena. Membawanya berjalan cepat menuju tempat makan.
"Lo kalau gak dipegangin, bakal ilang. Lama banget lagi jalannya. Gue udah keburu lapar" kata Handika, membuat Hyena tanpa sadar makin menggenggam tangan Handika.
Memasuki tempat makan ala Korea. Handika ingat, Yohan pernah bilang kalau Hyena pingin banget nyoba makan ditempat ini. Belum pernah kesampean, karena Hyena lebih peduli sama keinginan temannya, keluarganya atau sahabatnya. Yang pingin makan ditempat lain.
Hyena menopang dagunya, menunggu pelayan datang "Tau banget ya, gue pingin kesini" ucapnya tersenyum tipis pada Handika.
Mereka memesan, Hyena menyenggol pelan bahu Handika yang sejak tadi melebarkan senyum padanya. Dia menggeleng pelan, saat handika terhenyak sedikit dan mengusap wajahnya. Tersenyum kikuk dan mengarahkan pandang ke pelayan yang sedang menunggu.
"Gue terserah lo aja dah Hye, gue mana ngerti makanan korea begini" ucapnya sambil mengendikkan bahu.
"Ohh pesan dua kayak yang tadi ya mbak. Tapi gausah pedas, gatahan dia" katanya membuat Handika melirik sinis padanya.
Handika berdehem kecil, lalu kembali menoleh pada Hyena, "Hyewon, lo kenapa sih akhir-akhir ini sedih mulu. Anak-anak kelas pada nanyain tau. Gue juga ikut sedih"
Hyena mengangkat alis, "Ha ? Apaan dah, pikiran kalian aja kali. Gue mah have fun aja"
"Bohong lu. Ngomong-ngomong dah, kok lo jadi dekat ama Yohan. Suka ya lo sama dia ?" katanya membuat Hyena terkejut dan menoleh kaget.
"Gak tau, masih bingung. Gue takut dia bakal sama kayak waktu Smp. Tiba-tiba ninggalin gue" ucapnya jujur.
"Ha ? Emang lo pernah suka sama dia ?"
"Nggak, cuman pernah dekat aja"
Handika mengangkat alis, melihat jelas perubahan garis wajah Hyena. Ia menipiskan bibir, lalu memalingkan wajah. "Gue belum terlambat untuk bilang ke lo kan ?"
"Ha ?"
"Hmm, enggak. Tuu makanannya udah datang" ia berusaha menguasai mimik wajahnya. Menyeruput minumnya dan melepaskan pandangan. Hyena hanya mengangguk, memastikan bahwa cowok didepannya hanya bertanya asal.
"Senyum dong, Han. Lo seram kalau tiba-tiba diam gitu, datar pula wajahnya". Handika diam sejenak, menoleh padanya dan tersenyum "Lo juga harus senyum terus. Gue suka kalau lo senyum. Soalnya cantik" hyena dibuat tertegun oleh kalimat itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Next...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.