Rasa yang semestinya tak pernah ada. Lautan asmara yang harusnya menjadi indah. Tentang kehancuran yang membuatnya menjadi berbeda. Terimakasih karena pada akhirnya, ini menjadi cerita yang semestinya tak pernah dilupakan
Dan
Selamat datang di serib...
Eskpresi wajah Hyena langsung berubah murung. Saat sepintas kejadian dulu terulang. Kejadian disaat didepan matanya, Fanesa tergeletak tak bernyawa dengan darah yang memenuhi sekitar kamarnya. Dan pisau disebelah tangannya yang membuatnya yakin, Fanesa melakukan hal yang paling bodoh.
Kini dia bertiga di kantin, dengan Chayani dan Yesina yang senantiasa berusaha menenangkan diri Hyena. Meyakinkan bahwa segala kejadian itu, bukan sepenuhnya salah Hyena.
"Hye, makan dong. Gausah mikirin itu lagi, lo sendiri yang buka luka lama. Gua tau seberapa sayangnya lo sama Fanesa, nggak ada yang menandingin rasa sayang lo sama Fanesa. Cuman kalau Fanesa lihat lo jadi kayak orang serawutan kayakgini, dia juga sedih kali" cerocos Chayani membuat Hyena dengan segera melahap makanan didepannya.
Chayani dan Yesina pun tersenyum lebar dan memeluk erat badan Hyena. Mengusap pelan punggung Hyena yang sedang berusaha menguatkan diri sendiri. Oke, ini waktunya terlihat seperti biasa pada Yeri. Ingat, Yeri hanya salah satu dari masalah yang dialami Fanesa.
"Gue bakal berusaha untuk itu. Makasih Chaeyeon, Yena"
"Gitu dong. Itu baru sahabat gue, emang semestinya kita melupakan masa lalu" seru Yesina yang mendapatkan tatapan mendelik dari Chayani. Hingga mereka sama-sama menggeleng kompak, menyisakan tertawa kecil.
"Apaan dah ? Kita receh banget, gelengin kepala aja ketawa" kata Yesina yang ikut tertawa sambil memukul meja pelan.
"Ehm Chaeyeon, Yena. Gue kekamar mandi dulu ya" pamit Hyena yang dibalas anggukan oleh mereka berdua. Segera ia berlari cepat, membuka pintu kamar mandi.
Menutupnya kembali setelah itu. Gerakannya berhenti saat didepan matanya, Yeri sedang berdiri ikut memandangya. Ia berusaha tersenyum lalu segera pergi sebelum tangan Yeri berhasil memegang erat tangannya. Ia terdiam dan membalikkan badanya. Menatap Yeri dengan tanda bertanya.
"Gausah pura-pura senyum, kalau kunci kesedihan lo itu ada di gue" kata Yeri yang membuat Hyena mengeryitkan dahi.
"Lo kakaknya Fanesa kan ?" ucapan itu kembali memecah keheningan. Hyena tak bisa berkata-kata dan hanya bisa diam. Mulai menatap Yeri dengan pandangan tak suka, melihat Yeri yang malah menyunggingkan senyum. Senyum yang bisa dibilang terkesan menakutkan.
"Maksud lo apa ?"
"Alah lo bilang aja. Kalau sebenarnya lo punya dendam sama gue"
"Nggak, gue memang punya dendam sama lo. Cuman dengan janji yang dibuat Fanesa, gue yakin dan percaya kalo gue harus lupain dendam itu" katanya seraya melepas kuat tangannya yang masih digengam oleh Yeri. Yeri mendecih, membuat Hyena yakin Yeri memang benar-benar jahat.
"Jangan ngira gue yang buat adek lo bunuh diri. Gue keluar dari sekolah karena lo. Lo yang nggak pernah gue kenal, lo yang bikin gue putus sama pacar pertama gue. Gila kali lo ya"
Hyena menghela nafas dan kembali memandang Yeri, "Dan jangan berpikir gue gatau semuanya, Yerina Safira"
"Lo bermasalah sama gue, Hyewon. Lo salah kalau ngira gue, merasa bersalah sama kematian adek lo. Lihat aja, semua bakal berubah kedepannya" katanya lalu mendorong bahu Hyena dan melenggang pergi dengan cepat.
Hyena hanya bisa menunduk dan menangis. Kini, sifat buruk Yeri terbongkar. Ini yang selalu ia takuti, namanya yang selalu ia sembunyikan diketahui oleh Yeri. Nama yang enggan ia beritahu. Ketika Yeri menanyakan nama kakak Fanesa yang berusaha mengeluarkannya dari sekolah smpnya dulu.
Tak ada yang tahu, bahwa Hyena lah yang selama ini mencari tahu segalannya tentang Yeri dan dengan bantuan CCTV. Yeri berhasil dikeluarkan dari sekolah. Dengan catatan, tidak memasukkannya ke penjara.
Ia masih sesugukan, membuat Yohan yang sedang melenggang jalan hendak menghampiri Yeri. Berhenti sebentar dan membuka perlahan pintu kamar mandi cewek. Segera ia bergerak, mendapati Hyena sedang menenggelamkan kepalanya.
"Hyewon ! Kamu kenapa ? Ayo keluar, jangan nangis" katanya sambil mengangkat badan Hyena. Membawanya keruang Uks, sambil mengelus pelan bahu Hyena. Hyena menerima tissue yang diberikan Yohan, lalu memilih duduk di tempat tidur ruang Uks.
"Kamu kenapa ? Cerita ya. Saya khawatir"
Bukanya menjawab, Hyena malah memilih memeluk erat bahu Yohan. Membuat Yohan terlihat kaget dan membalas memeluk Hyena. Suara tangisan itu terdengar.
Yohan mengelus pelan rambut Hyena. Dia benar-benar dalam perasaan khawatir sekarang. Ia mengambil pelan handphonenya dan menelepon Chayani dengan masih memeluk Hyena. Chayani terdengar memekik dan segera mematikan sambungan telepon itu.
"Hyewon, udah ya jangan nangis terus. Kamu tahu, saya benar-benar khawatir. Saya bingung mau ngapain, kalau kamu gak cerita"
Hyena melepas pelukan itu dan menyeka pelan air matanya, "Kamu janji, bakalan berteman selalu sama aku. Jangan pernah berubah, sampai kapanpun" katanya menyodorkan jari kelingkingnya didepan wajah Yohan.
"Kenapa secara tiba-tiba ? Saya bakalan berteman selalu sama kamu kok. Gausah takut"
"Kita gak bakal tau kedepannya, jadi kamu harus janji" kata Hyena kembali menunjuk jari kelingkingnya. Yohan membalasnya, membuat jari mereka bertaut dan berakhir senyuman dari Hyena.
"Hyewoonn ! Lo kenapa lagi ?!" pekikikan Chayani membuat mereka berdua segera melepaskan tautannya. Desakan Chayani dan Yesina, menyebabkan Yohan mundur beberapa langkah.
"Yohan, gue minta tolong deh. Lo boleh keluar dulu gak ? Ini urusan cewek" seru Yesina mendorong pelan bahu Yohan.
Yohan tersenyum dan berjalan pelan kearah pintu didepannya. Menutupnya dan merunduk. Salah ya, kalau Yohan berharap lebih sama Hyena ? Bukan sekedar berteman. Ia hanya bisa mengusap wajahnya dan segera pergi kekelas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Next...
Agak bingung sih sama kelanjutannya, tapi stay tune aja !
Maaf ya Yerinya dibuat jahat, aku nggak ngehate kok. Malah aku suka banget sama Yeri. Manis manis gitu.