Rasa yang semestinya tak pernah ada. Lautan asmara yang harusnya menjadi indah. Tentang kehancuran yang membuatnya menjadi berbeda. Terimakasih karena pada akhirnya, ini menjadi cerita yang semestinya tak pernah dilupakan
Dan
Selamat datang di serib...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hyena berlari cepat masuk ke kelasnya. Menghela nafas saat orang yang dia cari duduk dibangkunya dengan buku bacaan. Entah apa yang membuat firasatnya buruk untuk hari ini. Bukan sekedar pelajaran namun masalah.
Ia melenggang bebas, tersenyum pada Handika yang masih membaca bukunya dan tanpa sadar Handika ikut membalas tersenyum. Hyena duduk lalu mengambil bukunya. "Han, Han," panggilnya agak kuat walaupun yang ada dikelas hanya dia dan Handika.
"Lo benaran marah gara-gara pulpen semalam ya?," tanyanya balik sambil ikut menunggu. Namun dalam beberapa detik, Handika mulai mengernyit dan tertawa kuat. "Pulpen gue banyak kali. Ngapain marah gara-gara itu? "
"Lo aneh banget soalnya. Biasanya juga abis itu marah, eh tiba-tiba diam" kata Hyena sudah emosi. Menatap Handika sengit, " Abis itu semalam kenapa pulang bareng Lucas? Motor Lo kan dirumah gue"
Handika sendiri terpaku, mulai mencoba untuk menguasai diri. Mengulum bibir sejenak, "Biar lo sama Yohan," gumamnya pelan.
Hyena tersentak, terdiam begitu saja. Jelas gumaman Handika, terdengar begitu jelas walau dengan suara pelan. Ia mulai melirik dan mendesah pelan, "Lo beneran suka sama gue ya?"
Tapi berikutnya Handika mulai terdiam dan menatap Hyena yang sudah gelalapan.
Keadaan mulai canggung. "Maaf Han. Gue g-gak maksud" Kata Hyena panik sendiri . Ia yang berusaha bersikap biasa mulai menatap Hyena.
"Hm, lo tau? Gpp kok. Tapi bersikap seperti biasa ya, gua tetap mau jadi teman lo soalnya" gumamnya kembali membuat Hyena mengernyit dahi. Ia yang sudah panik, hanya bisa menganngguk.
Tersenyum lebar menatap Handika. "Yaudah, Bayarin gue dikantin ya? Biar gue gak kesel lagi sama lo" desak Hyena langsung mendorong Handika membuat Handika langsung mendelik.
"Kalau nggak mau, gue beneran musuhin lo" kata Hyena membuat Handika langsung terbatuk-batuk dan mulai mensejajarkan jalannya dengan Hyena. "Ck, gue tuh lagi gak punya duit, Hyewon. Udah ditolak, Minta bandarin lagi" omelnya mulai kesal.
Hyena yang mendengar itu hanya bisa tertawa dan memukul pelan pundak Handika. "Gue senang banget kalau lo jadi teman gue, Handika gantengg" jawab Hyena santai kemudian melanjutkan, "Hm, Yohan nggak bareng lo? "
Handika melengos kemudian menoleh penuh, "Baca chat dia makanya. Dia masih tidur tadi, gue tinggal. Soalnya gue juga pernah ditinggalin sama dia. Jadi balas dendam" jawabnya sambil terkekeh pelan.
Hyena yang mendengar itu hanya geleng-geleng kepala. Namun kemudian mulai terkejut, "Eh? Dia ngechat apaan? "
"Entah tapi kayaknya udah dihapus. Kalau boleh tau, lo suka sama Yohan?," Tanya Handika langsung masih sambil melirik.