[END] Na Jaemin baru saja jatuh dalam pesonanya hanya dalam tiga detik.
Gadis itu bernama Jeon Heejin, pendiam, jarang bicara dan dengan sengaja mengasingkan diri dari sebuah ikatan yang disebut pertemanan.
Heejin terus menghindarinya. Sampai ia men...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Awan cerah berarak, semilir angin lembut lewat begitu saja. Heejin semakin dekat dengan ketiga orang yang tengah beradu mulut. Gara-gara Nakyung tidak setuju dengan keputusan Nancy, sehingga dia terus membuat alasan agar Nancy ikut saja dengannya.
“Waaah! Kau ini tidak peka sekali,” ujar Nakyung mengomentari.
Bukannya tidak peka, Nancy malah tahu betul akan perasaan Haechan. Dia hanya tidak ingin membiarkan Haechan mengakui perasaannya.
Heejin sudah berada di antara mereka. “Ada Nakyung… Hei, Nancy lama tidak bertemu, kapan kau mulai masuk sekolah lagi?” kata Heejin tidak mendapat sambutan hangat dari Nancy.
“Dia baru menyelesaikan pertukaran pelajar dua hari lalu, pihak sekolah menyuruhnya masuk hari senin dengan menyerahkan banyak laporan,” terang Nakyung selagi di belakang sana terlihat Jisung setengah berlari menghampiri. “Jadi aku akan mengajaknya ke studio musik,” lanjutnya menggamit lengan Nancy.
Saat itu juga Nancy mendesah, terpaksa mengangguk.
“Bukankah itu Park Jisung.” Haechan menunjuk seseorang yang tengah berlari ke arahnya.
Seketika Nakyung berbalik, dia melihat lelaki yang tampak kelelahan itu berhenti tepat di depannya.
“Kau mengikutiku sampai kemari!?” Nakyung mendesis sambil memuji kegigihan Jisung. “Iya, iya aku akan membujuk Jeno.” Ia menambahkan sebelum diberi pertanyaan.
“Aku kira Jeno benar-benar sudah mulai berlatih dengan band,” ujar Haechan dibalas cengiran Nakyung yang cuma mengatakannya sebagai alasan saja.
Dengan memasang senyum manisnya, Nakyung membujuk Nancy untuk ikut dengannya saja. “Ayolah Nancy, aku membutuhkan bantuanmu. Kalau orang tua Jeno melihatmu, mereka pasti akan mengizinkan Jeno keluar.”
Hampir semua wali murid mengetahui Nancy sebagai duta sekolah, dia juga pernah meraih peringkat satu dan kerap kali bersaing dengan Jeno dalam merebut nilai tertinggi dari setiap mata pelajaran.
