_BITSORI_
Saturday, 09/11/2019Dari sekian banyak emosi, Lee Jeno baru kali ini merasakan marah yang teramat mengesalkan. Siapa yang ingin mendapat kejadian mengerikan bertubi-tubi? Siapa yang ingin melihat kesakitan orang terkasih? Siapa yang ingin ditinggal sendirian dalam rasa bersalah yang kian mencekik?
Jeno meringis, merasakan perih pada buku-buku jarinya.
“Pelan-pelan,” kata Jeno tidak digubris oleh Nakyung yang sedang mengobati luka di tangannya.
Duduk di tepi ranjang yang terdapat di UKS dalam keadaan sepi, membuat mereka leluasa berbicara keras.
“Aku baru tahu kalau tanganmu seringan itu, Ketua Osis macam apa yang memukul orang sampai melukai dirinya,” omel Nakyung.
“Kau juga akan marah kalau mendengar apa yang mereka bicarakan mengenai Heejin,” sesal Jeno berjengit ketika dengan sengaja Nakyung menekan lukanya yang baru dipasangi plester.
Nakyung memiringkan tubuhnya, menghadap Jeno selagi laki-laki itu mengibas-ngibaskan tangannya bergumam akan dia yang tidak bisa menulis nanti.
“Aku mendengarnya, mereka menyalahkan Heejin, mengutuk dan…”
Nakyung tidak bisa meneruskan ucapannya, ia terisak mengingat satu kalimat terakhir yang ia dengar akan rencana teman-teman sekelas mengasingkan Heejin dengan menyembunyikan bangku di gudang.
Sialnya lagi, air mata Nakyung tidak bisa diajak kompromi. Dia sudah berjanji tidak akan menangis dan tetap menemani Heejin apa pun yang terjadi. Namun, sepertinya terlalu sulit menahan diri untuk tidak merasa sedih. Nakyung bahkan sudah merindukan Haechan yang selalu meramaikan suasana kelas.
Tidak ada untaian kata penghiburan. Jeno tahu betul apa yang dirasakan Nakyung. Dia mencondongkan tubuhnya demi memeluk Nakyung, memberi rasa tenang untuk gadis itu.
“Apa hari ini kita bolos sekolah saja?”
“Membolos bersama Ketua Osis? Nanti bisa-bisa aku disalahkan!” Nakyung mendongak mendapati wajah Jeno yang begitu dekat, mendadak ia gugup, “Jangan, jangan bolos!” tolaknya menjauh dari Jeno dengan salah tingkah.
***
Rencana mengasingkan Heejin benar-benar terjadi. Suasana kelas hampir sama seperti satu tahun lalu, dimana tidak ada yang ingin dekat dengan Heejin. Alasannya? Takut terkena sial.
“Dimana kalian meletakkan mejaku?”
Semua saling pandang, mengedikan bahu pertanda tidak tahu. Heejin menyeringai. Tampaknya menjadi kuat adalah pilihan terbaik yang harus ia ambil.
“Nancy, kau pasti tahu sesuatu?” tanya Heejin melayangkan tatapan nyalangnya, “BERITAHU AKU SEKARANG JUGA!” jeritnya mengagetkan para murid yang acuh akan pertanyaan Heejin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Sound
Fanfiction[END] Na Jaemin baru saja jatuh dalam pesonanya hanya dalam tiga detik. Gadis itu bernama Jeon Heejin, pendiam, jarang bicara dan dengan sengaja mengasingkan diri dari sebuah ikatan yang disebut pertemanan. Heejin terus menghindarinya. Sampai ia men...