Episode 20 - Hari Jadi

826 128 62
                                    

_BITSORI_
Wednesday, 27/11/2019


Deretan buku tertata rapi di rak yang tingginya hampir mengenai langit-langit. Nakyung sempat berpikir akan menolak ajakan Jeno untuk pergi ke perpustakaan. Hari minggu waktunya mengistirahatkan otak, sejenak berhenti belajar, gerutunya.

Bagi Nakyung, belajar hanya cukup di kelas saja, tidak dengan tempat lainnya.

“Jadi ternyata dia pembunuhnya, woah, tak kusangka!” pekik Nakyung menatap sebal layar ponselnya sambil terus menscroll deretan gambar berwarna.

“Kenapa kau malah membaca webtoon dan lagi, pelankan suaramu,” tukas Jeno dengan suara sangat pelan.

Nakyung menoleh sekilas. “Kau bilang apa?” tanyanya kembali menekuni cerita web yang populer dikalangan pecinta komik.

Alasan Jeno mengajak Nakyung ke perpustakaan bukan untuk benar-benar belajar. Dia ingin menanyakan sesuatu, akan kebenaran dari perkataan Jisung. Ditutupnya buku biologi yang menjelaskan macam-macam hewan reptil.

“Kenapa kau menyuruh Jaemin menjauhi Heejin?”

“Dari mana kau tahu?” Nakyung meletakkan ponsel yang rasanya sudah tidak lebih menarik lagi. “Jaemin memberitahumu, ya,” tebaknya tidak membutuhkan jawaban Jeno dengan cepat meneruskan,

“Karena Haechan menyukai Heejin, dan aku rasa Heejin juga sama… jadi, apa aku salah menyuruh Jaemin agar jangan menyukai Heejin.” Nakyung rasa ada yang janggal dari ucapannya karena mempengaruhi suasana hatinya.

Dia merasa telah salah menyimpulkan, mengenai perasaan sahabatnya itu.

“Justru menurutku, Heejin menyukai Jaemin dan Heejin terlihat beberapa kali tersenyum ketika bersama Jaemin.” Pernyataan Jeno sepenuhnya diakui Nakyung.

“Makanya aku memberitahu Haechan,” sesal Nakyung.

“Maksudmu?”

“Aku menceritakan semua kejadian selama dia koma.”

Hening beberapa saat. Apa itu berarti Haechan sudah mengetahui bahwa cintanya bertepuk sebelah tangan? Jeno tidak lagi menyalahkan Nakyung atas perilaku kekanakannya.

“Lantas, bagaimana dengan perasaanmu yang juga tidak berbalas?” kata Nakyung diakhiri helaan napas panjang.

Dua kata terakhir menyita perhatian Jeno, tidak berbalas. Apa sekarang dia sudah ketahuan.

“Memangnya kau tidak menyukaiku?” kata Jeno tidak terdengar seperti pertanyaan umumnya, ia melihat Nakyung yang tampak kebingungan.

Atau jangan-jangan Nakyung menyimpulkan seenaknya lagi. “Aku tidak menyukai Heejin, yang aku sukai adalah kamu, Lee Nakyung.”

M, mwo?!” serentak pengunjung perpustakaan menegur Nakyung untuk jangan berisik.

Jeno berbisik tepat di telinga Nakyung, “Aku menyukaimu, aku menyukai wanita bodoh sepertimu.”

“YAK! LEE JENO!”

Secara bersamaan keluhan terlontar, menyuruh Nakyung keluar saja dari perpustakaan kalau terus-terusan membuat keributan.

Secara bersamaan keluhan terlontar, menyuruh Nakyung keluar saja dari perpustakaan kalau terus-terusan membuat keributan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rain SoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang