_BITSORI_
Sunday, 17/11/2019
Jeon Heejin sosok yang menjadi anti dekat dengan orang setelah kejadian yang merenggut nyawa ibu, ayah dan kakaknya. Kini mencoba menerima seseorang untuk selalu berada di sisinya.Selain itu dia juga dapat mengontrol serangan panik ketika hujan turun. Perasaan bersalah yang kerap kali menghantuinya perlahan terabaikan, meski sewaktu-waktu akan muncul secara acak akibat guncangan dan atau kejadian tak terduga.
"Na Jaemin... Tetaplah di sisiku." Heejin tidak pernah berpikir akan meminta seseorang untuk tetap di dekatnya.
Senang bukan kepalang, Jaemin berhambur memeluk Heejin sehingga gadis itu tersentak. Merasakan getaran aneh dalam dirinya, hati Heejin berdebar-debar oleh perlakuan Jaemin, membelai surai panjang sambil berkata,
"Keputusan yang bagus, Heejin-ah."
Kalimat yang sering dikatakan dalam hati kini terlontar jelas, terdengar di telinga Jaemin. "Aku ingin sembuh." Heejin menitikan air mata.
Bodoh, kenapa jauh-jauh Heejin pergi mendaki gunung Bukhansan. "Kau jangan salah paham, aku ke sini hanya untuk membuang kesialanku," ungkap Heejin segera menambahkan, "Tapi ketika berjalan turun aku malah mendapat kesialan lainnya." Ia melirik lubang sembari mencebikkan mulut.
"Lain kali kalau mau pergi ke suatu tempat, ajak aku." Jaemin melihat penampilan Heejin yang berantakan, "Ige mwoya (Apaan ini)..." tambahnya mengusap wajah Heejin yang terkena lumpur menggunakan ujung kaos berlengan pendeknya.
Heejin mendadak kikuk, menatap kaos tersingkap Jaemin. "Ya, ya, sudah, turunkan bajumu."
Buru-buru Jaemin menurunkannya, "Akhir-akhir ini aku jarang berolahraga," tukas Jaemin.
Heejin tertawa. Apa setelah ini dia bisa hidup normal seperti yang lainnya? Sungguh ia ingin mengetahui jawabannya selama Jaemin baik-baik saja bersamanya.
"Heejin-ah!" seru Seohyun mengagetkan Heejin.
"Cepat gendong aku!" Jaemin menurut sebelum sempat menanyakan alasannya, Heejin meneruskan, "Seohyun Eonni bisa memarahiku habis-habisan, katakan kalau aku pingsan atau tertidur..."
Ia melingkarkan lengan di sekitar leher Jaemin dan kembali berkata, "Dan aku rasa kakiku terkilir saat jatuh ke lubang."
"Dasar ceroboh," decak Jaemin selagi digendongannya Heejin menempelkan kepala di bahu Jaemin.
Seohyun tergesa menghampiri Jaemin dan Heejin, menghembuskan napas lega karena adiknya itu terlihat baik-baik saja. Dia sangat khawatir kalau Heejin melakukan hal bodoh dengan mengakhiri hidupnya.
"Syukurlah," ucap Seohyun.
"Dia bilang telah membuang kesialannya di sebuah lubang besar dan dalam," kata Jaemin berjalan dengan menggendong Heejin di punggungnya, "Dia kelelahan, makanya sekarang tertidur."
"Sini biar Samcheon yang menggendongnya," tawar Kyuhyun.
Kepala Heejin menggeleng pelan di bahu Jaemin. "Tidak Samcheon, kau sudah tua, nanti bisa-bisa encok," tolak Jaemin.
"Jaemin-ah, kau bilang apa barusan?!" Kyuhyun agak tersinggung, sementara Seohyun terkekeh menyusul Jaemin yang sudah berjalan lebih dulu bersama dua petugas lainnya yang ikut turun.
Heejin teringat sesuatu, "Haechan?!" ia hampir saja lupa, bahwa dirinya tengah berpura-pura tidur agar tidak mendapat omelan panjang lebar dari Seohyun.
"Jangan bergerak... Haechan baik-baik saja, dokter bilang ada kemajuan dari respon sarafnya," jawab Jaemin berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain Sound
Fanfiction[END] Na Jaemin baru saja jatuh dalam pesonanya hanya dalam tiga detik. Gadis itu bernama Jeon Heejin, pendiam, jarang bicara dan dengan sengaja mengasingkan diri dari sebuah ikatan yang disebut pertemanan. Heejin terus menghindarinya. Sampai ia men...