Bonus Chapter III

61 5 6
                                    

"J?"
"Hm?" Jeff melirik sekilas sebelum kembali fokus dengan bassnya. "Besok temenin aku ke supermarket yuk!" ajak Chrissya.
"Lho? Emang bahan masakan di kulkas habis?"
"Nggak sih, tapi malem ini Hanbin berangkat dari US sama ibunya. Kan katanya mau ketemu Sammy.." jawab Chrissya. Jeff menepuk pelan keningnya.
"Oh iya! Hehe... Aku lupa.."
"Sekalian bantuin aku mikir besok mau masak apa hehe....." Chrissya memberikan cengiran khasnya pada Jeff dan direspon dengan tawa pelan.
"Iyaaaa.." Jeff mengusap kepala Chrissya. Ia kemudian teringat sesuatu dan terdiam.

"Kenapa?" tanya Chrissya, menatapnya bingung. Jeff menyimpan bassnya dan mengusap belakang lehernya.
"Tadi kamu bilang Hanbin dateng sama ibunya?" Chrissya mengangguk.
"Err......." Entah kenapa Jeff tiba-tiba merasa gugup. Padahal bukan ibu atau ayahnya Chrissya, melainkan bibinya tapi tetap saja ada rasa gugup bertemu dengan saudara Chrissya selain Hanbin.
"Ah......" Seakan sadar akan rasa gugupnya, Chrissya menggenggam tangan Jeff. "Nggak apa-apa kok, J.. Kamu tenang aja, bibi baik kok! Beda sama Hanbin.." ucapnya sambil tertawa kecil.
"Tapi tetep aja, Sya--"
"Udah tenang aja! Aku yakin Hanbin juga udah cerita kok.."
"O-okay....." Chrissya tersenyum dan memeluk pinggang Jeff, berusaha mengurangi rasa gugupnya.

.
.

Chrissya mengamati satu per satu bahan di dalam trolley yang baru saja mereka beli. Jeff yang kini berdiri sebelahnya tak tahan menahan godaan untuk memeluknya. Ia kemudian merangkul bahu Chrissya.
"H-Huh?" Wajah Chrissya seketika bersemu merah. "Apaan sih, Jeff?"
"Kamu tuh kenapa sih lucu banget?" ucapnya, masih merangkul Chrissya. "Mungil lagi.."
Chrissya menyikut pelan pinggang Jeff. "Aw!" Ia kemudian tertawa dan mengusap pelan pundak Chrissya. "Ya maaf, tapi bener deh, kamu pake boots aja masih sepundak aku.." Jeff memberikan cengiran khasnya.
"Maaf deh tapi gen aku emang udah dari sananya segini doang.." Ucapan Chrissya membuat Jeff tertawa sedikit lebih keras. Chrissya hanya bisa cemberut kalau sudah diganggu Jeff seperti ini. Ia mendorong trolley menuju eskalator dengan sedikit rasa kesal.

"Sya.." panggil Jeff.
"Syaaaaa~" panggilnya sekali lagi, namun masih Chrissya acuhkan.
"Asya~" Kali ini Jeff mencolek pipinya hingga akhirnya tangannya terulur menyentuh pipinya dan membuat Chrissya menoleh kearahnya. Tanpa sempat bereaksi, Chrissya merasakan wajah Jeff mendekat dan menciumnya. Chrissya menepuk pelan pundak Jeff. Jeff melepaskan ciumannya dan memberikan cengiran khasnya.
"Jangan keseringan cemberut kayak gitu, kamu tuh lucu kalau ngambek tapi kalau cemberut kan aku jadi pengen nyium.." Ucapan Jeff membuat wajah Chrissya memanas.
Jeff tak dapat menahan tawanya dan kembali memeluk Chrissya, membenamkan kepala Chrissya ke dadanya. Chrissya hanya bisa pasrah dan melingkarkan tangannya di pinggang Jeff. Jeff mengelus pelan kepalanya dan kemudian melepaskan pelukannya saat sampai di ujung eskalator. Ia meraih tangan Chrissya dan menggenggamnya erat. Setidaknya itu mengurangi rasa gugupnya karena setelah berbelanja mereka akan pergi ke bandara untuk menjemput Hanbin.

.
.

"Nak Jeff sekarang kerjanya apa?" tanya ibunya Hanbin. Setelah menjemputnya di bandara, Jeff mengantarkan Hanbin ke studio untuk segera menemui Sammy, sedangkan ibunya ikut Jeff dan Chrissya menuju apartemen mereka.
"Saya sekarang mengelola cafe, Tante. Sesekali manggung sama teman-teman saya waktu kuliah, sesekali bantu ayah saya mengajar les drum." jawabnya, masih terfokus pada masakan yang sedang ia buat.
"Wah, sibuk ya.."
"Lumayan, Tante.." Jeff terkekeh. Ia kemudian melirik kearah Chrissya. "Sya, aku boleh minta tolong?" Chrissya segera menghampirinya. "Tolong siapin piring buat ini sama angkat pastanya."
"Oke!"

Mereka menyelesaikan masakan dengan cepat dan segera mengaturnya di meja. Tak ada suara yang terdengar kecuali peralatan makan mereka hingga tiba-tiba ibunya Hanbin mulai berbicara.
"Jeff.. Saya mau tanya, seserius apa kamu sama Chrissya?" Pertanyaan itu sukses membuatnya tersedak. Chrissya segera mengulurkan gelas pada Jeff. "Bibi!"
"Sya, Bibi bertanya karena Bibi khawatir sama kamu.. Kamu disini tidak ada saudara satupun, ayahmu selalu sibuk dengan pekerjaannya di luar negeri. Peran Bibi kali ini sebagai pengganti ibumu."
"Tapi--" Ucapan Chrissya terputus saat merasakan sentuhan di tangannya. Jeff menatapnya dan tersenyum. Ia kemudian berpaling pada ibunya Hanbin.

"Sebelumnya, saya sadar bahwa Tante khawatir dengan Chrissya yang sebelum ini hidup sendiri disini. Saya sendiri ketika tahu, saya sama khawatirnya dengan Tante dan Hanbin. Saya khawatir karena saya peduli.." Jeff menggenggam tangan Chrissya.
"Saya peduli dengan perempuan yang saya cintai.." Jeff menatap Chrissya dan tersenyum. "Karena itu saya menawarkan untuk sharing apartemen dengannya, agar saya juga bisa menjaganya, dan saya ada untuk Chrissya kapanpun dia butuh saya.."
"Kalau Tante bertanya seserius apa saya sama Chrissya....." Jeff merogoh sakunya dan mengeluarkan sesuatu. ".....Apa dengan ini cukup?"
Chrissya memandang Jeff tak percaya saat melihat apa yang dikeluarkannya dari saku. "J-Jeff..."
"Sorry, Sya, tadinya aku mau nanya Hanbin, bagusnya gimana dan kapan biar romantis. Eh nggak tahunya malah sekarang.." ucap Jeff sambil tertawa.

Jeff membuka kotak kecil itu dan kemudian menggenggam tangan Chrissya.
"Sya..... Will you marry me?"
Chrissya tak lagi dapat menahan air matanya. Ia kemudian memeluk Jeff. "Yes!!" Jeff membalas pelukannya dengan erat sebelum melepas pelukan tersebut dan menyematkan cincin di jari manis Chrissya. Ia kemudian mengecup kening Chrissya.
"Nah, kalau begini kan setidaknya Bibi bisa merasa tenang untuk tinggalin kamu disini.." ucapnya sambil tersenyum. Chrissya hanya tertawa, masih berusaha menghentikan air matanya.
"Bibi titip Chrissya ya, Jeff.." Ia menggenggam tangan Jeff dengan erat sebelum akhirnya membiarkan mereka melanjutkan makan siang mereka sambil menunggu Hanbin datang dan memberi kabar bahagia padanya.

Secret (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang