Taehyung berjingkat kaget saat menutup lokernya dan tahu-tahu Jungkook sudah berdiri disana dengan senyum lebar dan mata yang berbinar-binar seperti anak anjing yang meminta bermain bola pada majikannya."Hai V hyung, oh bolehkan aku memanggilmu begitu? Kan kau teman Jimin hyung," Jungkook bertanya dengan lugu membuat Taehyung mengerjab bingung disertai dengan mulut yang sedikit terbuka.
'Memangnya sejak kapan aku berteman dengan Jimin?'
"Hyung?"
"Oh maaf. Ada perlu apa kau menemuiku? Apa karena yang waktu itu? Apa tubuhmu ada yang terluka? Aku akan mengantarmu ke rumah sakit kalau begitu." Taehyung berkata panjang lebar membuat Jungkook yang kini berganti memasang ekspresi kebingungan.
Ah, sepertinya Taehyung masih merasa bersalah karena insiden tabrak-tabrakan kemarin. Padahal kan Jungkook juga tidak apa-apa. Lagi pula kan Taehyung manusia bukanya mobil atau semacamnya. Mana mungkin Jungkook terluka.
Sesaat kemudian Jungkook kembali memasang senyumnya saat menyadari satu hal.
"Wah aku tidak menyangka hyung bisa berbicara banyak padaku. Padahal para penghuni sekolah ini mengatakan hyung tidak mau bicara sama sekali dan hanya suka menyendiri. Apa sekarang artinya kita bisa berteman? Sepertimu dan Jimin hyung?"
Taehyung diam-diam menghela nafas beberapa kali, berusaha menyabarkan hatinya dan mengumpulkan mentalnya yang saat ini sudah berserakan kemana-mana karena menghadapi orang yang ada dihadapanya sekarang ini.
'Ah adik dan kakak tidak ada bedanya, mengapa mereka berdua suka sekali mengejarku?'
"Maaf, tapi aku sedang terburu-buru. Aku tidak ada waktu untuk meladenimu." Taehyung berkata sedingin mungkin berharap anak dihadapanya ini akan menyerah dan pergi.
Namun diluar dugaan Taehyung, Jungkook malah menyodorkan sebuah paper bag yang cukup besar kepadanya.
"Untukmu."
Taehyung menatap Jungkook dan paper bag itu bergantian, enggan untuk menerima pemberian orang lain begitu saja.
Jungkook yang jengah karena Taehyung hanya menatapnya seperti orang bodoh dan enggan mengambilnya, akhirnya Jungkook meraih tangan Taehyung dan memberikannya dengan paksa.
"Maaf karena membuat tas mu rusak kemarin. Aku membelikan yang baru sebagai gantinya. Maaf kalau kau tidak suka, aku tidak tahu seleramu dan aku memilih itu sesuai seleraku." Jungkook terkikik sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Tidak perlu, tas ku baik-baik saja." Taehyung hendak memberikan kembali pemberian Jungkook tersebut namun Jungkook malah berlalu begitu saja sambil melambaikan tangannya membuat Taehyung hanya bisa menghela nafas pasrah dan kemudian membawa hadiah Jungkook pulang bersamanya.
-
-
-
-
-
Hari pertama Taehyung bekerja. Sebelum Taehyung meminta ijin pada sang ayah untuk bekerja, sebenarnya Taehyung sudah melamar di mini market itu jauh-jauh hari. Dan saat Taehyung di terima disana berulah Taehyung meminta ijin pada sang ayah.
Taehyung tahu sebenarnya sang ayah sangat mengkhawatirkan kondisinya. Taehyung pun sama, Taehyung merasa kasihan pada sang ayah yang bekerja keras menghidupinya. Mulai dari makan mereka sehari-hari, biaya sekolah Taehyung, belum lagi bila obatnya habis. Yang Taehyung tahu harga obatnya bisa untuk makan selama dua bulan.
Setidaknya bila Taehyung bekerja, dirinya bisa membantu meringankan beban sang ayah.
Taehyung terlihat sangat berbeda. Seragam berwarna biru dengan rompi hitam terlihat pas membalut tubuh tingginya. Taehyung juga lebih banyak tersenyum dan begitu ramah kepada semua pelanggan yang datang karena memang pekerjaan yang mengharuskannya bersikap ramah seperti itu. Namun sungguh, bila Jimin yang melihatnya, Jimin pasti akan bertepuk tangan kegirangan. Terdengar berlebihan, namun bila mengingat sikap Taehyung selama ini, cukup jelas menjadi alasan untuk Jimin bersikap demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother ✔
FanfictionMereka kembar namun tidak identik. perceraian kedua orang tuanya memisahkan mereka sejak kecil. Namun karena sebuah ikatan batin, takdir menuntun mereka bertemu kembali saat dewasa. dengan kisah baru, kehidupan baru, dan tanpa mengenal satu sama lai...