Pagi ini terlihat lebih cerah setelah kemarin hujan mengguyur tanpa henti. Kim Taehyung, remaja berusia tujuh belas tahun itu masih betah menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang. Mata elangnya menatap pada jendela kamarnya yang sudah terbuka, memperlihatkan pemandangan sang surya yang semakin menampakan diri untuk menyinari seluruh alam semesta.Taehyung sudah terjaga sejak pukul tiga pagi. Sebuah mimpi aneh mengganggu tidurnya sepanjang malam, sehingga membuatnya terjaga sepagi ini dan tidak mampu memejamkan matanya kembali.
Taehyung yakin dia tidak salah dengar. Wanita yang menangis memanggil-manggil namanya didalam mimpinya semalam, adalah ibunya. Tapi mengapa Taehyung memimpikan hal seperti itu? Taehyung tidak ingat semasa kecilnya pernah melihat sang ibu menangis seperti itu.
Mendesah pelan, Taehyung memutuskan untuk bangkit dari ranjangnya. Dirinya harus bersiap untuk ke sekolah serta menyiapkan sarapan untuk sang ayah. Sebentar lagi ayahnya akan kembali dari bekerja.
Belum sempat Taehyung berdiri sepenuhnya, tubuhnya kembali limbung dan membuatnya hampir tersungkur kalau saja tidak berpegangan pada pinggiran ranjang.
"Ya Tuhan," Taehyung memejam sambil menggumamkan nama sang pencipta beberapa kali. Akhirnya Taehyung memutuskan untuk kembali merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Tubuhnya semakin hari semakin lemah dan sekarang Taehyung merasakan sebelah kakinya mati rasa. Tangan kanannya kini dia gunakan untuk memijat pelan kaki kanannya. Taehyung berdoa, semoga ini hanya kesemutan biasa.
Pintu kayu itu terbuka, kemudian sang ayah muncul dari sana. "V, sudah bangun? Ayah mencarimu di dapur dan di kamar mandi. Ternyata kamu masih disini."
Kim Jaehwan berjalan mendekat ke arah Taehyung yang masih memijit kakinya. "Ayah baru pulang?"
"Kenapa kakinya?" Kim Jaehwan duduk di tepi ranjang, kemudian tangannya turut memijat kaki Taehyung.
"Tidak apa-apa, hanya kesemutan." Taehyung tersenyum, berusaha meyakinkan sang ayah.
"Sungguh?" Kim Jaehwan menyentuh dahi Taehyung dengan punggung tangannya. Taehyung terlihat agak pucat pagi ini.
"Tubuhmu sedikit hangat V. Sepertinya kamu akan terkena flu. Tidak usah masuk sekolah dulu saja, nanti semakin parah."
Taehyung menggeleng mantap. "Aku sudah kelas tiga ayah. Dan ayah lupa, aku adalah ketua kelas sekarang. tidak bagus untuk reputasiku kalau aku sering tidak masuk sekolah."
Kim Jaehwan tertawa mendengar ucapan Putranya tersebut. "Astaga, reputasi kau bilang. Sok keren sekali anak ayah ini sekarang."
"Ayah baru menyadari kalau putra ayah ini keren dan tampan."
"Iya iya, kamu anak ayah yang paling tampan. Ya sudah, ayah buatkan sarapan dulu. Kamu lekas mandi." Kim Jaehwan mengusap surai Taehyung, kemudian keluar dari kamar putranya.
Taehyung terdiam sambil melihat pada kakinya, kemudian berusaha menggerakkan kakinya yang tadi sempat mati rasa.
Senyum lega terbit pada kedua sudut bibirnya saat kakinya sudah kembali normal.
"Syukurlah, jangan berulah lagi oke? Aku tidak mau melihat ayah sedih." Taehyung menepuk kakinya berkali-kali, kemudian mulai melangkahkan kakinya perlahan untuk mengambil handuk yang tergantung pada dinding, lalu bergegas menuju kamar mandi.
-
-
-
-
-
Jungkook bingung, pikirannya uring-uringan sejak semalam dirinya meninggalkan Taehyung dalam keadaan sakit. Ditambah Jimin menjauhinya secara terang-terangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother ✔
FanfictionMereka kembar namun tidak identik. perceraian kedua orang tuanya memisahkan mereka sejak kecil. Namun karena sebuah ikatan batin, takdir menuntun mereka bertemu kembali saat dewasa. dengan kisah baru, kehidupan baru, dan tanpa mengenal satu sama lai...