Hari ini rasanya malas sekali untuk melakukan aktivitas apapun. Mood pemuda bergigi kelinci itu sedang sangat buruk. Sudah sepuluh menit waktu istirahat, dan Jungkook masih betah meletakkan kepalanya di atas meja dengan menggunakan tangan sebagai bantalan. Mingyu sudah berusaha merayu Jungkook, bahkan mengatakan akan membayar semua yang Jungkook makan di kantin sekolah mereka, kalau Jungkook mau menemaninya. Namun ditolak mentah-mentah oleh Jungkook dan berakhir Mingyu yang kena semprot hingga akhirnya pergi sendirian. Padahal biasanya kalau soal makanan, Jungkook semangatnya bukan main.
Jungkook kembali mendesah berat untuk yang kesekian kalinya. Jungkook yakin, hari ini pasti Jimin kembali absen. Jungkook bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ada apa dengan Jimin? Kemana perginya kakaknya yang sangat lemah lembut dan penyayang itu? Kenapa Jimin terlihat begitu sangat membencinya? Jungkook seperti melihat monster dalam diri Jimin pagi tadi.
Jungkook takut. Bukan takut kalau Jimin benar-benar marah padanya. Yang Jungkook takutkan kalau Jimin marah kepada dirinya sendiri. Sejak kecil Jimin itu kelewat baik. Jimin begitu perduli pada orang lain namun tidak pada dirinya sendiri. Jimin tumbuh tanpa memperdulikan perasaannya.
"Hyung kalau ada apa-apa katakan padaku. Jangan seperti ini." Jungkook bergumam pelan, kemudian membenamkan kepalanya pada lipatan tangannya.
Telinganya samar-samar mendengar suara rintikan hujan diluar sana. Jungkook menjadi semakin khawatir, pasalnya Jungkook sangat tahu bahwa tubuh Jimin sangat rentan terhadap hawa dingin.
Jungkook kembali mendesah lirih, "Dia juga tidak datang dimimpiku lagi akhir-akhir ini. Menyebalkan!"
Dia yang kini Jungkook maksud adalah kakak kembarnya, Tata. Sudah lebih dari satu minggu Jungkook tidak pernah memimpikan saudara kembarnya dan itu membuatnya sedikit frustasi.
"Koko rindu Tata. Apa disana Tata begitu sibuk sampai tidak mau menemuiku di dalam mimpi? Konyol. Kau benar-benar akan menjadi gila kalau terus-terusan seperti ini Park Jungkook." Jungkook membenturkan kepalanya sendiri ke atas meja saking kesalnya. Namun tiba-tiba sebuah suara berhasil menghentikan aksinya tersebut.
"Sayang kalau mejanya sampai terbelah hanya karena kepalamu."
Jungkook mendongak, dan ternyata Taehyung sudah duduk disampingnya dengan wajah datar seperi biasanya.
"V hyung? Sejak kapan kau disini?"
"Sejak kau bicara sendiri seperti orang kesurupan."
"Ck! Mengganggu saja!"
Jungkook kembali memasrahkan kepalanya di atas meja mengacuhkan Taehyung.
"Kau mengkhawatirkan Jimin? Jangan khawatir, Jimin baru saja menghubungiku. Dia sedang dirumah teman katanya."
Jungkook mengernyit tanpa berniat mengangkat kepalanya. "Teman? Teman yang mana? Hoseok hyung?"
"Entahlah."
Jawaban singkat Taehyung membuat Jungkook semakin kesal. Kenapa Jimin malah mengabari Taehyung? Kenapa tidak mengabari dirinya?
'Yang adiknya kan aku, bukan dia. Kenapa bukan aku yang dihubungi. Menyebalkan! Kalau bisa ku kutuk. Ku kutuk Park Jimin menjadi anak ayam biar semakin pendek dan kecil. Buar tahu rasa!"
Taehyung menahan tawanya melihat Jungkook yang begitu kesal dengan pipi menggembung serta bibir yang berkomat-kamit menggumamkan sesuatu yang bisa Taehyung tebak itu adalah sumpah serapah untuk Jimin.
"Coba kau lihat handphonemu. Jimin sudah menghubungimu tapi tidak kau jawab." Taehyung berucap pelan sambil tersenyum kecil, seakan mengetahui kegundahan isi kepala Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother ✔
FanfictionMereka kembar namun tidak identik. perceraian kedua orang tuanya memisahkan mereka sejak kecil. Namun karena sebuah ikatan batin, takdir menuntun mereka bertemu kembali saat dewasa. dengan kisah baru, kehidupan baru, dan tanpa mengenal satu sama lai...