26🍀

11.6K 1.1K 265
                                    

Jungkook masih betah berdiri bersandar pada meja dengan tangan yang bersidekap dada. Pandangannya tertuju pada sang kakak, Jimin yang masih sibuk memasukan pakaian serta kebutuhan lainya ke dalam sebuah tas besar untuk keperluannya esok ketika sudah berada di Jepang.

"Ijinkan aku ikut!"

Entah sudah kali keberapa Jimin mendengar permintaan tersebut dari mulut Jungkook. Dan entah sudah keberapa kali pula dengan tegas Jimin menolaknya.

"Hyung," kali ini Jungkook menahan tangan Jimin ketika hendak memasukan sebuah dokumen kedalam tas. "Sudah cukup kau melakukan semuanya sendirian. Ada aku. Hyung tidak percaya padaku?"

Jimin tersenyum kecil, kemudian dengan pelan menyingkirkan tangan Jungkook yang menahan tangannya. "Ini yang terakhir, semuanya selesai setelah ini."

Jungkook menggeleng lirih. "Tidak hyung, tidak akan pernah selesai untukmu."

Jungkook benar. Ini tidak akan pernah selesai. Namun Jimin pikir, memang seperti inilah jalan hidupnya. Meneruskan bisnis keluarga saat usianya masih bisa dibilang remaja. Karena siapa lagi kalau bukan dirinya? Yoongi? Sangat tidak mungkin.

"Memang sudah begini peraturannya Kook. Aku harus belajar mengembangkan bisnis keluarga kita mulai sekarang. Kau pun harus membantuku kalau kau sudah dewasa nanti."

"Hyung pikir sekarang ini hyung sudah dewasa?"

Bukanya tersinggung, justru pertanyaan yang terlontar dari Jungkook malah membuat Jimin tertawa. "Yang jelas pikiranku lebih dewasa darimu."

Jungkook mencibik kesal. Iya memang selama ini yang Jungkook pikirkan hanya bermain dan bersenang-senang, apa lagi sekarang ada Taehyung. Tapikan dia tidak kalah jenius dari Jimin. Kalau Jimin mengijinkan dia membantu di perusahaan, Jungkook sangat yakin dirinya bisa diandalkan.

"Sungguh Kook, ini akan menjadi yang terakhir. Semuanya akan kembali seperti semula setelah ini dan aku akan mempercayakan perusahaan itu kembali pada Kang Ahjussi. Dan setelah itu aku bisa istirahat. Aku juga sudah sangat lelah. Kau pasti paham bukan."

Jungkook diam. Untuk pertama kalinya Jimin berkata dirinya lelah. Kakaknya yang selalu terlihat baik-baik saja dan pura-pura kuat, akhirnya mengaku bahwa dia sudah lelah.

Tapi mengapa perasaan Jungkook menjadi tidak enak seperti ini?

Tangan Jimin terangkat, mengusap kepala Jungkook dengan sayang. "Aku tidak akan lama. Hanya tiga hari dan aku akan segera pulang. Jangan khawatir. Bersenang-senanglah dengan Taehyung dan jangan menyusahkan Yoongi hyung, okey?"

Jungkook hanya diam dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Jimin yang melihat Jungkook akan segera menangis, pun merengkuh tubuh besar Jungkook dalam pelukannya.

"Kenapa menangis? astaga. Aku bukan pergi untuk berperang Kook."

-

-

-

-

-

Langit terlihat cerah setelah hujan mengguyur siang tadi. Matahari sudah hampir tenggelam. Namun warna oranye yang ditimbulkan dari pantulan sinarnya masih membuat langit terlihat cerah.

Seorang remaja dengan hoodie hitamnya terlihat menuruni bus kemudian disusul oleh remaja lain yang juga mengenakan hoodie dengan warna yang sama. Setelah bus berlalu, salah satu dari mereka memposisikan diri berjongkok dihadapan pemuda yang lebih tua sebelas menit itu.

"Ayo naik." Pinta remaja yang berjongkok tersebut.

Kim Taehyung. Orang yang diminta untuk naik ke punggungnya itu, tidak begitu saja menuruti permintaan saudaranya. Jungkook pasti sangat lelah karena hari ini adiknya itu kembali berlatih keras bersama tim basketnya untuk pertandingan antar sekolah bulan depan.

My Brother ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang