"Aku ingin jalan-jalan."
"Apa?"
"Ayo kita berlibur ke suatu tempat."
Jimin memandang bingung sang kakak. Sejak mendapat pesan dari Yoongi, Jimin langsung bergegas menemuinya di taman rumah sakit. Dan sekarang mereka sedang berjalan menuju tempat parkir.
"Tapi hyung, aku harus minta ijin dulu pada ayah. Ayah bisa membunuhku."
"Aku akan membunuh laki-laki tua itu lebih dulu sebelum dia menyentuhmu."
"Yang kau bilang laki-laki tua itu ayahmu juga hyung."
Yoongi menghentikan langkahnya yang mau tak mau juga membuat Jimin yang sedang mengekor dibelakangnya ikut berhenti juga. Badan pemuda itu berbalik, menatap tajam ke mata sang adik. Jimin reflek memundurkan langkahnya sambil menelan ludahnya dengan kasar. Sedikit kaget dengan tindakan Yoongi.
Yoongi yang menyadari respon sang adik, hanya mampu menghela nafas pada akhirnya.
Sesampainya mereka ditempat parkir, Yoongi masuk kedalam mobil begitu saja tanpa bicara apapun. Jimin sendiri hanya tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya. Kemudian ikut masuk kedalam mobil pula.
Tidak ada percakapan sama sekali dari mulut keduanya selama perjalanan. Yoongi fokus menyetir dan Jimin hanya melihat pemandangan jalanan sambil menyandarkan kepalanya pada kaca. Sesekali menguap saat kantuk mulai menguasainya. Mungkin karena tadi malam dia dan Jungkook tidur sangat larut, atau mungkin karena merasa bosan. Oh siapa yang tidak bosan saat kau berada didalam mobil bersama sebongkah es batu berwujud manusia seperti Min Yoongi?
Mata Jimin yang sudah hampir terpejam tiba-tiba kembali terbuka saat dia menyadari kemana sang kakak akan membawanya. Jimin sangat hafal dengan jalan ini meski sudah bertahun-tahun tidak melewatinya.
Jimin menegakkan badanya menghadap Yoongi dengan tatapan mata yang berbinar-binar. Rasa kantuk yang beberapa saat yang lalu menguasainya sudah hilang entah kemana.
"Hyung, ini kan?"
Yoongi tersenyum kecil, meski tanpa menoleh pada Jimin dan masih fokus pada jalan dihadapanya. "Iya. Kita akan kesana. Aku sudah menyiapkan semuanya termasuk tenda dan pakaian hangat untukmu. Untuk masalah ayah, kita pikirkan itu nanti."
Jimin senang bukan main. Bahkan dia sampai melompat-lompat dalam posisi duduk serta bertepuk tangan sendiri seperti anak kecil. Yoongi yang melihat tingkah adiknya tersebut tidak bisa menahan untuk tidak ikut tersenyum.
'Aku berjanji akan menciptakan kebahagiaan untukmu. Tertawalah terus seperti itu, adikku.'
-
-
-
-
-
Taehyung sedang duduk ditepi ranjang dengan kaki menjuntai yang sengaja diayun-ayunkan seperti anak kecil.
Semua alat bantu yang menempel ditubunya sudah dilepaskan. Hanya infus yang masih menancap pada punggung tangannya dan nasal kanula yang masih menempel dihidungnya.
Kondisinya membaik dengan cepat ketika dia bangun tidur sore ini, saat dia menemukan adik kembarnya berada disisinya sedang tertidur pulas sambil memeluk lengannya. Karena memang sejak kecil, hanya Jungkook obat yang paling ampuh saat dirinya sakit.
Dan kini Taehyung sedang memperhatikan Jungkook yang tengah sibuk mengupas apel dan kemudian dia potong kecil-kecil.
"Koo,"
"Iya?"
"Ibu bagaimana?"
Tangan Jungkook yang sedang memotong apel terhenti begitu saja mendengar pertanyaan Taehyung. Pertanyaan yang sangat tidak ingin dia dengar dan tidak ingin pula dia jelaskan akhirnya keluar dari mulut sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother ✔
FanfictionMereka kembar namun tidak identik. perceraian kedua orang tuanya memisahkan mereka sejak kecil. Namun karena sebuah ikatan batin, takdir menuntun mereka bertemu kembali saat dewasa. dengan kisah baru, kehidupan baru, dan tanpa mengenal satu sama lai...